perkelahian

127 18 4
                                    

"Sedikit capek dengan semua yang terjadi," guman Aleena.

Ia sekarang sedang berjalan menuju ke Alfamart terdekat untuk membeli keperluan tugas sekolah, dan tidak lupa dengan segala titipan yang diberikan oleh ketiga kakaknya.

Jika ia tak ingat dengan balas Budi terhadap saudara sepertinya Aleena tak akan menuruti perintah ketiga kakaknya, dan Aleena akan bodo amat pura-pura tak mendengar.

"Gang situ kok kayak ada yang berantem sih suaranya?" guman Aleena, ia merasa familiar dengan suara orang yang sedang adu mulut itu.

Karena Aleena terlalu penasaran, ia berlari menuju ke arah gang yang begitu ramai dengan teriakan yang begitu kasar.

***

"Gue suka Aleena."

"Ya terus? Kenapa lu nggak bilang langsung sama dia?" tanya Priam bingung terhadap jalan pikiran Kevin.

Kevin benar-benar menganggu dirinya yang ingin ke rumah Aleena dan mengajaknya bersepeda ke taman.

"Lu ikhlas kalau Aleena jadi pacar gue?" tanya Kevin terperangah kaget karena jawaban Priam yang berbeda dari dugaannya.

"Dih, pd banget kalau Aleena bakal nerima lu," ucap Priam tersenyum lugas mendapati kevin yang terlalu percaya diri dengan apa yang akan diraihnya.

Dirinya saja meluluhkan manusia jutek Aleena tak secepat yang diharapkan, kok Kevin malah berharap Aleena langsung jadi pacarnya.

Kevin harapannya terlalu tinggi untuk digapai oleh manusia biasa.

"Gue suka sama badannya," guman Kevin tiba-tiba.

Priam mengepalkan tangannya menahan emosi lantaran ucapan Kevin yang menjerumus ke kata pelecehan.

"Apalagi bibir ranumnya, beuh seger keknya kalau di l-"

"NGGAK!"

"LU NGGAK SOPAN BANGET JADI COWOK!" teriak Priam penuh emosi dan nyaris melayangkan kepalan tangan ke arah Kevin jika tak ingat bahwa dirinya harus bisa mengontrol emosi.

Kevin begitu tak sopan dan tak mencerminkan seorang manusia melainkan mencerminkan hewan, "lu saudaranya hewan, kayak babi."

"JAGA OMONGAN LU ANJING!" teriak kevin melayangkan bogeman mentah ke rahang Priam.

Karena tak siap dengan serangan tiba-tiba yang dilayangkan oleh Kevin, Priam terkena serangan mendadak itu.

"LU YANG ANJING, ANJING NGATAIN ANJING. BEGO BANGET!"

"STOP!" teriak Aleena berlari menuju ke tengah-tengah mereka berdua untuk melerai perdebatan dan mencegah adanya perkelahian.

Aleena melirik sekilas ke arah Priam dan mendapati dagu Priam yang memerah dan mengeluarkan sedikit darah akibat pukulan yang dilayangkan Kevin.

Sakit nggak ya?

Ia segera menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pertanyaan itu dan berfokus ke arah mereka berdua.

"Lu berdua ngapain sih kayak anak kecil!"

"Gunanya berantem kayak gitu apaan?" tanya Aleena tak habis pikir dengan jalan pikiran laki-laki.

Kenapa juga berantem di gang yang benar-benar sepi? Setelah itu ini adalah jalan umum jika ada orang yang tak suka setelah itu mereka menelepon polisi bukankah mereka yang akan mendapatkan getahnya dan malah susah sendiri?

Dugaan Aleena, laki-laki itu suka sesuatu yang ribet dan membuat dirinya terancam daripada mencari yang mudah dan membuat dirinya aman.

"Nyari siapa yang paling kuat untuk Aleena," ucap Kevin tersenyum kecil.

"Ngerebutin gue? Nggak ada gunanya banget kayak orang aneh."

"Nggak usah berusaha keras buat jadi punya gue kev, dari pertama kali kita ketemu aja gue udah benci sama perlakuan lu," ucap Aleena menolak mentah-mentah Kevin.

Aleena tak memikirkan tindakan yang ia ucapkan,yang Aleena inginkan hanya Kevin yang paham dan tak membuat sesuatu yang merugikan dirinya sendiri hanya karena berusaha memiliki dirinya

"Al, tap-"

"Enggak ada tapi-tapian," potong Aleena.

"Dan lu, mending di obatin tuh luka, nggak usah keluyuran."

***

"Kok lu disini?" tanya Aleena bingung melihat keberadaan Priam yang menonton tayangan televisi dengan ketiga kakaknya.

Padahal tadi dirinya menyuruh Priam untuk pergi mengobati luka yang ia terima bukan malah mampir kerumah Aleena  dan asik menonton serial tv bersama saudaranya.

"Katanya suruh obatin luka, ya gue kesini."

Aleena menghela nafas untuk menetralkan emosinya yang sudah naik ke ubun-ubun kepala, "kenapa harus kesini?"

"Gue pengen aja ke sini."

"Suruh gue obatin gitu?"

"Bener," ucap Priam tersenyum lebar sembari mengacungkan ibu jarinya kedepan.

Priam perilakunya agak aneh, apalagi ketiga kakaknya. Kenapa jadi akur seperti ini?

"Pacar lu diobatin dulu deh dik, kasihan itu," suruh Ali menunjuk Priam yang sedari tadi hanya tersenyum lebar seperti mendapatkan sebuah lotre keberuntungan.

"Iya tuh," ucap Aldenta dan Aldesta kompak menyetujui ucapan Ali.

"Bukan pacar," ucap Aleena mengklarifikasi hubungannya dengan Priam. Kakanya begitu kompak jika membuat dirinya kesal, entahlah mengapa demikian.

2 hari lagi kak gue baru jadi pacarnya.

Aleena berjalan ke arah Priam sembari membawa kotak p3k miliknya, "Sok-sokan berantem kayak anak kecil."

"Luka kayak gini ngerepotin orang lain kan?"

Lucu banget kalau lagi ngomel.

Karena kesal tak mendapatkan respon dari Priam, Aleena memberikan obat etanol ke luka Priam dengan kasar.

"Sakit..." rintih Priam.

"Rasain."


|

|

|

Alina🦁
TBC
28/4/2023

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang