0.1

185K 1.4K 24
                                    

            Sania menangis sendirian didalam kamar pengantinnya yang disinari lampu tidur saja. Kamarnya saat ini juga dalam keadaan yang sangat berantakan bantal dan guling berada di lantai. Sania menangis sesenggukan diatas ranjang bahkan tubuhnya bergetar ketakutan. Sania mengingat kembali apa yang baru saja terjadi padanya beberapa jam yang lalu..

Flashback.....

"Papah,"ujar Sania lirih menatap mertuanya yang tengah tersenyum padanya.

"Ada apa pah?"tanya Sania saat rasa terkejutnya sudah sedikit menghilang.

"Papah ingin minta tolong padamu,"ujar mertua Sania, dia  Kevin Dirgantara namanya umurnya baru 37 tahun, dia juga adalah mantan bosnya.

"Minta tolong apa pah?"tanya Sania.

"Papah ingin punya anak Sania,"jawab Kevin sembari menunduk.

Sania mengerutkan keningnya bingung mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kevin. Kenapa ayah mertuanya bilang seperti itu padanya,  atau mertuanya ini ingin dirinya memberikan solusi untuknya.

"Maksud papah apa ya bicara seperti itu padaku?"tanya Sania.

"Atau papah ingin aku memberikan solusi."lanjut Sania, Kevin menatap Sania lalu mengangguk samar.

Sania manggut-manggut mengerti ternyata mertuanya ini ingin curhat denganya, dulu waktu ia masih bekerja menjadi OG di perusahaannya mertuanya Kevin juga sering curhat denganya, entah itu tentang keluarga ataupun pekerjaannya.

"Em gini pah menurutku mamah masih bisa hamil kok, tapi hamil di usia yang sudah 38 itu banyak resikonya pah, yang aku dengar-dengar,"ucap Sania.

"Maka dari itu papah meminta tolong padamu, kamu mau kan?"tanya Kevin.

"Memangnya apa yang harus Sania bantu pah?"tanya Sania.

"Kamu bilang dulu mau atau tidak?"desak kevin. Sania mengangguk pelan tanda mau.

Kevin tersenyum lebar, sania tidak mengerti arti tatapan Kevin yang sedang memujanya dan bernafsu apalagi saat ini dia hanya menggunakan bathrobe berwarna merah yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.

"Sini ikut papah."ajak kevin sembari berjalan ke arah ranjang. Sania yang terlalu polos jadi mengikuti saja kemauan mertuanya.

"Duduk sini samping papah."perintah Kevin sembari menepuk tempat di sampingnya. Dan lagi-lagi Sania menurut dia pun duduk disamping mertuanya.

"Kamu tahu kan papah ingin anak dan kamu tahu kan membuat anak harus melakukan hubungan badan dulu?" Kevin memandang wajah Sania intens, Sania mengangguk polos. Tangan kevin mulai nakal dengan mengelus paha Sania yang terlihat, Kevin yakin Sania tidak menggunakan apa-apa di balik bathrobe ini. Sania berusaha menjauhkan dirinya supaya tangan mertuannya tidak mengelus pahanya. Sania juga merasa risih melihat tatapan mertuanya yang terlihat seperti menelanjanginya.

"Sania kenapa kamu menyingkir? Kita tidak akan bisa memulainya jika kamu terus menyingkir seperti ini,"ucap Kevin.

"Maksud papah apa si? Sania tidak mengerti."tanya Sania bingung.

"Rupanya kamu belum mengerti juga yah,"ucap Kevin sembari tersenyum miring.

"Papah ingin punya anak dan papah ingin membuatnya dengan kamu Sania,"ucap kevin.

 Father In LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang