0.8

67.2K 817 12
                                    

Kevin menatap layar komputer di depannya dengan sesekali memijit keningnya, hari ini Kevin benar-benar tidak bisa fokus kerjanya pikirannya tertuju pada seseorang siapa lagi kalau bukan Sania. Kevin sebenarnya sedang kesal pada mamahnya yang dengan seenaknya membawa Sania pergi dari rumah dan disuruh menginap di rumah mamahnya untuk 2 hari, kan itu membuat dirinya tidak bisa berduaan lagi dengan Sania.

Kevin menghubungi seseorang lewat telepon kantornya.

"Datang ke ruangan saya."perintah Kevin lalu mengakhiri panggilan teleponnya.

Tak lama kemudian pintu ruangan Kevin terbuka, terlihat laki-laki muda memasuki ruangan Kevin.

"Pak bos kenapa tuh mukanya kusut banget nggak dikasih jatah ya sama istrinya,"ujar seseorang membuat Kevin menoleh ke arah pintu ruang kerjanya.

"Pak bos ada apa panggil saya?"tanyanya sembari duduk di depan meja Kevin. Dia Dimas asisten sekaligus orang kepercayaan Kevin.

"Saya tidak ada kegiatan apa-apa lagi kan setelah ini?"tanya Kevin.

"Bapak ada metting nanti setelah makan siang."

Kevin mengangguk. "Telepon Rendy biar dia yang menggantikan saya untuk metting siang ini, saya ingin pulang karena sedikit tidak enak badan."

Sebenarnya kevin berbohong, ia ingin pulang sekarang karena rindu pada Sania.

"Baik bos."

"Ya sudah kau boleh keluar."

Dimas mengangguk lalu Dimas keluar dari ruangan kerja Kevin.

****

"Sania kamu kenapa melamun hem, apa ada masalah, cerita sama Oma?"tanya Erin saat melihat Sania tampak melamun di depan televisi tidak fokus pada tayangan di depannya.

Sania tersadar dari lamunannya dan tersenyum menatap Erin yang berada di sebelahnya.

"Sania nggak papa oma,"jawab Sania.

"Oma tau kamu berbohong apa yang sedang kamu fikirkan?"

Sania menatap Erin, Erin adalah orang yang baik mungkin tak apa jika menceritakan semuanya isi hatinya yang selama ini menganggu.

"Oma, apa oma tau jika mas Rendy mengalami impoten?"tanya Sania.

"Astagah! Benarkah?"tanya Erin dengan wajah kaget.

"Oma tidak mengetahui jika dia impoten Sania, kenapa dia bisa merahasiakan ini dari Oma dan opa."

Sania menggeleng pelan.

"Oma, aku sedang bingung bagaimana cara membuat mas Rendy sembuh."

"Sania, oma juga tidak mengerti cara menyembuhkannya, tapi oma ada saran kalau kamu ingin mempunyai anak dengan Rendy kamu bisa melakukannya dengan metode bayi tabung. Oma yakin kemungkinan besar kamu bisa hamil Sania."

Sania tampak antusias dengan saran dari Erin, ada benarnya juga ia bisa mencobanya siapa tau berhasil.

"Aku mau oma melakukan bayi tabung, tapi gimana caranya?"tanya Sania.

"Besok kamu ke rumah sakit saja untuk konsultasi dan kamu bisa menanyakan kepada dokter apa saja syarat untuk melakukan bayi tabung."

Sania mengangguk dengan senyum mengembang di bibirnya.

Erin mengelus rambut hitam milik Sania. "Oma sudah menganggapmu seperti anak oma sendiri Sania, oma dari dulu pengin banget punya anak perempuan tapi diberikannya anak laki-laki ya sudah oma syukuri daripada tidak mempunyai anak kan, dan oma pernah berharap suatu saat bisa mendapatkan cucu perempuan tapi Kevin sama sekali tidak bisa memberikan cucu untuk oma, hanya cucu laki-laki itu saja bukan kandung."

 Father In LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang