0.5

103K 1K 27
                                    

           Sania kira dengan membiarkan Kevin tidur di kamarnya semalam Kevin tidak akan macam-macam padanya tapi ternyata salah, baru tidur kurang lebih satu jam Kevin sudah mengganggunya lagi dengan memasukkan kejantanannya kedalam miliknya, Sania tentu saja kaget akibat hentakan tiba-tiba dari penis Kevin yang bisa dibilang panjang dan besar itu, padahal tadinya ia sedang tidur enak-enak. Ia jadi sedikit ragu-ragu jika Kevin memang mandul karena dilihat dari nafsunya yang selalu menggebu-gebu.

Saat Sania bangun Kevin bukannya menghentikan gerakannya malah semakin bersemangat sembari mencium bibir Sania, Sania sebenarnya marah dan ingin menangis rasanya. Tapi percuma semuanya sudah terlanjur, dan Sania hanya bisa merintih, mendesah dan pasrah. Mereka melakukannya hingga pukul 4 pagi, setelah melakukan itu Kevin meninggalkan Sania yang sudah dalam keadaan sangat lemas dan sedikit pusing mungkin karena kelelahan.

Pagi harinya Sania tidak bisa bangun dari tempat tidurnya karena pusing yang menderanya semakin menjadi. Sania jadi merasa termakan omongannya sendiri gara-gara kemarin malam membohongi Maria dengan bilang dia sakit dan sekarang ia sakit beneran.

"Minum obat dulu Sania, em mamah nggak berangkat ke kantor aja kali ya pah?"tanya Maria pada suaminya yang tengah berdiri menatap Sania, ada rasa bersalah dalam hati Kevin karena dialah penyebab Sania sakit seperti ini.

"Jangan mah aku istirahat sebentar saja juga sembuh, mamah pergi ke kantor aja,"ujar Sania dengan lirih.

"Iya kamu berangkat aja, papah hari ini nggak berangkat ke kantor jadi Sania bisa dijaga oleh papah,"sahut Kevin.

"Baiklah pah, mamah siap-siap dulu ya."Kevin mengangguk dan Maria keluar dari kamar Sania, jadi tinggal Sania dan Kevin yang berada di dalam kamar.

Kevin mendekati Sania dan duduk di pinggir ranjang.

"Maafin papah ya, gara-gara papah minta terus kamu jadi sakit gini,"ujar Kevin sambil mengelus kening Sania, Sania diam saja tidak merespon perkataan Kevin.

Melihat Sania tidak merespon perkataannya Kevin malah mencium bibir Sania. Kevin bisa merasakan nafas Sania yang hangat tidak seperti biasanya. Sania hanya diam saja karena terlalu lemah untuk menolak, Sania hanya bisa menikmati ciuman kevin yang begitu lembut.

"Papah."panggil seseorang membuat Kevin dan Sania kaget, mereka langsung melepaskan ciumannya.

"Papah sama Sania lagi ngapain?"tanya Rendy yang baru datang untung saja mereka membelakangi arah datangnya Rendy, jadi Rendy tidak mengetahui apa yang di lakukan oleh istri dan papahnya.

"Eh Rendy kamu udah pulang, em ini istri kamu sakit dan papah sedang mengecek keningnya masih hangat atau tidak."jawab kevin berbohong.

Rendy tampak percaya saja lalu mendekati mereka. Rendy mengambil kursi rias milik Sania dan di letakan di pinggir ranjang untuk ia duduki, sebenarnya ia ingin duduk di tepi ranjang tapi Kevin tidak beranjak dari duduknya dan mau memintanya untuk bangun nanti dipikirin dia mengusirnya.

"Kenapa kamu bisa sakit, jangan- jangan kamu kelelahan bersih-bersih rumah yah, aku cariin pembantu lagi aja ya?"tanya Rendy sambil mengelus kening Sania.

"Nggak perlu mas."Sania berusaha menolak, lagipula pekerjaan yang ia lakukan ringan saja menurutnya karena ia hanya memasak, dan bersih-bersih rumah bukan dirinya yang mengerjakan karena ada beberapa pembantu yang datang pagi hari untuk membersihkan rumah dan pulang waktu sore hari. Jadi menurutnya ia bukan kelelahan mengurus rumah tapi kelelahan melayani hasrat mertuanya yang tak kenal lelah.

"Mending pembantunya tinggal disini aja deh pah, dari pada pulang nanti kan jika Sania ingin meminta bantuan ada yang langsung bantu nggak harus telepon dahulu,"saran Rendy menatap Kevin, Kevin tampak bimbang menyetujui atau tidak, masalahnya ia tidak ingin ada orang lain dirumah ini, ia merasa tidak bebas lagi nantinya jika ingin berduaan dengan Sania, tapi melihat kekasihnya sakit seperti ini ia jadi kasian.

 Father In LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang