dengan senang hati tuan

121 18 0
                                    

"Al," panggil Priam sembari melambaikan tangannya diudara.

Priam berlari menghampiri Aleena dengan senyum merekah di wajahnya,"ayo ke Gramedia, temenin gue buat nyari buku latihan soal."

"T-tapi."

"Udah deh, chat kemarin nggak usah dipikirin masih ada waktu kan buat jawab, sama buat nembak secara langsung?"

"Gue kasih waktu selama seminggu, tapi seminggu itu juga kita pergi atau main bareng buat ngumpulin kenangan."

"Kayak, kenangan sebelum kita official pacaran gitu," ucap Priam bergurau.

"Am,lu enggak baru ada masalah kan?" tanya Aleena merasa seperti perkataan Priam memiliki sebuah pesan tersirat yang begitu bermakna dalam.

"Enggak ada masalah kok."

"Apakah calon pacar mau ikut Priam Angkasa Dewa ini ke Gramedia?" tanya Priam mengulurkan tangannya ke depan layaknya seorang pangeran yang sedang mengajak seorang putri kerajaan untuk berdansa bersama.

"Dengan senang hati tuan Priam," ucap Aleena menyahut tangan Priam dengan tangan kanannya.

Tidak buruk juga ikut saran Priam, satu Minggu bisa menjadi acara meyakinkan perasaan bukan, ia jadi ingat ucapan sahabatnya untuk mencoba berkegiatan dengan Priam beberapa hari. Belum meminta saja Priam sudah gerak cepat ternyata.

"Gas ke parkiran."

"Eh,lu bawa montor sendiri atau dianter?" tanya Priam.

Ia baru sadar dan tak mempertanyakan itu tadi, padahal poin paling penting adalah Aleena tak membawa montor disekolah.

"Gue tadi dianter sama Ali, gue pulang naik bus."

"Kalau gitu enggak masalah sih," ucap Priam.

***

"Lu mau mampir jajan dulu nggak?"

"Ha?" tanya Aleena tak paham apa yang dimaksud oleh Priam. Apalagi Aleena menggunakan sebuah helm,sudah pasti telinganya eror jika mendengarkan.

"MAU MAMPIR JAJAN DULU NGGAK?!"

"APA?!" ucap Aleena ikut teriak, telinga miliknya sepertinya harus diperiksa ke dokter THT karena tak bisa mendengar jelas ucapan dengan nada tinggi.

Karena Priam sedikit kesal dengan keramaian jalanan dan ditambah helem yang membuat telinga tiba-tiba tuli. Ia menepikan montornya ke depan halte bus dan melepaskan helm miliknya.

"Mau mampir jajan dulu nggak?"

"Oh itu, terserah sih."

"Ok berarti kita mampir jajan dulu ke kedai deket Gramedia," ucap Priam.

Priam tak ingin berdebat hanya prihal kata terserah, ia juga paham bahwa Aleena tipikal perempuan malas berdebat jika tak terlalu penting. Jadi menurutnya memberikan keputusan sepihak jika jawaban lawan berbicara adalah 'terserah' itu boleh-boleh saja.

Perjalan mereka menuju ke rumah makan tak terlalu memakan banyak waktu sampai berjam-jam lamanya, hanya sekitar 20 menitan.

Yang mereka kunjungi sekarang adalah rumah makan yang bernama kedai all food. Sebenarnya toko ini tak menyediakan banyak variasi makanan, tetapi alasan menggunakan nama all entah itu apa.

Sepertinya pemiliknya memiliki arti tersendiri menggunakan nama all.

Kling

Lonceng berbunyi menandakan pengunjung memasuki kedai itu, "duduk di deket akuarium aja, gue mau minta list menu."

Aleena mengangguk menyetujui dan berjalan menuju ke meja bernomor 23 yang paling dekat dengan akuarium yang dijelaskan oleh Priam tadi.

"Nih, mau persen apa?" ucap Priam menyerahkan list menu kepada Aleena.

"Mau es cream matcha? Enak Lo aku suka, kamu suka juga kan?" Priam menawari makanan kesukaan Aleena.

Mata Aleena seketika melebar mendapati bahwa Priam mengetahui makanan paling favorit di antara makanan lainnya. Ia begitu kaget saja, banyak orang yang bilang bahwa matcha itu seperti rasa rumput, tetapi Priam memuji rasa makanan fav miliknya.

"Siapa yang suka?" elak Aleena.

"Ngaku aja kali, gue kemarin aja lihat lu makan mochi matcha sampai 3 bungkus."

"Siapa juga yang habis sampai 3 bungkus," ucap Aleena tak terima fakta yang diucapkan oleh Priam. Fakta itu jelas-jelas bohong, ia lebih sering menghabiskan 4 bungkus mochi matcha karena bungkus 5 sudah dipastikan akan disita oleh sahabatnya.

"Iyadeh percaya, mau nggak?"

"Mau deh, sama matcha panna cotta," ucap Aleena menunjuk makanan yang sejenis dengan roti itu.

Ia sedikit tak tertarik dengan makanan yang lain, entahlah sepertinya jika ada makanan favoritnya makanan yang lain tak akan selera di mata Aleena.

"Rasa matcha semua?"

"Enggak boleh?" tanya Aleena.

"Boleh-boleh aja sih, tapi lu enggak mau makanan yang lain? Kayak potato chips, spaghetti bolognese, roti bakar, atau rasa yang lain gitu." Priam seperti pegawai yang menawarkan segala macam menu untuk seorang pelanggan.

"Enggak sih, emang nggak boleh kalau cuman pesan itu?" tanya Aleena kembali.

Ia benar-benar hanya menginginkan itu, jika minuman sepertinya Aleena  hanya menginginkan air mineral saja.

"Boleh, cuman mastiin sih."

***

"Al, lu suka genre action kan?" tanya Priam memperlihatkan 2 buku dihadapan Aleena yang bersampul pertempuran dan satunya hanya berilustrasi pistol.

"Iya, tapi tergantung sama alurnya juga," jawab Aleena.

"Suka baca buku juga?"

"Suka, tapi manga. Gue udah ngumpulin banyak volume, apalagi manga one piece," jawab Priam bersemangat.

"Oh, one piece. Gue malah belum pernah gegara banyak episode , tapi kadang gue ikut nimbrung nonton sama Ali walau enggak paham sama alurnya sih," jawab Aleena tersenyum kecil sembari menggaruk pipinya yang tak gatal.

Aleena definisi suka nonton yang episodenya tidak terlalu banyak dan tidak kebanyakan. Entahlah menurutnya jika terlalu pendek itu sedikit greget apalagi ending gantung, jika kebanyakan ia takut lupa alur.

"Bentar gue baru inget, kok lu malah nunjukin novel action bukannya nyari kumpulan latihan soal?" tanya Aleena heran dengan kelakuan Priam.

Padahal niat Priam mengajak dirinya ke Gramedia yaitu untuk membeli buku untuk menunjang Priam saat menghadapi olimpiade, tetapi mengapa malah mengikuti dirinya yang berada di rak pernovelan.

"Ya... reflek ngikutin lu," jawab Priam tersenyum kecil.


|

|

|

Alina🦁
TBC
28/4/2023

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang