Bagian 30

1.6K 143 0
                                    

"Jadi, kakak mau tinggal disini selama seminggu atau gimana?" Tanya Jungkook ketika mereka berbaring bersebelahan malam itu.

Keduanya akan bersiap untuk tidur dan pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benak Jungkook.

"Maunya sih gitu. Karena kakak yakin kamu nggak akan mau kakak ajak nginep di apartemen. Tapi setelah dipikir lagi kayaknya nggak enak sama keluarga kamu kalo nginep seminggu," ujar Taehyung sambil memandang Jungkook.

"Kenapa nggak enak?"

"Ya, itungannya kakak bukan siapa-siapa kamu. Pacar bukan apalagi calon. Kan nggak pantes banget kalo main nginep selama itu."

"Tapi katanya kakak mau perbaiki hubungan kita?"

"Kan nggak harus sampe nginep juga cintaku. Kakak bisa pergi setelah kamu tidur dan balik sebelum kamu bangun. Gimana?" Tawar Taehyung.

Jungkook hanya menekuk wajahnya dan menjawab dengan ketus. "Terserah. Toh yang mau balikan kan kakak."

"Lho, kok jadi marah gitu sih? Jadi ceritanya kakak nggak boleh pulang nih?" Goda Taehyung.

"Y-ya nggak gitu juga. Udah ah, aku mau tidur. Capek," Jungkook langsung merebahkan tubuhnya membelakangi Taehyung.

Dan ia merasakan sepasang lengan memeluk erat pinggangnya. Jangan lupa dengan hembusan nafas lirih di lehernya yang membuatnya bergidik halus.

"Kakak nggak mau pandangan orang tua kamu jadi negatif karena nginep tanpa hubungan yang jelas. Kakak janji, kamu nggak akan tahu kapan kakak datang dan pergi," bisik Taehyung lirih.

Dan Jungkook bisa apa selain menghela nafas dan menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

"Maaf ya, aku tadi gak mikirin sampai kesana."

"Iya, nggak pa pa. Kamu nggak salah kok."

"Hadap sini dong, nggak enak banget tidurnya ngadep punggung gini," ujar Taehyung sambil membalikkan tubuh Jungkook.

Jungkook hanya bisa pasrah dan wajah sumringah Taehyunglah yang ia lihat. Dan dirinya tidak kuasa ikut mengulaskan senyum indah di wajahnya.

Taehyung tak kuat melihat wajah Jungkook yang sangat indah dengan senyuman itu. Pipinya memerah di tengah temaram sinar bulan. Matanya yang nampak sayu karena efek mengantuk. Dan jangan lupakan bibir merah merekah yang sempat Taehyung cicipi di rumah sakit waktu itu.

Bibir merah itu Taehyung elus menggunakan jempolnya dan wajah Jungkook nampak semakin memerah mendapat elusan seperti itu. Jangan lupakan matanya yang semakin sayu dan hal terakhir yang ia ingat adalah bibir lembab Taehyung yang bertemu dengan bibir merahnya.

Sebuah kecupan manis yang tidak melibatkan nafsu sedikitpun. Taehyung hanya mengecupnya berulang kali tanpa berniat bertindak lebih jauh. Dielusnya pipi putih kemerahan Jungkook.

Ketika Taehyung akan menjauhkan wajahnya dari Jungkook, justru dirasakannya tarikan pada lehernya. Jungkook justru lebih beringas menciumnya. Menciumnya dengan sangat kasar seolah tak ada lagi hari esok.

Taehyung yang diberi kesempatan seperti itu jelas tak mau menyia-nyiakannya. Segera ia membalik posisi tubuh mereka menjadi dirinya menindih tubuh Jungkook.

Semakin diperdalam ciuman itu. Lidahnya pun tak mau kalah ikut bermain bersama. Beradu dengan lidah Jungkook dan mengelus langit-langit mulutnya. Saliva sudah sibuk mengalir melewati dagu dan pipi Jungkook.

Sebuah tepukan dirasakan Taehyung di bahunya dan segera ia lepaskan ciuman mereka. Ditatapnya Jungkook yang masih memejamkan mata dan menata nafasnya. Pipinya nampak sangat merah dan ia terlihat sangat menggairahkan. Jangan lupakan saliva yang membuat bibirnya nampak basah dan mengkilat itu.

Sial, tahan dirimu Kim. Jangan sampai Jungkook marah karena tingkah bejatmu, batin Taehyung berusaha menguatkan dirinya.

Sebuah kecupan terakhir Taehyung berikan sebelum ia beranjak dari atas tubuh Jungkook dan berbaring kembali ke tempatnya; meninggalkan Jungkook dalam kebingungan.

Dan sebelum Jungkook sempat bertanya, tubuhnya sudah dibawa pada pelukan hangat Kim Taehyung. Ia bisa mendengarkan detak jantung Taehyung yang berdetak sangat kencang dan jangan lupa sesuatu di bawah sana yang mengganjal di lututnya.

"Kak, kenapa? Kakak nggak mau aku bantu?"

"Kakak mau kita baikan dan bukan dengan cara ini. Kakak mau kita baikan dan mulai dari awal dengan cara yang baik. Maaf tadi kakak agak kelewatan sama kamu," suara lirih Taehyung menampar Jungkook.

Ia yang tadi menarik Taehyung dalam ciuman panas mereka. Ia yang memancing Taehyung. Tapi sekarang? Justru Taehyung yang minta maaf karena telah menciumnya.

"Kak, please stop blaming yourself! Kakak nggak perlu nyalahin diri kakak terus menerus. Kalo aku emang salah, kakak tegur aku. Kalo cara aku kakak nggak suka, kasih tau aku kak. Berhenti terus menutupi kesalahanku!"

Dan hanya elusan di punggungnya yang Jungkook dapatkan sebagai balasan. Ia tidak mengerti lagi dengan Kim Taehyung. Kenapa pria itu selalu mengalah untuknya?

Taehyung tidak pernah marah apapun yang ia katakan. Taehyung tidak pernah membantah apapun yang ia katakan. Seegois itukah dirinya?

Dan malam itu dihabiskan Jungkook dengan merenungi semua yang terjadi diantara mereka. Ia merasa sudah terlalu egois mengikat Taehyung selama ini tanpa memberi keputusan pasti.

Ia mau diajak mencoba untuk kembali lagi tanpa mengerti isi hatinya yang sebenarnya. Ia takut akan mengecewakan Taehyung bila pada akhirnya ia tak bisa kembali pada pria itu.

Ia takut bila nantinya dirinya tak cukup pantas untuk Taehyung. Semua rasa itu sekarang bercokol di hatinya dan sejujurnya membuatnya semakin tidak yakin untuk mengulang semuanya. Haruskah ia mundur? Haruskah ia menyelesaikan semuanya saat ini juga?

Jungkook akhirnya tertidur ketika jam dinding telah menunjukkan waktu pukul tiga pagi. Ia bingung dan kalut dengan pikirannya sendiri.

Tubuhnya terasa diguncang beberapa kali dan jangan lupa kecupan di seluruh wajahnya, membuatnya membuka mata dan sinar matahari pagi langsung menghampirinya yang membuatnya memejamkan mata lagi.

"Selamat pagi pangeran. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Ayo bangun dulu dan kita sarapan," suara Taehyung langsung memenuhi gendang telinganya.

Jungkook justru memeluk Taehyung semakin erat sambil mengerang tanda tak ingin bangun pagi.

"Masih pagi kak. Kita kan juga libur, bangun jam delapan aja," protes Jungkook dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.

Dan sebuah kecupan ia rasakan mendarat di dahinya beserta elusan di kepalanya.

"Kamu lanjutin tidur deh. Kakak mau olahraga abis itu lanjut mandi," pamit Taehyung yang hanya dibalas gumaman malas oleh Jungkook.

Taehyung hanya mengulas senyum kecil menatap tingkah Jungkook. Ia harus bersemangat memenangkan hati pria itu dan akan segera dia resmikan hubungan mereka. Ia sudah tidak sabar mengatakan pada dunia tentang Jeon Jungkook, orang tericintanya.

resettenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang