"Bun nanti siapa yang nganter?" tanya Aleena.
"Kayak biasanya kak Al" jawab Bunda Alea.
"Kak Al yang mana?" tanya Aleena bingung, kenapa bundanya suka sekali menyingkat nama. Padahal ke empat anaknya awalannya semua Al.
"Kak Ali."
"Ok Bund," ucap Aleena.Aleena berkeliling kesemua ruangan untuk mengingat-ngingat apakah ada sesuatu yang belum ia bawa.
"Napa lu kek securiry yang sedang patroli?"
"Ha apaan kak, Securiry?" tanya Aleena, keadaan otak Gadis itu sedang tidak baik baik saja, apalagi kakak kembarnya itu yang sedang bergelut dengan skripsi.
"Lu masak nggak tau, ada yang jaga didepan pintu bank, ada yang jaga di perumahan."
"Bukan itu kak ya tuhan, lu yang nggak tau kak itu namanya S-E-C-U-R-I-T-Y, istirahat bentaran biar otak lu nggak ngebul, udah ada bukti akibat tidak istirahat berfikir," sahut Aleena sedikit khawatir dengan kakaknya.Sepertinya skripsi memang membuat otak seseorang loading lama jika tidak ada kata istirahat.
"Owh," jawabnya sambil berusaha untuk menutupi rasa malunya.
Aldenta segera pergi agar tidak dipermalukan lagi oleh dirinya sendiri didepan adiknya. Skripsi benar-benar membuat otak cowok itu melantur kemana-mana.
"Ali lu dimana cepetan kesini," teriak Aleena.Aleena sebenarnya malas jika diantar jemput oleh kakaknya yang bernama Ali, sudah lamban seperti koala jika siap-siap tetapi jika dijalanan udah seperti balapan montor GP.
"Kak Ali!" celetuk Bundanya mengingatkan.
Bund tapi Ali kadang enggak mencerminkan seorang kakak.
"iya iya kak Ali," jengkel Aleena.
"Nah gitu sopan terhadap Abang nya" ucap Ali tiba-tiba.Membawa tas yang berisi laptop, beberapa buku paket dan beberapa buku tulis, memakai hoodie hitam. Menurut Aleena pesona Ali tidak begitu buruk.
Tetapi minus 100 untuk akhlaq Ali yang begitu jelek, jadi ia urungkan untuk memuji style Ali saat berangkat sekolah.
"Dih kalau nggak disuruh sama Bunda gue juga ogah MALES," ucap Aleena.
"Idih kalau nggak disuruh sama Bunda juga Gue MALES nganterin lu," Sahut Ali.***
"Panas banget."
"Ku kira jomblo ternyata diem-diem punya pacar beda sekolah."
"Anjayy beda sekolah nggak tuh," ucap Exel diakhiri dengan tawa keras khas miliknya.
"Lu berdua bisa diam enggak?" tanya Priam kesal.
Sudah satu jam ia disindir dengan kedua temannya itu. Bagaimana tidak kesal coba.
Kejadian beberapa jam lalu memang membuat dirinya kesal dan iri bercampur jadi satu.
"Gin, Aleena dah berangkat belum?" tanya Priam penasaran.
Karena dari tadi ia duduk dikantin dan memakan nasi goreng buatan mbok yam, ia belum melihat Aleena memasuki kelasnya.
Kelas Aleena memang berada dilantai 2 tetapi jika Priam duduk dikantin yang berada di luar ruangan otomatis bisa melihat aktifitas para murid yang berlalu lalang memasuki kelas X MIPA 1.
"Bukannya punya nomernya? Kenapa enggak tanya aja dah," ucap Gino.
Akal Priam sepertinya sedang tidak berguna untuk sementara waktu, bukankah punya nomernya mengapa juga harus susah-susah bertanya ke orang lain padahal bisa langsung bertanya dengan orangnya langsung.
"Eh.. "
"Aleena."
"Aleena kenapa?" tanya Priam panik setengah mati. Bagaimana tidak panik Exel berlari dari arah barat yaitu gerbang kedua yang sering Aleena lewati.
Exel membuka handphone dengan sangat panik dan memperlihatkan seorang perempuan dan satu lelaki yang berasal dari SMA sebelah.
"Sama siapa?" tanya Priam bingung.
Ia kenal betul siapa perempuan itu, tak lain dan tak bukan adalah Aleena, dan siapa laki-laki yang mengantar Aleena?
Pagi-pagi yang langsung disambut dengan sebuah teka-teki yang memusingkan.
"Pacarnya sih kayaknya," celetuk Gino.
Priam yang sedari tadi panik tetapi masih belum berhenti memakan gorengan kontan tersedak.
"Nih," ucap Gino menyerahkan segelas air.
"Nggak usah ngaco lah bego," kesal Priam tak suka dengan pendapat Gino.
Gino menatap manik Priam malas, "Kan cuman kemungkinan."
"Ya , tapi."
"Gue juga mikir itu pacarnya, Aleena dianter sama laki-laki itu sebuah hal langka kan?" sahut Exel menyetujui tanggapan Gino.
"Terserah," ucap Priam kesal, kedua sahabatnya memang tidak paham kondisi dirinya yang begitu tak menguntungkan.
***
"Aleena," bisik Feinna ditelinga kanan Aleena.
Aleena yang merasa tak nyaman dengan bisikan itu segara menatap tak suka ke arah Feinna.
Feinna yang ditatap hanya tersenyum memperlihatkan giginya dengan memberikan pose ibu jari.
"Mau apaan?"
"Enggak kenapa-kenapa sih, gue gabut Al."
"Biasanya kalau gabut pengen balikan," sindir Aleena.
Ia hafal betul kelakuan sahabatnya yang bernama Feinna Geisya, jika gabut pasti menceritakan planning atau membuat tutorial balikan dengan mantan.
Padahal Feinna sama sekali belum berhasil untuk balikan dengan mantannya itu. Jika kalian penasaran dengan mantan Feinna siapa, tunggu saja sampai Feinna mau mengakuinya.
"Gue baru males bahas itu," ucap Feinna malas.
"Lah kenapa?" tanya Aleena sedikit was-was dengan perubahan kebiasaan Feinna yang begitu drastis.
"Capek," guman Feinna nyaris tak terdengar.
"Enggak kenapa-kenapa sih, cuman baru mode males aja," ucap Feinna dengan senyum manis andalannya.
"Eh, lu enggak suka sama seseorang beneran?" tanya Feinna tiba-tiba.
Firasat gue emang nggak pernah salah.
"Enggak."
"Lu normal kan?" tanya Feinna memicingkan mata curiga dengan sahabatnya.
"Gue normal Fei," ucap Aleena jenggah.
Kenapa jika tidak pernah terlihat menyukai seseorang pasti diberikan pertanyaan tentang kenormalan seseorang. Kenapa harus tentang normal?
Jika tidak suka seseorang tidak harus gay,tidak harus lesbi kan?
Aleena benar-benar sudah muak dengan topik pertanyaan yang tidak pernah berubah.
❀
|
❀
|
❀
|
❀
Alina🦁
TBC
11/4/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPA [END]
Teen Fiction[⚠️NO COPAS!!] [HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] Aleena Amelia Putri tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis disaat namanya dipanggil oleh seseorang yang sama sekali tak dikenalnya. Priam Angkasa Dewa, dengan penampilan urakan dan sikap sok a...