Cerita Mentari: 13

513 123 56
                                    

Cerita Mentari

Chapter 13: Kisah Butala

.
.
.

Sepuluh jam setelah bencana.

Sang surya memancarkan sinar jingga di ufuk barat. Cahayanya terbias di antara gundukan awan putih yang indah. Oranye ke merah-merahan nampak jelas mewarnai kumpulan debu tipis di langit.

Sore yang indah kalau kata orang-orang. Namun tidak bagi Haechan.

Pemandangan langit senja itu terasa menyakitkan untuknya. Apalagi ketika helikopter terus bergerak menembus cahaya jingga demi menuju sebuah tempat yang baru saja terkena bencana.

Haechan tidak tahu bagaimana hatinya saat ini. Semua yang ia pikirkan menghilang, jantungnya berdetak tak karuan, harap-harap cemas dengan kondisi Aera sekarang.

Dan begitu helikopter yang ia naiki tiba di atas salah satu pulau terindah di dunia, Haechan mendadak kehilangan seluruh kepercayaan diri.

Tanah rata di bawah sana hanya berisi genangan air di beberapa titik. Semuanya lapang, tak ada tanda bangunan masih berdiri.

Mata Haechan bisa melihat tenda-tenda mulai berdiri, menjadi tempat bernaung darurat untuk menyelamatkan para korban. Di lain sisi, ada beberapa orang sedang membantu mengangkat mayat ke dalam kantung mayat, membawanya ke tempat penampungan sebelum dipastikan identitasnya.

Sesak. Air mata terasa mendesak keluar ketika Haechan berpikir, ada berapa persen kemungkinan yang ia punya untuk memastikan bahwa Aera masih hidup?

"Chan, sebentar lagi kita akan mendarat. Bawa semua barang-barangmu ya." Jina berkata seraya menepuk bahu Haechan, menyadarkan laki-laki itu dari berbagai pikiran buruk.

Haechan menganggukkan kepala. Mata ia pejamkan sebentar, lantas menghembuskan napas kasar. Dibuka kembali kedua kelopak mata, menatap ke luar jendela helikopter dengan sebuah tekad.

"Aku harus yakin. Aera pasti masih hidup. Dia menungguku sekarang," batin Haechan.

Helikopter mulai turun perlahan, mencari tanah lapang yang jauh dari tenda darurat agar tidak mengganggu kegiatan di sana. Pendaratan berhasil dilakukan setelah mendapat sinyal dari beberapa orang di bawah sana.

Satu per satu relawan mulai turun dari helikopter, menginjakkan kaki mereka di atas tanah basah. Cipratan air melompat ke berbagai arah, mengotori sepatu  yang mereka kenakan.

Haechan turun dari helikopter setelah Jina. Matanya langsung tertuju pada sekeliling yang terasa sangat kosong.

Tak ada bangunan berdiri, semua rata dengan tanah. Puing bangunan pun sama sekali tidak terlihat di sepanjang pantai. Menandakan bahwa gelombang yang terjadi sepuluh jam lalu sangat dahsyat sampai membawa pergi semua yang ada di daratan.

Jantung Haechan berdegup cepat. Pikirannya tak bisa jernih sekarang. Semua tertuju pada Aera.

Haechan sungguh tidak mau hal buruk terjadi pada gadis itu. Demi Tuhan, Haechan akan melakukan apapun untuk menemukan Aera.

"Chan, kita ke tenda darurat. Kita harus mendata dan melaporkan ada berapa banyak warga negara kita di sini. Pemerintah mengirim kita untuk melakukan itu sambil membantu semuanya."

[2] Cerita Mentari | LHC ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang