Cerita Mentari: 04

567 140 67
                                    

Cerita Mentari

Chapter 04: Fatamorgana

.
.
.

Shift malam seharusnya menjadi waktu di mana Haechan merasa sedikit senggang karena tak harus mengurus banyak pasien rumah sakit. Namun malam ini, Haechan justru terlihat lelah sekali sampai tak mampu membuka mata.

Sudah ada sekitar tiga pasien yang dioperasi pada jam-jam malam, membuat Haechan mau tak mau bekerja sangat keras demi kelancaran operasi. Rasa kantuk yang menyerang pun Haechan abaikan demi nyawa pasien yang dipertaruhkan dalam ruang operasi.

Pukul setengah empat pagi, Haechan baru keluar dari ruang operasi di mana pasien ketiga yang dia tangani operasinya berada. Langkah kaki terseret serta wajah lusuh milik Haechan seakan memberitahu orang lain kalau saat ini dia ingin sekali mengistirahatkan diri.

Dia malah berniat ingin segera pergi ke ruangannya dan tidur sebentar sebelum lanjut mengoperasi pasien ke empat jam lima nanti.

Akan tetapi niat tidurnya itu tak pernah terlaksana ketika dia mendapati Dokter Liu Yangyang berdiri di depan pintu ruangannya dengan senyum merekah.

"Hai, Dokter Lee.  Mau sarapan tidak? Aku butuh teman untuk makan." Yangyang tersenyum lebar, langsung mengutarakan keinginannya begitu bertemu Haechan.

Yang diajak bicara menghembuskan napas pelan. "Sekarang masih terlalu pagi untuk sarapan, nanti saja setelah operasi pasien ke empat."

"Tapi aku lapar, tidak mau temani aku?"

Haechan ingin sekali menolak ajakan Yangyang, tapi melihat dokter itu menunjukkan wajah melas minta ditemani, Haechan jadi tak tega membiarkannya sendiri.

"Baiklah, aku temani." Melangkahkan kaki menjauhi ruangannya, Haechan langsung saja berjalan lebih dulu, membiarkan Yangyang menyusul di belakang.

___Cerita Mentari___

Pukul tujuh pagi, dengan segala rasa kantuknya, Haechan menyempatkan diri sarapan di kantin rumah sakit. Dia membeli roti isi coklat dan kopi pahit.

Suasana kantin rumah sakit pagi ini sepi, hanya ada beberapa petugas rumah sakit yang berkeliaran mencari makanan pengganjal perut, seperti yang Haechan lakukan. Ada yang memilih menikmati makanan di kantin, dan ada pula yang hanya membeli untuk dimakan saat waktu senggang nanti.

Haechan sendiri memilih duduk di salah satu bangku, menikmati roti dan kopi seraya menonton siaran berita pagi hari lewat televisi yang tergantung di dinding kantin rumah sakit.

Mulut dan tangan Haechan bekerja selaras dengan apa yang otaknya perintahkan untuk memasukkan makanan ke dalam perut. Sesekali Haechan meneguk kopi pahit sebelum matanya kembali fokus ke siaran berita.

"Breaking News. Berita pagi ini. Gempa berkekuatan 6.8 SR terjadi di Laut Jepang. Kabarnya, gempa ini bisa dirasakan oleh orang-orang yang berada di kota Busan. Berikut adalah wawancara yang kami lakukan kepada beberapa warga sekitar."

Dahi Haechan mengernyit, sedikit sekali dia mendengar berita tentang gempa yang bisa dirasakan di Korea. Karena Korea adalah negara di mana jarang sekali terjadi gempa. Kalau pun ada, magnitudonya pun tak lebih dari 7,5 SR. Gempa terbesar yang pernah dialami Korea adalah gempa 7,5 SR yang terjadi di tahun 1681.

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang