rusuh

274 74 50
                                    

Teng tong

Teng tong

Bel rumah beberapa kali berbunyi, tetapi masih belum ada tanda-tanda akan penyambutan tamu. Entah dimana ketiga kakaknya itu, bisanya paling gerak cepat untuk menyambut.

"KAK AL ADA TAMU DIDEPAN!!" Teriak Aleena dari dalam kamarnya.

Aleena yang berada didalam kamar dan sudah nyaman dengan posisi sekarang, sangat sulit dan sangat malas untuk memijakkan kakinya dilantai bawah.

Bukan tanpa alasan ia sekarang sedang membaca sebuah novel ditangannya, jika berhenti sebelum tamat kurang afdol menurutnya.

"Dik lu buatin minum gih,4 cangkir teh," ucap tiba-tiba dari depan pintu kamar Aleena.

"Lu sendiri napa bang, emang bunda mana?" ketus Aleena.

"Bunda pergi sama Ayah."

"Kan bisa elu, napa harus gue?"

Ali mengacak rambut nya frustasi, menyuruh Adik satu-satunya  itu sangatlah ribet. Definisi anak bungsu yang tidak bisa diatur.

"kalau disuruh bisa nggak langsung bilang 'ya', hal positif juga," ucap Ali jengkel.

"kurang dikit nih nanggung sabar dulu dah kak."

"Cepetan," ucap Ali dan segera keluar menemui tamu.

Setelah beberapa menit Aleena menamatkan novel, ia segera ke dapur untuk membuatkan minum.

"Gila," umpat Aleena melihat dapur yang tak tersurat maupun tersirat kata rapi.

Kenapa baru ditinggal sebentar oleh kedua orang tua mereka langsung berulah?

Super duper membuat Aleena bersabar jika menghadapi ketiga kakaknya yang begitu menyebalkan.

"Sabar Aleena, ketiga kakak anda memang sudah seperti ini."

Aleena mengambil 4 cangkir teh dan menuangkan gula ke gelas sesuai takarannya. Menyeduhkan air panas dengan teh untuk dituangkan ke cangkir.

Setelah semua tertuang ke dalam cangkir, tanpa ba-bi-bu lagi, Aleena membawa 4 cangkir itu menuju ke ruang tamu.

***

Suasana malam kini sedikit berbeda, Aleena menyantap mie ayamnya sembari mendengarkan ketiga kakaknya bercerita tentang kegiatannya disekolah dan kampus mereka.

"Gue kemarin nemuin orang yang nyebelin minta ampun."

"Lu pada tau nggak?"

"Udah gue tolongin jawab beberapa soal pas ujian, pas gue minta nggak dikasih bangsat." Ali bercerita dengan semangat tentang Kegiatan ulangan harian pada saat itu.

"Salah sendiri lu ngasih," sindir Aldenta.

Ketiga kakaknya itu bercerita tanpa henti, pembahasan prihal dosen atau guru yang menyebalkan, teman sebangkunya yang aneh, atau seseorang yang ditaksir.

Ngomong-ngomong tentang orang yang ditaksir, mereka bertiga belum mempunyai pacar semua.

Entah alasan apa yang membuat mereka jomblo, intinya alasan jomblo Aldenta, Aldesta,dan Ali bukan karena gay. Digaris bawahi, bukan karena gay.

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang