Cerita Mentari: 21

448 107 19
                                    

Cerita Mentari

Chapter 21: Membuka Hati

.
.
.

Izinkan aku menjadi duniamu, sebagaimana kamu selalu menjadi duniaku selama ini.

.
.
.

Tepat satu bulan berlalu semenjak bencana besar terjadi. Dalam kurun waktu itu, ada begitu banyak hal yang Aera lewati.

Mulai dari terseret gelombang besar, berpikir kalau ia tak akan diberi kesempatan hidup lagi, sampai akhirnya ia dipertemukan kembali dengan Haechan. Semua terjadi tanpa pernah Aera pikirkan sebelumnya.

Aera mengerti sekarang, Tuhan ternyata selalu punya cara menegur dan memberi tahu hamba-Nya untuk berubah. Dan pada kasusnya, Tuhan membuat ia mengalami satu hal mengerikan agar dirinya sadar bahwa segala yang ia miliki adalah pemberian terbaik dari-Nya.

Ya, Tuhan selalu baik padanya. Bahkan sejak dulu sekali. Terbukti dengan kehadiran Jaemin dan Haechan dalam hidupnya, Tuhan membuktikan kalau ia pantas untuk bahagia.

"Aera?"

Panggilan seseorang membuat Aera yang sedang menikmati pemandangan laut menoleh. Dahinya mengernyit ketika mendapati seorang perempuan yang sering ia lihat bersama Haechan atau Yangyang memeriksa korban bencana.

"Siapa?" Aera sebenarnya memang tak mengenal siapa perempuan itu. Ia hanya tahu kalau si perempuan merupakan perawat yang ikut bersama Haechan serta Yangyang ke tempat ini.

"Kenalkan, aku Jina." Tangan perempuan itu terulur ke depan, memperkenalkan diri.

Melihat tangan Jina tergantung di udara, Aera segera menyalaminya. "Aera."

Jina mengangguk pelan, melepas tangan mereka. "Kamu istrinya Haechan, kan?"

Alis Aera terangkat, tidak mengerti kenapa Jina bertanya seperti itu setelah melihat semua perlakuan Haechan pada Aera selama di tempat pengungsian.

Oh! Apakah Aera harus memperjelasnya? Tentang bagaimana Haechan tak membiarkan Aera melakukan semua hal sendiri. Bahkan untuk sarapan. Laki-laki itu mengurus semuanya, menyuapi Aera makan, memberi perhatian, sampai menyempatkan diri untuk selalu mengajak Aera menikmati senja.

Haechan seakan ingin membahagiakan Aera dengan semua perilakunya. Dengan caranya sendiri.

"Ah, pertanyaanku memang bodoh. Seharusnya aku tidak bertanya begitu disaat semua orang bisa melihat hubungan kalian dengan jelas." Jina tertawa pelan, matanya melirik Aera.

"Aku ganti pertanyaan. Jadi, sekarang kamu sudah bisa menerima Haechan sebagai suamimu?"

"Huh?" Aera tak mengerti. Apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh perempuan di depannya ini.

"Aku tahu. Kamu belum sepenuhnya menerima Haechan sebagai suamimu, kan?"

"Kenapa bertanya sesuatu yang privasi? Apa urusanmu?" Aera balik bertanya, sedikit kesal dengan tingkah Jina yang ingin tahu sekali perihal hidupnya.

Jina mengangkat bahu. "Aku hanya ingin tahu saja. Setidaknya perjuangan Haechan mencarimu selama dua minggu sampai tak tidur berhari-hari bisa mendapat balasan yang setimpal. Lagipula, mencintai seseorang yang sudah tidak di dunia ini lagi adalah suatu kesalahan."

Muncul perasaan kesal ketika mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Jina.

"Karena mau sampai kapan pun, laki-laki yang kamu cinta itu tidak akan kembali. Iya, kan?"

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang