Cerita Mentari: 10

559 118 24
                                    

Cerita Mentari

Chapter 10: Firasat Buruk

.
.
.

Sehari setelah kepergian Aera ke Bali. Haechan menjalani aktivitasnya seperti biasa. Walau ada satu perubahan dalam diri Haechan hari ini—tampilan luarnya yang terlihat kusut, tapi dia tetap berusaha menunjukkan kalau dia baik-baik saja.

Ketika di rumah sakit, Yangyang adalah orang pertama yang menyadari ada perubahan pada Haechan. Dokter itu bahkan menghalangi langkah Haechan yang akan menuju ke ruangannya demi bertanya apakah Haechan memiliki masalah atau hanya sedang malas.

Pasalnya, tampilan Haechan kini terlihat sangat buruk. Tatanan rambutnya tidak tersisir rapi, jas dokter putih yang dia kenakan pun terlihat kusut. Selaras dengan wajah sayu serta lingkaran hitam di bawah mata.

"Chan, you're okay?" tanya Yangyang setelah berhasil menghentikan langkah Haechan.

Haechan hanya mengangguk sebagai balasan, kemudian dia pamit untuk segera ke ruangannya dengan alasan ingin membaca berkas perkembangan pasien yang berada dalam pantauannya.

Sampai di dalam ruangan, Haechan menjatuhkan tubuh ke kursi di balik meja, dia lalu menyandarkan punggung, membiarkan matanya memandang langit-langit ruangan.

Ada alasan kenapa hari ini Haechan datang dengan tampilan buruk. Padahal biasanya, Haechan selalu berusaha membuat tampilannya enak dipandang orang.

Mimpi di mana Jaemin datang padanya dan berseru marah adalah alasan terbesar Haechan seperti itu. Dia bahkan tidak mengerti kenapa Jaemin marah padanya.

Jaemin sendiri tidak memberi tahu alasan dia marah pada Haechan yang membiarkan Aera pergi. Laki-laki itu hanya mengomeli Haechan tanpa membiarkan Haechan paham akan situasi.

Memang benar Haechan tak tahu apa yang Jaemin inginkan darinya dengan menahan Aera pergi, tapi Haechan juga merasakan suatu perasaan aneh setelah terbangun dari tidur pada pagi tadi. Dia merasa ada yang tak beres dengan hatinya.

Ada rasa takut yang mendalam di sana, juga rasa cemas. Entah untuk apa, Haechan pun tak mengerti.

Yang Haechan tahu, semua perasaan itu pasti berhubungan dengan Aera.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran Haechan dari perasaan tak enaknya, laki-laki itu lalu menoleh ke arah pintu.

"Masuk saja." Haechan membenarkan posisi duduk bersamaan dengan pintu ruangannya yang terbuka.

Haechan menghela napas ketika melihat siapa yang masuk, dia lalu mempersilahkan orang itu menyampaikan apa yang ingin dibicarakan.

"Maaf mengganggu waktumu, Dokter Lee."

"Hm. Santai saja." Haechan mengambil pena dari atas meja, dia lalu menunjuk lembaran kertas yang dibawa orang di depannya. "Itu laporan perkembangan pasien dalam pengawasanku, kan? Aku sudah menunggunya dari tadi."

Ya, benar. Alasan yang Haechan berikan ke Yangyang tidak sepenuhnya bohong. Dia memang harus membaca berkas perkembangan pasien, hanya saja berkas itu baru diantar oleh suster yang kebetulan menjadi rekannya bekerja di rumah sakit ini.

Suster bernama lengkap Kim Jina itu segera menaruh berkas yang dipegangnya ke atas meja Haechan, membiarkan Haechan membaca dan mengetahui perkembangan pasiennya.

Selama itu, Jina hanya diam sambil terus memandangi wajah serius Haechan. Ada perasaan tak asing dalam dirinya, apalagi ketika melihat Haechan tampak serius dengan tampilan acak-acakan. Jina tidak pernah melihat Haechan seperti itu sejak dulu, karena Haechan adalah tipe orang yang selalu berusaha menampilkan yang terbaik di depan banyak orang.

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang