Malam harinya kevin berada dalam perjalanan pulang dari kantor. Setelah keributan tadi pagi Kevin membawa Sania ke kantornya, ia belum menemukan tempat yang aman dan nyaman untuk Sania tinggali jadi ia bawa Sania kemanapun ia pergi.
Saat ini Kevin sedang mengendarai mobilnya tapi entahlah tujuannya mau kemana Sania juga tidak tahu.
Kevin juga sedari tadi seperti sedang menghubungi seseorang tapi sepertinya tidak diangkat-angkat dari tadi membuat Kevin sedikit kesal..
"Papah fokus aja nyetirnya, jangan sambil main hp."tegur Sania.
"Maaf sayang, papah sedang menghubungi Vanya, tapi sendari tadi tidak diangkat-angkat padahal terhubung loh sayang."
"Mau ngapain pah telefon dokter Vanya? Aku nggak papa kok pah,"ujar Sania.
"Papah tau sayang cuma papah mau ngabarin dia, ada dimana sekarang. Karena Papah mau nitipin kamu diapartemen Vanya, papah nggak mungkin tega meninggalkan kamu di apartemen punya papah sendiri karena tidak ada temannya, jadi papah memilih kamu tinggal di apartemen Vanya terlebih dahulu."
"Kamu mau kan sayang tinggal bersama Vanya diapartemennya, untuk sementara waktu aja sayang?"tanya Kevin.
"Iya pah nggak papa, aku malah senang ada temannya."Kevin tersenyum mengelus rambut Sania.
"Ya udah papah langsung ke apartemen Vanya aja deh ya, dari tadi Papah telepon nggak diangkat-angkat."Sania mengangguk, Kevin langsung menambah kecepatan laju mobilnya ia ingin cepat sampai supaya Sania cepat istirahat karena ini sudah sangat malam, Sania butuh tidur dan istirahat.
"Kamu tidur dulu aja sayang, nanti papah bangunin kalau sudah sampai."Sania mengangguk, ia juga sangat ngantuk.
*
Saat ini Kevin dan Sania sudah berada di depan pintu apartemen Vanya. Tapi sendari tadi Kevin sudah mengetuk pintunya tetapi tidak dibuka-buka."Papah akan coba hubungi vanya lagi sendari tadi kita udah bunyikan bel tapi nggak dibuka-buka."
Kevin mulai menghubungi Vanya kembali.
Dreet dreett.
Ponsel Vanya bergetar di atas nakas samping ranjang.
"Sial! Siapa yang menghubungimu dari tadi, mengganggu saja!"gerutu seorang pria yang berada di atas tubuh Vanya.
"Awas brengsek, bangun dari atas tubuhku, aku mau menjawab teleponnya!"marah Vanya, sudah dari tadi teleponnya berbunyi dan juga bel pintu nya dan ingin sekali ia mengangkatnya tapi tidak diperbolehkan oleh laki-laki diatasnya yang sedang mengeksekusi tubuhnya saat ini.
"Aku tidak mau! Jika kamu mau mengangkatnya, angkat saja. Tapi aku tidak mau bangun dari atas tubuhmu,"ujar Kenan lalu mencoba merangsang Vanya lagi dengan cara mencium leher dan puting payudaranya karena ia ingin memulai ronde ke 3. Kenan datang tanpa diundang, Vanya mengundang kakaknya Viona untuk datang ke apartemennya karena ia ingin berbicara pada Viona tetapi bukanya Viona yang datang malah Kenan.
Dreett ....dreett....
Ponsel Vanya kembali bergetar dengan menatap tajam pada Kenan Vanya menggapai ponselnya dengan tangannya, walaupun dengan susah payah.
Vanya berhasil mengambil ponselnya.
Astagah Kevin, ada apa dia meneleponku, batin Vanya.
Vanya langsung mengangkatnya.
"Ha–alo Vin."
"Halo, kamu ini dimana Vanya aku sudah menghubungimu berulang kali tapi tidak diangkat, sekarang kamu dimana?"tanya Kevin mengomeli Vanya.