mula-mula

773 113 87
                                    

Aleena mengetuk bolpoin ke meja sesekali, ia benar-benar sangat bosan didalam kelas.

Kedua sahabatnya belum datang dan hanya beberapa teman yang tidak begitu akrab sudah berada didalam kelas.

Brak

Aleena menatap Feinna dengan mata malas, ayolah Aleena memang menginginkan sahabatnya untuk segera datang,tapi bukan dengan cara mengangetkan.

Mengebrak meja Aleena dengan keras, Feinna segera duduk dibangku seberang dan menatap Aleena. Ia tak menghiraukan respon Aleena yang sedikit terganggu dengan tingkah yang ia perbuat.

"Lu harus tau, gue dapet info menarik."

"Guys, gue dapet info baru," sahut Iza yang berada diambang pintu kelas.

Aleena reflek menoleh ke arah suara itu berasal.

Untung penghuni didalam kelas saat pagi belum begitu banyak, membuat 2 orang yang menyukai gosib itu tak mendapat lirikan tajam karena menganggu ketenangan seseorang.

"Pasti itu kan?" Feinna memastikan bahwa info baru yang dimaksud oleh Iza sama dengan info baru yang akan disampaikan olehnya.

"Twitter kan?" Iza menoleh ke arah feinna.

"Seratus buat lu, gue bacanya sampai kaget sih." Feinna menjawab dengan sangat semangat.

Berbeda dengan Aleena yang  hanya diam dan mendengarkan Feinna dan Iza yang membahas sesuatu yang ia tak pahami.

Aleena memang manusia yang selalu atau bisa dibilang tempat curahan berita yang didapati oleh mereka berdua.

"Info apaan sih?" tanya Aleena.

"Udah lihat postingan terbaru akun Twitter punya sekolah nggak?" tanya Feinna.

"Enggak,gue kemarin nggak pegang hp."

"Yah, lu ketinggalan berita." Iza  meletakkan tasnya kebangku, membalikkan kursi ke arah belakang menghadap bangku Aleena.

***

"Leen, rumus soal ini yang mana?" tanya Feinna dari belakang bangku Aleena.

Aleena menoleh sekilas untuk melihat soal mana yang dimaksud oleh Feinna, "Yang ada di papan tulis nomer 2."

"Ok," jawab Feinna mengancungkan ibu jarinya tanda terimakasih.

Pelajaran pertama yang langsung disambut oleh pelajaran matematika. Entah bagaimana murid kelas X MIPA 1 tak ada yang panas otaknya karena materi yang diberikan oleh Bu Wiwit selaku guru pengampu pelajaran matematika.

"Bu Wiwit," panggil Gino.

"Kenapa?"

"Kalau udah selesai boleh keluar?"

Bu Wiwit berjalan menuju ke arah bangku Gino dan melihat pekerjaannya. Ia ingin melihat dulu apakah tugas yang diberikan sudah dikerjakan dengan benar atau hanya  asal.

"Bener semua," guman Bu Wiwit membolak-balik kertas itu sesekali untuk mengecek apakah penglihatannya apakah ada yang salah atau tidak.

"Nggak usah dicek lagi Bu, udah  bener mah bener aja."

"Sombong kali jadi manusia," ucap Iza melirik Gino tak suka.

Gino balas melirik Iza, "Sirik banget jadi orang."

Iza berdiri dan menatap lekat teman sekelasnya itu, dari dulu memang Gino dan Iza tidak bisa akur.

"Udah deh Za," suruh Aleena, ia tak ingin mendengar pertengkaran untuk hari ini.

Sudah cukup di rumah ia mendengar 3 kakaknya berantem hanya prihal berebut sebuah makanan saat sarapan.

Aleena adalah anak paling sabar didalam keluarganya, apalagi diantara Iza dan Feinna, sudah pasti Aleena yang paling sabar.

Memikirkan tentang ketiga kakaknya yang super duper jail dan nyebelin, ia tiba-tiba teringat dengan anak laki-laki yang 2 hari lalu menyapanya di koridor kelas saat jam pulang.

Gue jadi penasaran manusia sokap itu baru ngapain.

Kayaknya tu anak suka buat ulah deh.

Eh ngapain juga gue penasaran, nggak waras.

Aleena menggelengkan kepalanya untuk menyingkirkan pikiran itu dari dalam otaknya.

"Lu ngapain geleng-geleng Leen?" bisik Feinna.

Melihat tingkah Aleena yang sedikit aneh membuatnya sedikit was-was.

"Pusing," jawabnya singkat.

Aleena segera fokus ke soal yang tertera pada kertas dan mengerjakannya, pertengkaran antara Iza dan Gino juga sudah selesai hanya dengan teguran Aleena ke Iza.

Iza menuruti saja, toh tidak merugikan dirinya. Walau sebenarnya ia sangat ingin adu debat dengan Gino.

***

Berbeda dengan kelas X MIPA 3, sekarang kelas ini sedang mempelajari pelajaran biologi.

Pelajaran biologi yang begitu banyak hafalan untuk menguasai materinya.

"Am, maksut soal ini apaan?" tanya Exel memberikan selembar kertas yang tertera beberapa soal disana.

"Biologi tentang gini aja lu pusing, kalau soal onoh mah pasti lu gercep," cibir Priam.

"Itu mah very easy," jawab Exel menarik turunkan alisnya.

"Nggak usah sok Inggris,nilai Inggris aja remedial." Priam menarik kertas yang sedari tadi dipegang oleh Exel.

Priam sesekali mencoret dan menulis, entah yang ditulis oleh Priam itu apa. Intinya ialah jawaban atas apa yang ditanyakan oleh Exel, jawaban materi biologi tentang daur biogeokimia yang sangat memusingkan.

"Am, lu nggak mau deketin Aleena?" tanyanya tiba-tiba.

Mendengar Exel menyebutkan nama Aleena, Priam berhenti untuk mencoret kertas dan mendongakkan kepalanya menatap Exel dengan sorot mata curiga.

Kenapa juga Exel tiba-tiba menyuruhnya untuk mendekati Aleena?

Biasanya juga hanya mendengarkan tanpa ada suruhan untuk mendekati Aleena sesegera mungkin.

"Ngapain?"

"Ya deketin lah, Gino udah satu kelas sama Aleena dari dulu kan?"

"Nggak takut ditikung?" tanya Exel.

Bocah satu ini memang pintar sekali mengadu domba dan memanas-manasi antar temannya.

"Nggak takut,gue tau Gino suka siapa." Priam melanjutkan coretan dikertas milik Exel.

"Lu tau darimana?" tanya Exel.

Ia merasa menjadi pengecualian jika tak mengetahui info dari kedua temannya itu.

Bisa-bisanya juga Priam mengetahui rahasia Gino,dan dirinya tidak mengetahuinya.

"Lu sekarang gitu,sukanya pilih kasih."

"Nih," ucap Priam menyodorkan kertas milik Exel tanpa ada niat untuk menggubris ucapan Exel yang sekarang melantur kemana-mana.


|

|

|

Spam next🚀

Alina🦁
TBC
01/4/2023

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang