04 WHAT A LIFE

11.3K 782 3
                                    

Andini tersenyum sendu ketika seulas memori masuk kedalam ingatanya.

Dia beranjak bangun saat kedua mata menatapnya sayu dengan lelehan air mata yang masih keluar.

"Tante ambil makan sebentar, andre harus makan biar perutnya tidak sakit lagi. Ruri tunggu disini ya jagain kakaknya" ruri mengganguk lemah mendengar perintah bundanya.

♧♧♧

Dilihatnya bumi tengah duduk disofa, punggungnya terlihat kaku, amarah masih menyelimutinya. Andini hanya diam ketika melewatinya.

Dia begitu cekatan ketika menyiapkan makanan untuk andreas, saat ingin berbalik membawa nampan ke kamar andreas tenggorokanya tercekat, bumi sedang berdiri tepat didepannya.

"Siapa yang menyuruhmu memberinya makan?" Tanyanya dingin

"Mas.."

"Aku bilang biarkan saja, jangan ada yang memberinya makan, turuti kemauannya, biarkan dia mengikuti mamanya.."

"Mas-"

"Kamu tidak mendengarkanku?" Dengan penuh amarah bumi mengambil nampan andini dan membuang semua makanan ditempat sampah.

"MAS" Jerit andini tidak terima

"Kamu bukan siapa-siapa disini, jangan ikut campur.."

"Aku ibunya mas, ketika aku menerimamu aku juga menerima andreas sebagai putraku-"

"Bukan ibu kandungnya" potong bumi

"Aku memang bukan ibu yang melahirkannya mas. Tapi, naluriku sebagai seorang ibu mengharuskanya-"

"Cukup"

"Aku tidak tahu mas apa yang membuatmu meperlakukan darah dagingmu seperti seorang musuh" wanita itu sedikit terluka mendengar ucapan bumi

"AKU BILANG CUKUP ANDINI" bentaknya

"kamu hanya orang luar, kamu tidak mengerti apa-apa" setelah mengatakan itu bumi berbalik dan mengambil kunci mobil

"Mas" panggil andini, membuat bumi menghentikan langkahnya

"Hati-hati mas, jangan berkendara dengan keadaan emosi" setelah mendengar kalimat andini, bumi kembali melangkahkan kakinya meninggalkan rumah, sedangkan andini hanya terisak kecil melihat kepergian suaminya. Dia hanya mampu berdoa semoga rumah tangganya selalu diberikan keberkahan.

♡♡♡♡

Andini tersenyum haru saat andreas menghabiskan makanan yang dia suapakan untuknya. Tangan halusnya membelai lembut rambut andreas saat anak itu tengah menghabiskan air putihnya.

Setelah menyerahkan gelas kosong, anak itu merebahkan kepalanya ke pangkuan andini. Wanita itu mengulas senyum tipis, dibelainya pundak anak itu dengan tulus.

"Bunda ini apa?" Tanya ruri yang membawa bungkusan masuk kedalam kamar andreas.

"Ruri dapat dari mana?" Tanya andini sambil mengambil bungkusan plastik yang dibawa ruri

"Dari sofa waktu ruri selesai beres-beres peralatan belajar" jawabnya dengan duduk ditepi tempat tidur. Andreas melirik sekilas kearah andini yang tengah meneliti barang ditanganya.

"PS 5" ucapnya dengan sendu

"Hah ?"binggung wanita itu

"Itu permainan, Tadi andre minta belikan PS5 ke papa" jelas andreas.

"Ruri boleh ikut main?" Tanya ruri dengan mata berbinar menatap andreas, mendapat anggukan dari kakak sambungnya anak itu berseru bahagia

"Yeayyy.. ayo kak main sekarang" serunya bahagia, semenjak kematian adam ruri hampir tidak pernah lagi menyentuh yang namanya permainan, harinya dia habiskan dengan kedua kakek dan neneknya untuk belajar dan menghafal al-qur'an.

Woman At The CrossroadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang