Cerita Mentari: 27

412 97 7
                                    

Cerita Mentari

Chapter 27: Jika Aku

.
.
.

Jika saja aku mampu mengendalikan rasa, mungkin kamu akan tetap ada di sampingku tanpa harus memperjuangkan asa.

.
.
.

Aera tidak tahu apa yang lebih menyakitkan sepuluh tahun terakhir ini. Melihat Jaemin tergenang darah di hari hujan, atau menyaksikan Haechan tertidur sepanjang hari tanpa tahu kapan akan bangun.

Semuanya terasa membingungkan. Aera bahkan tak pernah membayangkan hal seperti ini harus ia lewati lagi. Sungguh tidak enak rasanya, kembali menjalani hari yang dipenuhi harapan takut akan kehilangan.

Sudah cukup ia melihat Jaemin menghembuskan napas terakhir dengan kedua matanya langsung, jangan Haechan. Aera tak sanggup jika harus melewati hari seperti itu lagi.

Bahkan disaat ia yakin kalau Haechan adalah pelabuhan akhir tempatnya berlabuh setelah melewati masa sulit terapung di tengah lautan tanpa dermaga.

"Aera, kamu sudah makan?" Pertanyaan itu terlontar keluar dari Yangyang. Dokter itu kebetulan lewat di depan ruang ICU tempat sahabatnya masih dirawat.

Aera mendongak, mendapati Yangyang berdiri di hadapannya. "Belum, nanti mungkin. Aku masih ingin di sini."

Yangyang sebenarnya ingin sekali bilang kalau Haechan mungkin tak akan sadar selama beberapa hari, apalagi melihat kondisinya, tapi menyampaikan hal itu ke Aera rasanya sangat sulit.

"Baiklah, jangan lupa makan ya?"

Anggukan pelan Aera lakukan sebagai jawaban untuk Yangyang. Dokter itu lalu melangkah pergi, meninggalkan Aera di depan ruang tunggu ICU.

Ia ingin sekali masuk ke sana, menemani Haechan. Namun hatinya seperti tak kuat, Aera takut dirinya malah menangis di depan Haechan yang tak sadarkan diri.

Satu tangan ia gunakan mengusap wajah, bibirnya terasa kering. Tidak tahu kapan terakhir kali ia minum. Mungkin kemarin pagi, atau sore. Entahlah, Aera malas memikirkannya.

"Aera." Panggilan itu terdengar dari arah samping.

Kepala Aera menoleh, mendapati Sejeong dan Doyoung tengah berjalan ke arahnya. Sampai di samping Aera, Sejeong langsung memeluk sang adik ipar.

Aera terisak, pelukan Sejeong membuatnya ingin menangis. Jadi ia tumpahkan saja semua perasaan kalut, takut, dan khawatir yang kini memenuhi rongga dadanya.

"Haechan tidak mau bangun, Eonni. Aku harus bagaimana? Dia pasti ingin memberiku balasan atas semua yang aku lakukan padanya dulu." Tangisan Aera terdengar memilukan.

Doyoung yang melihat itu tak sanggup. Ini pertama kali ia melihat Aera menangis lagi setelah sepuluh tahun berlalu. Sejak kepergian Jaemin, Aera lebih banyak diam dibanding menangis. Dan hari ini, adiknya itu kembali menangis karena Haechan.

Doyoung mulai yakin sekarang kalau kehadiran Haechan sangat berharga untuk Aera.

"Dek," panggil Doyoung pelan.

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang