1.7

35.8K 855 134
                                    

Pukul 6.30 wib..



Hoek...hoek....

Sania yang akan berjalan ke dapur mendengar suara orang muntah-muntah. Sania memilih menghentikan langkahnya untuk memperjelas pendengarnya.

"Itu sepertinya papah yang muntah-muntah, kalau mas Rendy kayaknya nggak mungkin orang dia lagi renang,"gumam Sania.

Sania sempat melihat Rendy berenang tadi dari jendela kamarnya.

Sania yang merasa khawatir bergegas menuju sumber suara.

Sania langsung saja masuk ke dalam kamar Kevin karena ia melihat pintu kamar dalam kondisi terbuka lebar.

"Pah, papah! Kamu di mana pah!"

Terdengar suara kran dari dalam kamar mandi, Sania lantas masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Sania melihat Kevin sedang berdiri di depan wastafel sedang berkumur-kumur, dan dia hanya mengenakan handuk saja. Sepertinya Kevin baru saja selesai mandi.

"Pah, papah yang muntah-muntah ya tadi?"tanya Sania.

Kevin menatap Sania, jujur Kevin kaget saat Sania datang kesini.

Apa karena suara muntahannya terdengar sampai keluar hingga Sania menghampirinya.

"Ngapain kamu ke sini?"tanya Kevin seraya mengambil waslap dan mengeringkan sekitar bibirnya.

"Aku tadi dengar papah muntah-muntah, jadi aku kesini. Papah lagi sakit ya, Sania ambilkan obat ya."

"Nggak usah, nanti aku bisa ambil sendiri,"jawab kevin dengan nada ketus.

Kevin ingat jika sekarang dirinya sedang membuat Sania menyadari perasaan cintanya, jadi Kevin harus tetap berpura-pura marah pada Sania.

"Pah, biar aku aja yang ambilkan obatnya, papah tiduran aja di ranjang nanti aku balik lagi ke sini,"ujar Sania dengan suara lembutnya.

Kevin bisa melihat di wajah Sania tampak rasa khawatir melihat kondisinya. Kevin juga sedang heran dengan tubuhnya saat ini ia muntah-muntah tanpa di sertai penyakit yang lain. Kevin merasa Indra penciumannya begitu sensitif belakang ini, mencium bau yang biasanya biasa saja saat ia cium sekarang ia jadi merasa mual saat mencium bau itu.

"Sudah kubilang tidak usah!"

Kevin memilih keluar dari kamar mandi agar akting marahnya semakin di percaya oleh Sania.

Tapi langkah Kevin terhenti saat ia merasakan punggungnya di peluk oleh Sania.

"Pah, maafin aku,"ujar Sania dengan suara seraknya. Ia tidak tahan lagi melihat sikap Kevin yang seperti ini, ia ingin Kevin bersikap lembut lagi seperti dulu.

"Kenapa kamu minta maaf?"tanya Kevin.

"Aku punya salah sama papah. Kalau nggak, papah pasti nggak akan marah dan bersikap dingin ke aku."

"Hiks... aku sadar sekarang, aku nggak bisa di giniin sama papah. Aku cinta sama kamu pah,"ujar Sania.

Kevin tersenyum lebar mendengar itu, akhirnya ia bisa mendengar ungkapan cinta Sania untuknya.

"Hiks... aku bohong sama papah tentang perasaanku ini, karena aku berfikir jika aku memutuskan hubungan ini, hubungan papah dan mamah Maria akan kembali normal. Papah nggak akan menceraikan mamah Maria tapi ternyata keputusan papah memang sudah bulat untuk menceraikan mamah Maria."

"Tapi sekarang terserah jika papah tidak ingin melanjutkan hubungan kita karena papah sudah terlanjur membenciku, aku akan pergi dari rumah ini karena aku juga merasa tidak pantas menjadi istri mas Rendy lagi,"ujar Sania sambil menangis.

 Father In LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang