Bagian 20

1.9K 156 0
                                    

Makan malam dilewati Taehyung dengan perasaan yang sangat buruk. Ia bahkan sama sekali tidak menikmati hidangan luar biasa yang disajikan malam itu. Ketika diajak bicara pun, ia hanya menjawab seperlunya. Bahkan, terkadang ia sama sekali tidak berniat untuk menjawabnya.

"Jadi, kapan pertunangan akan dilaksanakan? Taehyung dan Gaeun sudah berada di tingkat tiga, sebentar lagi mereka juga akan lulus. Harapan kami, mereka bisa segera menikah. Nanti Taehyung bisa kuliah sambil belajar untuk mengambil alih bisnis," ujar ayah Gaeun disela makan malam mereka.

"Saya ikut yang terbaik saja. Saya rasa Taehyung dan Gaeun juga punya pemikirannya sendiri. Mereka pasti sudah punya planning untuk hidupnya ke depan," sahut ayah Taehyung.

"Kalo aku sih mau secepatnya pa. Biar nggak ada lagi yang genit ke Taehyung. Kalo udah tunangan kan, sungkan ada yang deketin," ujar Gaeun sambil melirik Taehyung yang bahkan tak sedikit pun bereaksi dengan pembicaraan ini.

"Wah, kamu kok agresif begitu sih. Ya sudah, bagaimana kalau bulan depan? Setelahnya langsung diatur kapan pernikahannya," usul ayah Gaeun.

"Iya pa, gitu aja," ujar Gaeun setuju.

Selesai makan malam, keluarga Taehyung segera beranjak untuk pulang ke rumah. Dan keadaan Taehyung masih sama seperti di restoran tadi. Diam tanpa ekspresi. Sang bunda yang khawatir berusaha mengajaknya bicara.

"Tae, kamu marah sama kami? Maaf nak, cuma ini caranya agar perusahaan ayah kamu dapat suntikan modal. Perusahaan ayah baru saja ditipu orang. Bunda harap kamu mengerti keadaan ini," ujar sang bunda pelan. Mereka sedang duduk bersebelahan di tempat tidur Taehyung.

"Tapi kenapa harus Tae bunda? Kak Namjoon belum punya pacar, kenapa nggak kakak aja? Bunda bisa bayangin gimana perasaan pacar Tae kalo tahu apa yang terjadi?!" bentak Taehyung.

"Bunda tahu sayang, bunda tahu. Tapi, Gaeun minta dengan kamu bukan dengan Namjoon. Dan ayah cuma bisa menuruti keinginan itu. Bunda juga tidak bisa apa-apa waktu ayah cerita. Bunda mau bilang kalau Tae sudah punya pacar, tapi bunda juga kasihan dengan ayah. Bunda mohon, ini satu-satunya cara buat kita selamatkan perusahaan ayah," ujar sang bunda sambil memeluk Taehyung.

Taehyung blank, semuanya terjadi begitu cepat. Baru kemarin ia merasakan bahagianya dengan Jungkook. Ia memperkenalkan Jungkook dengan orang terdekatnya. Dan hari ini, ia harus menyampaikan berita buruk pada Jungkook.

Tuhan, gimana caranya ngomong? Tegakah aku buat ngomong langsung ke Jungkook? batin Taehyung terus bergejolak dengan segala hal yang terjadi.

"Pertunangan kamu bulan depan. Lebih baik, kamu putus sebelum itu. Akan lebih sakit jika dia tahu setelah kamu resmi bertunangan," suara lirih sang bunda kembali mengisi keheningan di kamar Taehyung. Dan Taehyung kembali tidak menjawab. Ia sibuk dengan pikirannya hingga tidak menyadari sang bunda telah pergi dari kamarnya.

***

Seminggu berlalu sejak makan malam mengerikan yang Taehyung lalui. Dan entah kenapa, intensitas pertemuannya dengan Jungkook juga berkurang tanpa ia sadari. Sebenarnya, ia masih belum berani bertemu dengan Jungkook. Lebih tepatnya, ia masih belum berani mengatakan yang sebenarnya dengan Jungkook.

Hingga sore itu sepulang kuliah, ponselnya berdering dengan keras. Dilihatnya, ternyata sang penelpon adalah Jungkook. Bimbang sejenak apakah ia harus menerima panggilan itu atau tidak. Namun akhirnya, ia menerimanya.

"Halo."

"Halo kak. Lama banget angkat telponnya. Aku ganggu ya?"

"Gak kok. Kakak lagi di parkiran kampus, mau pulang. Ada apa?"

resettenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang