sabtu

305 70 28
                                    

Dengkuran keras yang berasal dari ruang keluarga membuat telinga Priam terusik, "Dengkuran kayak suara traktor, keras banget" decak Priam.
  
Priam turun menuju ke ruang keluarga dan menemui asal suara yang mengusik ketenangan.
  
"Lu dengkur atau ngendarain traktor suara nya bising," ketus Priam.

Membawa bantal dari kamarnya,Priam melemparkannya ke suara itu berasal.

Priam tak takut jika kakaknya itu marah karena perilakunya itu, toh kakaknya juga yang salah.
  
"Lu tu nggak bisa toleran dikit napa, gue capek bego tugas kuliah numpuk," jawab Bima dengan suara keras.
  
"Gue juga mau bilang, lu bisa toleran dikit nggak, suara dengkuran lu tu kecilin!" ucap Priam tak ingin kalah berdebat.
  
"Tapi lu enggak ngehargain Gue sebagai kakak, Gue tidur lu timpuk wajah gue pakek bantal," decak Bima dengan geramnya.

Ayolah, pertengkaran antara kakak Adik yang tak ada habisnya. Semua dipermasalahkan, semua didebatkan.
  
Priam menjawab dengan santainya, seperti tak takut akan durhaka terhadap orang yang lebih tua, "Lah masih mending Gue timpuk pakai bantal. Bukan pakai golok, gergaji, atau palu"
  
"Lu tu emang Adik terlaknat sedunia."
  
"Iyalah cuman punya 1 adik, kalau 2 adik, lu pasti bilang gue adalah salah satu adik terlaknat sedunia."
  
"Lu tu napa sekarang bacot sih, keknya lu dulu dingin kek kutub selatan," sindir Bima.
  
Priam mendengar itu segera duduk di samping Bima, dengan raut serius.

"Manusia pasti berubah kan?"

"Apalagi nemuin seseorang yang bikin harinya lebih bewarna," bisik Priam ditelinga Bima.

Bima mengernyitkan wajahnya, ia berusaha untuk memahami kalimat yang dilontarkan oleh adiknya itu.

"Dik, lu baru kasmaran?" tanya Bima memastikan.

"Maybe," ucap Priam.

***

"Guys, lari 3 kali putaran ya!" suruh Priam kepada para anggotanya.

"Siap," ucap mereka serempak.

Priam berada ditepi lapangan melihat para anggotanya yang sedang berlari.

"AYO GUYS, JANGAN JALAN!!"

"FIKO LARI."

Priam menunjuk dengan muka tak bersahabat,"HEY YANG PAKE BAJU MERAH LARI!"

Priam berubah menjadi seorang yang sangat tegas dan tidak bisa diusik jika sedang mode serius seperti sekarang ini.

Menatap para teman seperjuangan yang tidak ada semangat sama sekali membuat ia geram.

Apalagi pertandingan ada didepan mata, membuat Priam sangat tegas dan disiplin kepada para anggotanya dan tentunya dirinya sendiri.

Menurutnya keinginan untuk menang itu bagus, tetapi jika tidak diimbangi oleh usaha dan doa sama saja keinginan palsu. Bukankah itu benar?

"Bagi 2 tim kita tanding," ucap Priam setelah semua selesai berlari.

"Bang timnya kayak biasanya aja."

"Yok sat set, kayak timnya seperti biasa."

Mereka semua berkumpul sesuai tim yang sering dibentuk dan berjalan menuju posisi penyerangan.

"One two three, GO!"

Mereka semua fokus dengan perebutan bola dan menyetak angka ke dalam ring basket.

Saling merebut bola,dan berusaha mencetak angka mereka lakukan dengan sangat telaten. Dan keringat membasahi wajah dan badan mereka adalah bukti mereka semua bekerja keras.

Bugh

Tembakan satu tangan yang gagal, dan mengenai perempuan di sebrang sana.

"Bentar," ucap Priam berlari menuju ke arah korban atas lemparan yang berasal dari dirinya.

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang