suka atau tidak?

112 19 5
                                    

Kawasan sekolah sekarang masih sepi, Aleena duduk bangkunya sambil memandang lurus papan tulis yang hanya bertulisan tanggal di pojok kiri.

Sekarang pikirannya hanya tentang satu hal yaitu kata-kata yang diketik oleh Priam.

"Aleena..."

"Leen..."

Ya tuhan nie anak kesambet apaan dah nglamun mulu.

"ALEENA..." teriak Iza.

"Hah?" tanya Aleena berusaha mencerna apa yang sedang terjadi barusan.

"Ha he ho,  nglamun mulu. Masih mikirin tragedi itu?" tanya Iza sambil meletakkan  tas dibangkunya.

"Ya gitu deh."

"Udah gue kasih saran nggak mau kemarin sore," jengkel Iza.

Mereka bertiga sekarang berada dikamar Aleena. Berada disudut ruangan yang sudah tersajikan berbagai macam makanan ringan dan tentunya minuman juga.

"Beneran si Priam ngomong gitu?" tanya Iza kaget. Gimana nggak kaget cowok yang sukanya bercanda itu bisa serius juga dan garis bawahi lagi ini dengan Aleena,  ALEENA YANG SUPER JUTEKK.

"Bentarr lu belum nerima dia kan?" tanya Feinna memastikan.

"Sampe dah lu terima awas aja gue nggak restuin lu berdua." ancam Feinna sambil menodongkan minuman yang sedang ia pegang layaknya menodongkan pistol ke musuhnya.

Iza yang mendengar jawaban Feinna segera menyahut,"lah Priam cuman temenan ma Ex lu, kalau dendam ma satu orang jangan temennya juga diseret anjir."

"Bukan itu masalahnya." Sanggah Feinna.

"Masalahnya apa?"

"Lu nggak bisa move on dari dia?"

"Lu makin cinta ma dia?"

"Atau lu malah naksir  sama si Priam?"

Pertanyaan beruntun dari seorang Aliza Maharani untuk seseorang Feina Geisya. Sebenarnya jika Iza tidak bisa menahan emosinya sedikit saja sudahlah dikamar Aleena sudah saling tarik rambut satu sama yang lain.

"Nggak, semua nggak bener."

Iza berdecak pelan, "mau Lo tutup tutupin sampe kapanpun darimata lu dah jelas banget kalau lu masih suka sama si Exel."

"Gue cuman nggak mau Aleena berharap dan ngemis kayak gue." Elak Fei sekali lagi.

"Nggak usah alihin topik yang lu buat."

"Cuman ngaku emang seberat itu?"

"Emang susah," Guman Feinna.

"Nahkan, jadi kalau Aleena mau pacaran ma Si Priam mah bukan urusan lu kan?."

"Bentar napa malah gue pacaran ma Priam?" Aleena bertanya dengan nada jengkel.

"Kan lu tadi bilang lu habis ditembak ma Priam." Ucap Iza.

Napa gue bisa punya 2 orang sahabat yang bikin naik tensi. Batin Iza dengan kekesalan yang sudah memuncak.

Ok Iza sekarang yang salah mengerti ucapan Aleena. Tetapi toh Aleena sama Priam cocok tampan cantik, tapi emang sifatnya sangat bertolak belakang.

"Lu mau nerima apa nolak?"

"Nggak tau," jawab Aleena dengan sangat jujur tanpa ada kebohongan sedikit pun 0,1 pun tidak ada,  0,01%? Beneran tidak ada sedikitpun ingat itu.

"Setan!"

"Ya tuhan kuatkan hamba ini dengan sahabat yang bikin darah tinggi kambuh." rancau Iza dengan sadar.

Sekarang Iza sudah sampai batas maksimum untuk memberikan nasehat tentang dunia perbucinan.

Jika anda bertanya mengapa dia ahli dalam dunia itu, jawabannya bukan 'karena dia punya pacar' atau 'karena dia banyak pacar' bukan juga 'karena dia banyak mantan' tetapi entah Iza pun tidak tau itu.

Iza hanya akan menjawab dengan kalimat 'pelatih tidak akan bermain'

"Ya tuhan lu emang, ok gini lu suka sama Priam nggak?"

Aleena berpikir sejenak, entahlah dia tidak tau siapa yang ia suka, tetapi akhir-akhir ini memang perasaan Aleena jika dekat dengan Priam sedikit berbeda tidak seperti teman antar teman.

"Gue nggak tau Za."

"Lu bingung kan, tolak aja kalau gitu," sahut Feinna. Feinna tetap bersikukuh untuk tidak mendukung Aleena dan Priam jadian.

Iza memutar bola matanya jengah, satunya nggak tau suka atau enggak yang satunya masih Gamonin mas Ex. Sungguh 2 sahabat yang sangat rumit.

"Dih kalau lu punya dendam ma Ex lu,jangan disangkut pautin sama temennya." Jengkel Iza.

"Gini aja mending beberapa hari ini lu lakuin kegiatan bareng sama Priam,biar Lo tau lu suka dia atau enggak."

***

Aleena membaca buku novel di perpustakaan dengan perasaan tak tenang.

Ia hanya mengulur waktu untuk menjawab sebuah perasaan seseorang, bukan ingin membunuh seseorang. Kenapa beban itu terasa berat sekali walau tak terlihat?

"Gue cuman mau menjawab perasaan seseorang bukan mau bunuh orang," ucap Aleena meyakinkan dirinya sendiri.

"Kayaknya antara suka dan tidak lebih banyak suka deh," guman Aleena berfikir.

Yang ia baca sekarang adalah buku bergenre romance, padahal dirinya bisa dikatakan jarang sekali untuk membaca genre seperti itu. Tetapi karena masalah cinta ia sampai rela membaca novel bergenre romance dan menganak tirikan novel bergenre thriller, action, dan misteri.

"Yang gue baca ini masalah hts deh, yang posisinya kayak gue ada nggak sih?" tanya Aleena heran.

Ia mencari tokoh perempuan yang tak terlalu menye-menye aja sesusah itu, apalagi mencari cerita yang alurnya sama seperti yang Aleena alami. Aleena sepertinya lupa prihal ini.

Aleena sedari tadi bergumam tak jelas disaat membaca buku novel dan mencari novel yang ia inginkan. Sepertinya ia membolos kelas sampai jam terakhir karena terlalu sibuk mencari buku yang ia inginkan.


|

|

|

Alina🦁
TBC
27/4/2023

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang