Cerita Mentari: 20

468 111 29
                                    

Cerita Mentari

Chapter 20: Segalanya Bagiku

.
.
.

Segalanya memang bukan hanya tentang kamu. Tapi bagiku, kamu adalah segalanya.

.
.
.

Play song: My Everything by NCT U

.
.
.

Malam terlihat gemerlap dengan jutaan bintang yang menghiasi langit. Angin menyapu kulit dengan lembut, seiring dengan ombak yang bersahutan.

Tak jauh dari lokasi tenda, sebuah api unggun menyala terang. Membumbung tinggi menghangatkan kumpulan anak korban bencana.

Para relawan pun ikut duduk bersama mereka, melingkari api unggun, memastikan semua anak aman dan tak ada yang pergi jauh.

Pukul delapan malam, acara api unggun yang sengaja diadakan oleh para relawan akhirnya dimulai. Semua ini dilakukan untuk memberikan kebahagiaan pada anak-anak korban bencana agar mereka tak mengalami trauma lebih lanjut.

Yangyang, salah satu dokter yang malam ini ikut dalam acara api unggun sudah mendudukkan diri di dekat para anak. Sebuah gitar yang ia dapat dari seorang relawan ditaruh di atas pangkuan. Matanya melirik semua orang yang ada di sekitar api unggun.

"Kamu bisa bermain gitar memang?" Suara Haechan mengintrupsi Yangyang disaat laki-laki itu sedang fokus memperhatikan sekeliling.

"Bisalah. Emangnya kamu." Yangyang mencibir, maniknya tertuju pada sosok Aera yang datang bersama Haechan.

Gadis itu memberikan seulas senyum tipis padanya, lalu mendudukkan diri di samping Haechan.

"Aku juga bisa. Cuma nggak sombong aja," kata Haechan seraya mengambil gitar dari pangkuan Yangyang.

"Halah! Pembohong!"

Tak.

"Yak!"  Yangyang berseru saat Haechan menjitak kepalanya.

"Makanya percaya apa kataku."

Bibir Yangyang bergerak meledek. Masih kesal dengan kelakuan Haechan yang dengan seenak hati menjitak kepalanya.

"Terserah!"

"Astaga." Kepala Haechan bergerak ke kanan dan kiri. Tidak mengerti lagi dengan tingkah Yangyang.

Mereka bahkan mengabaikan para relawan yang memulai acara dengan mengajak main semua anak.

"Nah sekarang, bagaimana kalau kita bermain tangkap bola?" Seorang relawan memberi usul.

"Mau."

"Ayo main tangkap bola."

"Aku mau."

Berbagai jawaban terdengar memenuhi malam yang biasanya sepi. Seluruh anak setuju dengan permainan tangkap bola.

"Oke, kita main tangkap bola ya. Aturannya mudah kok. Nanti bola akan diberikan ke kalian dan musik diputar, terus kalian kasih ke orang di sebelah ya. Permainan berjalan selama musik diputar, saat musik berhenti, orang yang memegang bola bakal dapat hukuman. Hukuman diberikan nanti setelah kita dapat siapa yang kalah. Mengerti, kan?"

"Mengerti, Kak."

Haechan, Yangyang, Aera, Jina, dan relawan lain dari luar negeri mendengar penjelasan ulang dari translator terkait permainan yang akan mereka lakukan. Setelah dijelaskan, mereka lalu mengangguk, ikut ke dalam permainan untuk meramaikan.

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang