Cerita Mentari: 25

409 95 9
                                    

Cerita Mentari

Chapter 25: Merenggut Bahagia

.
.
.

Aku tidak bisa membiarkan takdir kembali merenggut bahagiaku setelah semuanya. Aku akan memastikan kamu baik-baik saja. Kini, biarkan aku yang berjuang untukmu. Membalas semua perjuanganmu untukku.

.
.
.

Pada akhir pekan yang seharusnya bisa dilewati dengan menghabiskan waktu bersantai, Haechan tidak melewatinya demikian. Ia malah terlihat sibuk di rumah sakit.

Ada pasien yang harus dioperasi olehnya. Pelaksanaan operasi diperkirakan memakan waktu dua belas jam penuh. Dimulai pukul lima pagi hari. Itu berarti operasi baru akan selesai jam lima sore nanti.

Langkah Haechan bergegas melewati koridor rumah sakit, langit masih gelap di luar sana. Pun hanya ada beberapa petugas rumah sakit yang berjalan di koridor, sesekali menyapa Haechan atau menundukkan kepala pada dokter itu.

Suasana sepi rumah sakit terasa berbeda dari hari biasa. Karena sebagian dari petugas mendapat libur. Hanya mereka yang ditugaskan khusus yang masuk. Itu pun jadwalnya bergantian. Terkecuali Haechan, ia seharusnya libur hari ini, tapi mendadak operasi yang semestinya dilakukan besok menjadi maju karena kondisi pasien tak bisa disuruh menunggu lagi.

Kalau boleh jujur. Haechan lelah, wajahnya mungkin bisa berbohong, melempar senyum dan ekspresi bahwa dirinya baik-baik saja. Namun fisiknya tak mampu menanggung lelah yang terus datang.

Haechan butuh istirahat, setidaknya sehari penuh. Seminggu terakhir, jadwalnya semakin padat. Banyak operasi yang harus ia lakukan.

Sebagai dokter, Haechan tak bisa menolak kewajibannya. Tapi sebagai manusia biasa, ia ingin setidaknya egois sekali saja. Kondisinya benar-benar menurun.

Berkali-kali Dokter Park menyuruh Haechan mengambil cuti, memaksa dokter itu memikirkan kesehatannya yang semakin menurun. Dokter Park hanya tidak mau kesibukan Haechan menolong orang lain malah membuat tubuhnya drop.

"Kamu yakin mau melakukan operasi ini, Haechan? Bagaimana kondisimu seminggu terakhir? Saya tahu kamu tidak baik-baik saja. Sakit itu jadi lebih sering datang, kan?" Pertanyaan Dokter Park mengisi koridor lengang rumah sakit.

Haechan sudah berada di depan ruang operasi ketika Dokter Park menghampirinya, meminta waktunya sebentar.

"Saya baik-baik saja, Dok. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Haechan berusaha menunjukkan raut wajah terbaik di depan Dokter Park. Meyakinkan dokter yang sudah berpengalaman itu bahwa kondisi Haechan tidak ada masalah.

"Kamu bisa berbohong begitu di depan semua orang, tapi tidak di depan saya Haechan. Jangan menyembunyikan rasa sakitmu sendirian. Kalau lelah, butuh istirahat, bilang saja. Kamu bisa membuat orang yang menyayangimu khawatir jika terus bertindak begini."

Haechan menggeleng. Melempar senyum terbaiknya. "Terima kasih sudah khawatir pada saya, Dok. Tapi saya memang baik-baik saja."

Setelahnya, Haechan pamit pergi dari hadapan Dokter Park karena operasi akan berlangsung sebentar lagi.

"Kenapa dia selalu saja bersikap seperti itu."

____Cerita Mentari____

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang