Aleena melempar HP nya asal ke dalam Lacinya. Pesan yang menurut nya emang penting tapi agak ngeselin gimana gitu, Aleena memang benar-benar hanya butuh pertolongan dari kakaknya tanpa ada paksaan sama sekali.
Tetapi dari tadi tak ada jawaban dari kakaknya itu, sudah sekitar 1 jam ia menunggu.
Jika emang kendaraan sedang tidak rusak, sudah dipastikan Aleena akan berangkat sendiri. Tapi memang nasib Aleena baru sial, mobil dan montornya rusak. Mobilnya nya bannya bocor, dan montornya entah rusak apanya dihidupin nggak nyala-nyala.
"Za..." panggil Aleena. Iza yang merasa dipanggil segera menoleh dan mengangkat satu alis kanannya mengisyaratkan 'Apa'.
"Gue boleh nebeng anterin pulang?"
"Enggak bisa sayang, gue baru mau pergi sama Bunda tercinta" jawab iza.
"Fei lu bisa ngak?" Tanya Aleena, ia sekarang benar-benar berharap jika Feinna bisa menolong dirinya untuk kali ini saja.
"No nggak bisa, gue ada jadwal les," ucap Feinna memberikan jawaban, definisi manusia maniak nilai adalah Feinna, ia akan les diberbagai tempat hanya untuk mendapatkan sebuah target yang ia buat.
Jika Aleena melihat semangat itu kadang heran seja,mengapa tak belajar santai seperti dirinya. Bukankah itu tak menyiksa pikiran sendiri?
"gue pulang sama siapa dong?" tanya nya sekali lagi.
"Taksi, ojek, Grab." ucap Iza masih berfokus dengan HPnya.
"iya juga," jawabnya sambil memangut-mangut kan kepala nya berkali-kali.
Aleena baru sadar sejak bertemu Priam Aleena lemot untuk berfikir. Ia tak merasa tertular kebodohan Priam itu. Karena Priam termasuk manusia pintar disekolah.
"Kenapa lu enggak nyuruh nganterin Priam buat pulang?" tanya tiba-tiba Iza.
"Dih, males gue. Ada ide lain nggak sih selain dia dan gratis?" tanya Aleena kesal sendiri.
Sepertinya untuk uang pulang naik ojek online memang tak cukup, tetapi dirinya masih berharap bahwa kakaknya segera menjawab pesan yang ia kirim.
"Nunggu kakak lu aja, bentar lagi juga dijawab," ucap Feinna meyakinkan Aleena.
"Okdeh."
***
"Ali lama bener, otw keluar parkiran deh kayaknya," guman Aleena jengkel.
Ia sekarang berada digerbang utama sekolah. Sebenernya ingin sekali menunggu di gerbang satunya tapi masih trauma bertemu preman banci.
Padahal jawaban dari Ali tadi menyetujui untuk menjemput dirinya,tetapi sudah lama ia menunggu sang kakak masih saja belum datang.
Tin
Tin
Aleena mendengar klakson montor yang dibunyikan segera mencari asal suara itu, "Ali kah?"
"Ketemu lagi sama neng geulis, belum pulang?"
"Udah nih, udah dirumah," jawab Aleena asal.
Ia kira yang tadi mengklason dirinya adalah Ali kakak ketiganya,ternyata tak lain dan tak bukan manusia yang bernama Kevin.
Kenapa jika satu penderitaan hilang akan selalu muncul penderitaan lainnya?
Dan kenapa, akhir-akhir ini selalu bertemu dengan manusia yang nyebelin dan sok akrab.
"Butuh tumpangan?" tanya Kevin sembari menarik turunkan alisnya menggoda.
Melihat kelakuan Kevin yang super minus akhlaq ingin sekali Aleena membogem wajahnya dan melemparkan badan kevin ke sungai.
"Enggak, makasi."
"Keknya lu lagi bokek deh, beneran enggak mau gitu nebeng sama Kevin manusia tampan paripurna sejagat raya ini?" tanya Kevin sangat percaya diri.
"Gue udah ada yang jemput."
Shibal
Jadi pengen punya pacar, biar nggak diganggu sama cowok rese.
"Apakah bener?"
Nahkan, Kevin itu manusia yang lebih rese,dan nyebelin. Bedanya Kevin dan Priam, yaitu Priam titisan jalangkung kalau Kevin titisan buaya darat!
Aleena tak menggubris ucapan Kevin dan berfokus ke handphonenya dan men spam nomer Ali. Ia hanya ingin segera dijemput, benar-benar hanya itu.
"Lu dengerin nggak?"
"Mancing dah," guman Kevin sedikit kesal melihat Aleena yang hanya sibuk sendiri dan fokus ke handphone.
"Denger," ucap Aleena sekilas tanpa minat.
"Gue udah baik sama lu gitu, lu malah ngelunjak?"
"Bukannya gue tadi udah bilang, gue ada yang jemput. Napa lu yang bersingkukuh nganterin? berasa jadi korban lagi," ucap Aleena sedikit jijik dengan sikap laki-laki yang berasa menjadi korban dan tersakiti.
Bukannya yang salah itu Kevin? Aleena udah menolak secara halus, tetapi Kevin seperti orang yang memaksa untuk melakukan keinginannya sendiri.
"Bukannya gue nolong orang yang kesusahan? kenapa lu malah sewot gitu padahal ada orang yang nolongin."
What the .....
"Orang yang lu tolongin enggak butuh pertolongan, lu juga terkesan maksa," ucap Aleena menekankan kata maksa di akhir kalimat.
Ia baru ingat, bukankah Ali sekolah di rajawali juga,mengapa sekarang belum segera kesini jika adik kelasnya itu saja sudah ke sini 10 menit yang lalu.
Kevin yang semakin terpancing ucapan Aleena yang membuat emosinya naik ke ubun-ubun kepala segera turun dari motornya dan menghampiri Aleena.
"Pulang sama gue."
"Dih, lu siapa?" tanya Aleena.
Mendengar respon Aleena tak sesuai harapannya, Kevin mencengkram tangan kanan Aleena dengan kencang.
"Sakit bangsat" umpat Aleena kesal dan memutar pergelangan tangan Kevin untuk melepaskan cengkraman dari tangannya.
Ia sekarang benar-benar membenci kevin, ia tidak suka cowok kasar.
Apakah logika Kevin itu tidak dipakai? Sudah jelas ia tadi ditawari dengan perkataan saja menolak keras apalagi dengan main tangan seperti ini, sudah pasti Aleena juga akan menolaknya.
Gue butuh pertolongan orang
Gue sekarang berharap ada Priam.
Please come here Priam
"Al," panggil Priam sedikit bingung dengan interaksi yang ada didepannya.
Tanpa ba-bi-bu Aleena naik ke montor Priam, "tolong gue sekali ini aja, anterin gue pulang."
"Ok," jawab Priam sedikit ragu dan segera melakukan montor miliknya.
Dilain tempat Kevin masih mengaduh kesakitan dan mengumpat serapahi Aleena dan Priam.
❀
|
❀
|
❀
|
❀Spam next🚀
Alydhasna 🦁
TBC
26/4/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPA [END]
Teen Fiction[⚠️NO COPAS!!] [HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] Aleena Amelia Putri tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis disaat namanya dipanggil oleh seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. Priam Angkasa Dewa, dengan penampilan urakan dan sikap sok a...