first time

175 27 19
                                    

"Udah mau malem, enggak ada yang mau jemput Aleena?" tanya Aldenta.

Ia sedikit gusar karena sedari tadi sosok Aleena belum juga nampak didepan matanya, biasanya jika adiknya sedang ada tugas OSIS jam segini ia sudah menampakkan wajahnya dan menyuarakan keluh kesahnya dengan sangat keras.

Ia ingin segera menjemput Aleena, tetapi kondisi tubuhnya yang kurang fit membuat Aldenta mengurungkan niat.

Karena minus dari seorang Aldenta adalah, jika tubuhnya kurang fit perkejaan yang ia kerjakan akan berakibat gagal total.

Ia hanya takut jika saat mengantarkan adik perempuannya itu malah kecelakaan dan berkahir di rumah sakit.

"Gue baru mau revisi skripsi, Ali noh dari kemarin nganggur," jawab Aldesta menunjuk ke arah keluar.

Aldenta memutar bola matanya malas, kenapa tidak ada yang suka relawan untuk menjemput adik perempuan satu-satunya.

Ingin sekali ia mengadu kepada bunda atas perlakuan anaknya yang sangat tidak bisa diandalkan, sebenarnya ia juga merasa tak bisa diandalkan.

"Kak, Aleena dianter cowok!" ucap Ali histeris menghampiri kedua kakaknya.

"Ha?" Manusia kembar itu tidak bisa memahami ucapan Ali dengan secepat mungkin.

Diantar cowok?

Aleena diantar cowok?

Manusia yang tidak suka berinteraksi itu diantar cowok pulang??

Ucapan Ali begitu sulit untuk dicerna oleh otak Aldenta dan Aldesta, lebih tepatnya fakta yang begitu mengagetkan membuat otak mereka berdua tak bisa cepat menerima informasi tersebut.

"KAK CEPETAN, SEBELUM COWOKNYA PERGI!" teriak Ali menyadarkan kedua kakaknya yang bengong dan tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi barusan.

Walau masih tidak paham dengan situasi yang terjadi, mereka berdua berlari menyusul Ali yang tergoboh-goboh menuju ke arah gerbang rumah.

"Dia siapa?" bisik Aldenta ke arah Aldesta.

"Manusia gitu,lu kira alien apa?"

"Gue kira cowok tadi itu ojek,ternyata cowok beneran," guman Aldenta yang terdengar ditelinga Aldesta.

Aldesta memejamkan matanya beberapa detik, sunguh ia sedikit malu mempunyai kembaran seperti Aldenta.

Dia kira ojek itu bukan cowok beneran, atau bapak-bapak ojek itu adalah cowok jadi-jadian.

Jika ia mempunyai kesempatan untuk menenggelamkan Aldenta detik ini juga, Aldesta benar-benar sanggup untuk melakukannya.

Seharusnya penampilan atau tingkah pertama kali yang ditunjukkan ke depan laki-laki yang mengantarkan Aleena adalah cool, berwibawa,dan tentunya tampang galak paling penting.

Tetapi pupus sudah, Aldenta sudah memperlihatkan penampilan seperti gembel, dan sifat yang begitu konyol.

***
"Itu kakak lu?" tanya Priam.

Aleena mengangguk sekilas, dan menoleh melihat ketiga kakaknya yang begitu aneh.

"Gue kesana bentar buat ngasih klarifikasi," ucap Priam meninggalkan Aleena sendirian.

Moga nggak berulah aja 3 anak tu.

Ia benar-benar memohon agar ketiga kakaknya tidak berulah untuk kali ini saja, jika berulah jangan tanggung-tanggung.

Kalau bisa buat Priam menjadi takut untuk mendekatinya.

***

"Misi kak," ucap Priam.

Aldenta dan Aldesta segera menatap Priam dengan mata tak suka.

Mereka berdua memang aneh sekali, sebenarnya dua anak kembar itu sangat senang karena Aleena diantar oleh laki-laki.

Apalagi laki-laki yang ada didepannya sekarang penampilannya sangat disukai oleh mereka berdua, apalagi sikapnya yang menurutnya mengayomi masyarakat.

"Maaf saya lancang karena mengantar Aleena, tolong jangan memarahinya karena salah saya yang memaksa untuk pulang bersama karena hari sudah mulai gelab."

Aldenta sedikit memicingkan matanya untuk melihat keseriusan dari ucapan yang dilontarkan oleh laki-laki didepannya.

Dengan gerakan cepat, Aldenta merangkul dan menepuk bahu Priam sedikit kuat.

"Udah santai aja,nggak usah formal gitu," ucap Aldenta tersenyum.

Memantung, Aldesta,Ali dan Aleena memantung ditempat melihat anak sulung itu bersikap dan merespon ucapan Priam barusan.

Benar-benar sok akrab sekali.

"Mampir dulu?" tanya Aldenta menawari Priam agar istirahat sebentar.

"Mampir dulu bro, nggak usah sungkan sama calon ipar," sahut Ali.

"Mata you calon ipar," ketus Aleena tak suka.

Berulahnya bukan membuat Priam trauma tetapi membuat Aleena trauma jika seperti ini.

Ia butuh pertolongan ayah atau bundanya untuk mewaraskan ketiga kakaknya. Tetapi sedari tadi ia belum mendengar atau melihat bunda atau ayahnya keluar dari rumah.

Biasanya bunda adalah orang yang paling excited menerima tamu, apalagi tamu itu adalah teman dari anaknya.

Eh jangan deh, bunda jangan keluar dulu nanti Priam yang berulah.

"Saya mohon ijin buat pulang, bunda nanti nyariin," ijin Priam dan segera menjabat tangan ketiga kakak Aleena.

Aleena hanya diberikan salam perpisahan yaitu lambaian tangan dari jauh karena sedari tadi Aleena sudah duduk di teras rumah.

"Hati-hati bro!"

"Hati-hati!"

***

"Cie..."

"Siapa tuh siapa."

"Adik gue udah Gedhe uyy, enggak jadi bocil kematian lagi," ucap Ali dengan nada andalannya yaitu mengejek Aleena.

Benar-benar gila, Aleena sudah pusing tujuh keliling menghadapi ketiga kakaknya.

Jika saja bundanya tidak pergi lagi dengan ayah, sudah pasti ia akan mengadu dan meminta pembelaan.

Tetapi sekarang bunda dan ayahnya sering sekali keluar untuk sebuah pekerjaan. Memang orang kantoran suka sibuk, Aleena kadang membenci fakta itu.

"Bukan siapa-siapa kak, sumpah deh ya."

"Enggak percaya,pasti gebetan kan??" pancing Ali.

Keinginan untuk memancing Aleena agar segera mengakui perihal kedekatan dirinya dengan priam semakin tinggi.

"Bodo amat kak, mau bilang dia apa. Udah Aleena bilang bukan siapa-siapa." Aleena kesal dengan kelakuan ketiga kakaknya dan pergi menuju ke kamarnya.

"Aleena ngambek salah lu berdua," ucap Aldenta menunjuk kearah Aldesta dan Ali.

"Lah kok gue, noh Ali yang dari tadi mancing emosi."

"Dih, lu berdua juga ikut-ikutan. Nggak ngaku salah lagi," cibir Ali.


|

|

|

Spam next🚀

Alydhasna 🦁
TBC
17/4/2023

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang