"Al."
"Apaan?" tanya Aleena jenggah.
Sudah bosan ia berada di dalam satu ruangan dengan manusia yang bernama Priam Angkasa Dewa.
"Gue mau tanya."
"Lu enggak bosen natap laptop selama hampir 1 jam tanpa henti?"
Aleena berhenti dan beralih fokus menatap Priam dengan tatapan tajam, "Lebih bosen satu ruangan sama lu."
"Padahal gue enggak bosen kalau nunggu lu pas baca novel yang lu suka."
"Gue juga enggak bakal bosen buat dengerin cerita tentang husbu lu yang enggak nyata itu."
"Dan gue bakal dengerin cerita halu tentang kedekatan lu sama bias yang berlusin-lusin itu."
Aleena memantung sepersekian detik mendengar ucapan Priam yang sangat di luar dugaan.
Kenapa Priam semakin lama semakin aneh saja?
Dan bentar,kenapa ia bisa tau bahwa ia suka melakukan itu?
"Yah, sayangnya gue enggak pernah ngelakuin itu gegara lu suka ngusir gue duluan," ucap Priam.
"Kok..."
"Pasti lu tanya kenapa gue tau kan?"
"Sudah jelas sekali dari highlight dan instastory yang ada di akun lu," ucap Priam.
"Gue pake akun utama gue, dan gue udah folow akun lu. Jadi tidak ada namanya penguntit," ucap Priam langsung mengklarifikasi tindakan yang ia ucapkan barusan.
Mencegah Aleena memarahi dan salah paham dengan dirinya adalah sebuah rutinitas jika sedang berinteraksi dengan dirinya.
"Oh ok," ucap Aleena pelan dan kembali fokus ke laptop miliknya.
Dirinya sebenarnya ingin sekali segera pulang tetapi apalah daya tugas organisasi belum juga selesai. Banyak tugas yang dilimpahkan ke dirinya, sedangkan ada banyak anggota yang free tidak diberikan sebuah tugas.
Sekarang dirinya berada di perpustakaan sekolah yang masih dibuka sampai pukul 5 sore. Perpustakaan sekolah memang dibuka untuk umum bukan hanya masyarakat SMA Cakrawala yang boleh mengunjunginya.
Sedari tadi pulang sekolah ia ditemani oleh Priam yang datang entah dari mana mengekori dirinya. Ia sedikit bersyukur dan sedikit mengeluh juga jika ada Priam.
Bersyukur karena ada yang menemani,dan mengeluh mengapa yang harus menemani dirinya adalah Priam.
Dan bisa-bisanya, Priam sama sekali tidak bosan menemani dirinya yang fokus berkutat dengan laptop.
Entah kenyataannya Priam bosan atau tidak, ia juga fokus bermain game online di handphonenya.
"Al, pulang kapan?"
"Kalau mau pulang, pulang aja."
"Gue mau anter lu sampai rumah, biar aman," celetuk Priam.
"Nggak boleh." Aleena menolak ide gila Priam.
Ide yang sangat tidak bagus menurut Aleena, ia tidak ingin mendapatkan pertanyaan oleh 5 orang sekaligus jika mendapati dirinya diantar oleh seorang laki-laki.
"Boleh aja, kan yang punya inisiatif gue."
"Gue enggak menerima tapi," ucap Aleena menolak mentah-mentah inisiatif Priam yang begitu menakutkan menurutnya.
Siapa juga yang enggak takut coba, dianter sama seorang laki-laki. Aleena sedikit takut dengan ketiga kakaknya yang sedikit bar-bar.
"Bodo amat, gue mau anter lu sampai rumah."
"Aish shibal, lu nggak paham apa gimana sih?" tanya Aleena jengkel.
Ia hanya ingin mencari aman saja, ini juga demi keamanan bersama, kalau tiba-tiba Priam diserbu oleh ketiga kakaknya saat baru saja menginjakkan kakinya dikediaman keluarga bapak Aldi.
***
"Al," panggil Priam.
Aleena menoleh ke arah suara itu berasal dengan sedikit malas, sepertinya usaha untuk menghindari Priam sangatlah susah.
"Naik."
"Gue enggak mau dianter sama lu."
"Udah mulai gelab, lu mau kayak dulu lagi?" tanya Priam sedikit serius dengan nada bicaranya.
Ia sekarang tidak sedang bercanda, Priam hanya menginginkan satu hal. Aleena menurutinya untuk diantar ke rumah dan ia aman tanpa ada luka sedikitpun.
"Gue bisa chat Kakak gue."
"Tapi kakak lu belum jemput kan?"
"Daripada kejadian kayak dulu lagi, mending sekarang gue anterin ke rumah," ucap Priam.
"Gue enggak mau dilabrak sama kakak kelas."
"Itu bukan pacar gue Al, gue sama dia cuman sebatas adik kelas dan kakak kelas," jawab Priam meyakinkan Aleena.
Aleena tak mendengarkan penjelasan Priam dan tetap bersikukuh duduk dihalte menunggu sebuah jemputan.
Ia sama sekali tak berminat untuk diantar oleh Priam angkasa dewa, dan satu lagi ia tak ingin hidupnya semakin rumit hanya karena diantar pulang oleh laki-laki.
"Gue bilang sekali lagi, lu segera naik ke montor gue. Masalah keamanan biar gue tanggung."
"Gue seret atau lu mau naik sendiri?" ucap Priam.
Semakin Aleena mengabaikan perintah Priam, semakin rendah nada yang dipakai oleh Priam untuk berbicara dengan dirinya.
Jika Aleena takut, ya pasti takut. Semakin rendah yang dipakai oleh lawan bicaranya membuat tekanan itu semakin ada.
Aleena yang merasa keras kepala,susah diatur,dan lebih mengutamakan kekerasan akan takut kepada seseorang yang menggunakan sebuah tindakan yang lebih lembut dari dirinya.
Benar-benar konyol dan aneh.
"Aleena Amelia Putri, gue enggak bakal apa-apain lu."
"Kalau ditanyain sama kakak lu, gue yang akan jelasin."
"Kalau ayah lu marahin gegara pulang sama cowok, gue bakal yang ngasih penjelasan."
"Sekarang alasan apa yang bikin lu ragu?" tanya Priam sekali lagi.
Jika Aleena masih saja diam seribu bahasa,Priam akan menyeret Aleena untuk segera naik ke montor miliknya.
Yang ia inginkan sekarang adalah segera mengantar Aleena ke rumahnya dengan selamat tanpa ada luka sedikitpun.
"Gue cuman sekali ini aja ikut ucapan lu."
"Iya-iya, sekali aja." Priam mengiyakan ucapan Aleena agar segera naik ke motornya.
"Pake dulu," ucap Priam menyerahkan helm bewarna abu-abu gelab dengan sticker kecil yang berbentuk singa disamping helm.
Aleena memandang sticker kecil berbentuk singa itu sejenak, hewan kesukaannya tertempel di helm milik Priam.
"Suka singa?"
"Oh, eh eng_nggak," jawab Aleena terbata dan segera memakai helm milik Priam.
❀
|
❀
|
❀
|
❀
Alina 🦁
TBC
16/4/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPA [END]
Teen Fiction[⚠️NO COPAS!!] [HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] Aleena Amelia Putri tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis disaat namanya dipanggil oleh seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. Priam Angkasa Dewa, dengan penampilan urakan dan sikap sok a...