Cerita Mentari: 19

420 116 15
                                    

Cerita Mentari

Chapter 19: Bali dan Senja

.
.
.

Ini adalah senja paling indah seumur hidupku. Karena aku melewatinya dengan kamu di sisiku.

.
.
.

Senja terlihat sangat indah hari ini. Lebih indah dari seluruh senja yang Haechan saksikan seumur hidup.

Berjalan di sepanjang pantai bersama orang yang dicintai adalah harapan Haechan sejak dulu. Ia pernah memimpikan waktu seperti ini ketika masih menjalin hubungan bersama Jina di masa sekolah dulu.

Berharap bahwa ia akan bisa menghabiskan waktu bersama gadis itu. Namun ternyata takdir berkata lain. Jina pergi meninggalkannya disaat ia butuh dukungan seseorang.

Menjadi berbeda dan penyakitan bukanlah mau Haechan. Hingga ia selalu berpikir semua orang menjauh karena dirinya tak pantas memiliki teman.

Hidupnya dulu memang sesepi itu. Rasa sakit hati karena ditinggalkan Jina membuat Haechan semakin terpuruk. Tapi kemudian Haechan melihat Aera, menyadari senyum manis gadis itu sampai ia bisa dengan mudah melupakan Jina.

Sekarang, Haechan tak ingin apapun lagi. Dia hanya ingin Aera terus berada di sisinya untuk waktu yang lama. Sampai ia suatu hari harus pergi memenuhi janji pada Tuhan.

"Aku pernah ke sini bersama Jaemin dulu." Aera berbicara, memandangi matahari terbenam di laut sana. Kakinya yang tak memakai alas ia biarkan terkena ombak.

Haechan reflek menolehkan kepala ke Aera, menunggu kalimat lanjutan dari gadis itu.

"Jaemin bermain surfing, aku bahkan diajari oleh pelatihnya. Tapi akhirnya aku menyerah karena tak bisa." Aera bercerita, kembali mengingat masa lalunya bersama Jaemin.

Gadis itu melirik Haechan di samping, ingin melihat reaksi laki-lakinya. Haechan sudah kembali melihat ke depan, memandangi matahari terbenam, rambut yang menutupi dahi terbang terkena angin.

Dalam beberapa detik, Aera sempat melihat bayangan Jaemin dalam wajah Haechan. Kedua sudut bibirnya tertarik, membentuk lengkungan kurva.

"Bukankah Jaemin adalah orang yang sangat baik?" tanya Haechan, menoleh ke Aera lagi.

Aera mengangguk, setuju. "Dia laki-laki terbaik yang pernah aku temui."

"Ya, dia juga teman terbaik untukku. Bahkan disaat semua orang pergi meninggalkanku, dia datang padaku dan memberi hadiah yang sangat berharga." Manik Haechan menatap lekat dua mata Aera. Mencoba menyelami keindahan mata yang jarang sekali ia tatap.

"Karena Jaemin, aku bertemu denganmu. Karena Jaemin, aku mendapat kesempatan hidup kembali."

Dahi Aera mengernyit saat mendengar kalimat terakhir Haechan. Tentang Jaemin yang memberi Haechan kesempatan untuk hidup. Kalimat itu sedikit ambigu bagi Aera.

"Kamu selalu bilang Jaemin memberimu hidup. Apa yang dia lakukan sampai kamu bilang begitu, Haechan?"

Tubuh Haechan menghadap Aera, menggenggam tangan gadisnya. "Ada yang ingin aku beri tahu padamu, Aera."

"Apa?"

Satu tangan Haechan bergerak, menuntun telapak tangan Aera untuk ia letakkan di depan dadanya sendiri. Membiarkan Aera merasakan setiap detak jantungnya.

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang