. . . Fast up! Inget ramein! Awas aja kagak, seriusan ngambek gue wkwk~ . . .
"If you want a devil to be an angel, it's such an important things."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Soobin mengikuti arah pandang Taehyun dan menemukan sang kakak yang berdiri angkuh di ambang pintu sembari bersidekap dada.
"I'm here, don't worry okay?" bisik Soobin tepat pada telinga Taehyun yang tentunya berhasil membuat atensi si manis tertuju penuh padanya.
Yeonjun mendecih pelan melihat pemandangan di depannya. Bola matanya memutar malas saat sang adik ; Choi Soobin berjalan mendekat ke arahnya setelah meminta Taehyun untuk kembali membereskan pakaiannya.
"Apa yang kau mau Choi?"
"Mau ku? Bukannya aku yang seharusnya bertanya seperti itu Junnie hyu--- maksud ku Choi Yeonjun?"
Tidak ada balasan dari Yeonjun. Netra kelam si kriminal menatap lekat pada netra adiknya dengan sirat yang sulit untuk diartikan. Soobin sendiri sudah terbiasa dengan tingkah random kakaknya yang terkadang sangat keji.
Tapi kali ini Soobin tidak akan membiarkan Taehyun bernasib sama seperti korban Yeonjun sebelumnya. Sudah sangat lama Soobin bersabar dengan kelakuan kakaknya yang terlewat kejam dengan membunuh bayi tak berdosa yang bahkan merupakan darah dagingnya sendiri.
"Minggir."
Soobin menghela nafasnya pelan sebelum memberikan jalan pada Yeonjun untuk masuk ke dalam. Bukan takut, dia hanya ingin memberikan kesempatan pada kakaknya untuk berbicara sekali lagi dengan Taehyun.
"Dengar--" Yeonjun menarik paksa lengan Taehyun agar pria mungil itu mau berhenti dari kegiatan mengemas pakaiannya.
Taehyun tentunya terkejut. Bahkan ringisan pelan keluar dari bibirnya karena cengkraman Yeonjun yang terlalu kuat.
"L-lepaskan." lirih Taehyun sembari berusaha melepaskan cengkraman Yeonjun pada pergelangan tangannya.
"Berhenti berkemas karena kau tidak akan pergi kemana pun." tekan Yeonjun menghiraukan rintihan Taehyun.
Mendengar ucapan penuh penekanan Yeonjun tadi membuat Taehyun memberanikan dirinya untuk mendongakkan kepalanya, menatap manik segelap malam itu dengan sorot sendunya.
"Aku bukan pelayanmu lagi, Tuan Choi Yeonjun yang terhormat. Jadi kau tidak berhak untuk mengatur dimana aku akan tinggal." tegas Taehyun namun dengan suara lirihnya.
"Biar aku ingatkan sekali lagi. Tadi saat aku menemui mu, apa kau lupa bagimana dengan teganya kau menyuruh ku untuk meng--"
"DIAM!" seru Yeonjun yang berhasil membuat kedua belah bibir Taehyun mengatup rapat. Sorot ketakutan juga mulai terpancar dari mata indah yang kini mulai sembab dan membengkak.
