Cerita Mentari: 24

422 100 6
                                    

Cerita Mentari

Chapter 24: Mentariku

.
.
.

Karena kamu adalah mentariku. Sejauh apapun kamu pergi, sebanyak apapun cahayamu menyinari kehidupan. Kamu tetaplah mentariku yang akan selalu menjadi kebanggaanku. Dan aku adalah pusat dari peredaranmu.

.
.
.

Kembali ke aktivitas seperti biasa setelah melalui banyak hal mengerikan yang hampir merenggut nyawa menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Aera. Meski setelah semua itu ada begitu banyak perubahan dalam hidupnya. Termasuk kehilangan satu sahabat terbaik.

Yena, Aera merasa bersalah padanya. Kalau saja ia tak mengajak sang sahabat pergi ke Bali. Mungkin saja Yena masih hidup sampai sekarang. Mungkin saja mereka masih bisa bercanda tawa seperti dua bulan lalu.

Yeah, sudah tepat satu bulan sejak kejadian mengerikan menimpa Aera. Ia mulai terbiasa kembali ke kehidupan sebelumnya. Pun dengan kehadiran Haechan di sisinya, Aera semakin menerima dan tidak lagi benci seperti dulu.

Sekarang, Aera lebih menikmati hidupnya. Tidak peduli dengan apapun yang terjadi di masa lalu lagi. Karena seperti yang Haechan bilang padanya ketika ia menangisi kematian Yena.

Haechan bilang, tidak ada gunanya terus menyesali apa yang sudah terjadi. Masa lalu ada bukan untuk disesali, tapi untuk dijadikan pelajaran sehingga kita bisa memperbaiki masa depan.

Kalau dipikirkan, Aera merasa Haechan sama seperti Jaemin. Laki-laki itu memiliki sesuatu yang berbeda dibanding orang lain. Keunikan tersendiri.

Ya, seperti mentari yang selalu hadir untuk bumi, memberikan cahayanya demi kehidupan. Haechan juga hadir demikian, menunjukkan diri, menjadikan dirinya sebagai sumber cahaya hidup orang lain —terutama pasiennya di rumah sakit.

Haechan bagai harapan bagi mereka semua yang membutuhkan. Terbukti dengan dirinya yang selalu menghabiskan waktu lebih banyak di rumah sakit untuk mengoperasi pasien dibanding menikmati hari bersama Aera.

Aera tentunya mulai terbiasa, karena ia tahu kalau sepenting itu Haechan untuk semua orang. Sebab Haechan tidak hanya menjadi mentari untuknya, tapi juga mentari bagi semua orang.

Ting.

Pintu kafe berdenting ketika seorang pelanggan masuk.

Dari balik etalase berisi kue, Aera menoleh ke arah pintu. Celemek berwarna kuning cerah menggantung di leher, dengan dua tali diikat ke belakang tubuh.

"Oh! Sejeong Eonni!" Aera berseru, bergegas keluar dari balik etalase, menghampiri kakak iparnya yang membawa sang keponakan.

Kebetulan kafe masih sepi sekarang ini. Jadi Aera tidak memiliki pekerjaan apapun.

"Halo, Sera." Aera mencubit gemas pipi keponakannya.

Tawa lucu terdengar dari Sera ketika ia mendapati wajah sang bibi yang bersinar cerah.

"Belum ada pengunjung?" tanya Sejeong sambil menyerahkan Sera, membiarkan Aera menggendong anaknya.

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang