Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Netra irit dengan iris gelap indahnya menutup rapat. Inhale exhale terus dilakukannya guna menetralkan emosinya yang kini tengah bergemuruh penuh amarah.
Tepat beberapa menit yang lalu, Jisung mendapat sebuah panggilan masuk dari asisten ayahnya yang mengatakan kalau kediaman keluarganya mendapat terror. Sang ayah meninggal karena terbunuh, sedangkan kakaknya, Park Jeno kini tengah terbaring lemah diatas brangkar rumah sakit.
Tanpa perlu mencari tau, Jisung sudah bisa menebak siapa dalang dibalik penyerangan keluarganya.
"Choi Yeonjun. Bajingan itu sudah melupakan batasannya." geram Jisung rendah.
"Kalau memang itu yang kau mau, permainan ini akan benar-benar dimulai detik ini juga."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sembari bersenandung kecil, Taehyun mulai melucuti setiap helai benang yang menutupi tubuh mungilnya. Begitu selesai, si manis segera masuk ke dalam bathtub yang sudah dia siapkan beberapa menit yang lalu.
Berendam di siang hari bukanlah pilihan yang buruk mengingat cuaca hari ini yang terbilang cukup panas.
"Can you stay up all night~"
Kedua belah bibir tebalnya tidak berhenti menyanyikan lagu yang menjadi favoritnya akhir-akhir ini. Hingga indra pendengarannya menangkap suara pintu kamarnya yang dibuka.
Taehyun terdiam sejenak, semakin menajamkan pendengarannya saat suara derap langkah kaki yang mendekat juga perlahan mulai terdengar.
"Jisung? Kau sudah pulang?"
"Jii?"
"Jii, kau tau kalau aku itu pe--"
Kalimat Taehyun terhenti saat mendengar suara gelak tawa seseorang yang sangat dikenalnya.
"PARK JISUNG KELUAR DARI KAMAR KU SEKARANG JUGA!"
Tepat setelah seruan garangnya tadi suara gelak tawa sahabat tengilnya itu langsung tak terdengar lagi. Taehyun juga bisa mendengar suara pintu kamarnya yang ditutup kembali.
