Cerita Mentari: 02

681 152 106
                                    

Cerita Mentari

Chapter 02: Masa Lalu Tak Terlupakan

.
.
.

Btw, sebelum mulai cerita, mungkin part ini ada sedikit eummm scene yang gak cocok buat anak di bawah umur, ya sedikit sih, jadi skip aja ya.

.
.
.

Jam menunjukkan pukul dua belas malam. Haechan terbangun dari tidur karena terkejut ketika menyadari Aera ternyata belum pulang sejak pagi.

Lengannya mengucek mata, mencoba adaptasi dengan cahaya yang masuk. Kepala dia tolehkan ke samping, melihat Sera yang ternyata masih tertidur pulas.

Haechan mendapat pesan dari Doyoung sekitar dua jam lalu kalau mereka kemungkinan akan pulang larut malam dan memutuskan menjemput Sera besok pagi. Haechan sendiri tidak mempermasalahkan itu, dia malah senang kalau Sera menginap. Rasanya, apartemen seperti hidup.

Yeah, Haechan punya alasan kenapa dia bilang apartemen terasa hidup dengan adanya Sera. Karena sejak dia menikahi Aera dua tahun lalu, baik Aera maupun Haechan sangat jarang sekali mengobrol bersama.

Haechan setiap hari selalu sibuk di rumah sakit, apalagi kalau dia shift malam. Haechan baru akan pulang ke rumah jam sembilan pagi, saat Aera sudah tak di rumah, dan berangkat ke rumah sakit jam tujuh malam. Aera bahkan baru pulang ke rumah kalau sudah lewat dari jam delapan.

Memikirkan semua itu membuat Haechan tersenyum miris. Sepertinya, memang hanya dia yang mengharapkan pernikahan ini, tidak dengan gadis itu. Namun, mau separah apapun sikap Aera padanya, Haechan tidak akan pernah melepas gadis itu. Karena Haechan sangat mencintainya. Cinta yang bahkan bisa mengalahkan egonya, saat dia sendiri ingin sekali menyerah pada Aera.

"Jaemin, aku ingin tahu, apa Aera pernah mengacuhkanmu dulu? Kenapa dia selalu bersikap seperti itu padaku?"

Dalam keheningan malam, Haechan mulai berbicara pada seseorang yang sangat Aera cinta itu. Haechan pikir, Jaemin mungkin akan menjawabnya dengan mendatangi dia lewat mimpi, jadi Haechan selalu seperti itu setiap malam.

Jder.

Suara guntur terdengar kencang disertai dengan petir yang menyala terang dari luar, menembus masuk ke dalam kamar lewat jendela.

Haechan menolehkan kepala ke jendela apartemen. Gorden berwarna putih transparan tidak cukup untuk menahan cahaya petir masuk ke dalam kamar.

Menghela napas, Haechan bangkit berdiri, menarik gorden berwarna putih tulang yang lebih tebal agar cahaya petir tidak menembus masuk kamar dan membangunkan Sera yang tengah tertidur.

"Aera kenapa belum pulang ya?" Pertanyaan yang entah akan dijawab siapa. Haechan sendiri pun tak tahu.

Dia bahkan sudah sering sekali bertanya dan menjawab sendiri apa yang dikeluarkan pikirannya, sebab tidak ada orang yang akan menjawab atau bertanya padanya. Hidup Haechan memang sesepi itu.

Kehadiran Aera bahkan tak mengubah apapun dalam hidup Haechan.

Cklek.

Suara pintu apartemen yang terbuka menyadarkan Haechan dari pemikiran tentang Aera yang belum pulang. Demi mengecek siapa yang baru saja membuka pintu, Haechan bergegas keluar kamar.

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang