chat

535 97 101
                                    

Berguling ke atas kasurnya berkali-kali, Aleena juga sesekali melamun sejenak memikirkan masa depan yang tidak pasti.

Ting

Mendengar notifikasi handphone miliknya berbunyi, Aleena bangun dan mengambil untuk mengecek pesan tersebut berasal dari siapa.

"Siapa?"

Nomer yang tak ia kenal, "Sampai ni nomer temennya kak Al, awas aja tuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nomer yang tak ia kenal, "Sampai ni nomer temennya kak Al, awas aja tuh."

Ting

Aleena mengernyit bingung, kenapa Priam bisa mendapatkan nomernya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleena mengernyit bingung, kenapa Priam bisa mendapatkan nomernya?

Bukankah ia sama sekali tak pernah meminta ke dirinya. Aleena tak menggubris pesan itu dan segera merebahkan badannya kembali.

"Oh gue inget, keknya dari grub angkatan." Aleena berfikir serealistis mungkin, toh memang ada grub satu angkatan. Jika grub OSIS atau grub kelas tidak mungkin.

Alasan pertama,Priam tidak ikut dalam organisasi tersebut karena Aleena memang tidak pernah melihatnya, dan Priam berbeda dengan kelas yang ia tempati.

Aleena kembali mengambil handphone yang terletak diatas nakas dan mengurungkan niat untuk mengabaikan pesan itu.

"Gue enggak salah jawab kan?" tanya Aleena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue enggak salah jawab kan?" tanya Aleena.

Ia benar-benar baru pertama kali  mendapati seseorang berani chat dengan dirinya. Kebanyakan hanya menitip pesan dengan kedua sahabatnya itu, pengecualian jika membahas tentang urusan organisasi.

"Bodoamat deh, kalau salah minta maaf." Meletakkan kembali handphone ke atas nakas, Aleena berjalan keluar kamar dan menuju ke ruang tengah untuk berganti suasana.

Ia benar-benar bosan sekarang, tidak ada kegiatan menarik dimata Aleena untuk dilakukan. Padahal langkah kakinya belum keluar dari ruang kamar, tatapi ia kembali mendengar nada dering telepon dari handphone miliknya.

"Siapa lagi?" tanya Aleena kesal bukan kepalang.

Dengan malas, Aleena berbalik dan mengambil handphone miliknya,"Ini anak mau ngapain ya tuhan."

"Apa?" ucap Aleena menjawab dengan nada ketus, ia memprediksi pasti satu anak ini akan menceritakan sesuatu hal yang benar-benar panjang seperti rel kereta.

"Aaaa Renjun ganteng banget..."

"Habis update kah?" tanya Aleena berubah nadanya seketika. Jika membahas para bujang-bujang nct ia pasti akan semangat 45.

Ternyata sahabatnya hanya ingin menceritakan salah satu biasnya yang baru saja update di akun instagramnya, berburuk sangka memang tidak baik.

"Iya weh, Mark lee juga habis update. Sumpah ganteng banget" ucap seseorang dari sebrang telepon dengan histeris.

"Bentar, mau cek." Dengan sigab Aleena segera memasuki aplikasi Instagram untuk mengetahui update terbaru suami halunya itu. Jika dipikir-pikir Aleena kadang sifatnya bisa berubah seketika jika membahas para cowok Korea.

"Gebrakannya nggak main-main kan?" tanya Feinna kembali.

"Gila sih ini, gue jadi bingung mau milih cowok gepenk, cowok fiksi,atau Mark lee buat dinikahin," guman Aleena sembari terkekeh diakhir kalimat.

"Idih, halu mulu kerjaannya. Nggak mau sama cowok nyata?"

"Nyari yang resiko sakit hatinya kecil," ucap Aleena dengan gurauan yang sering ia lontarkan dengan kedua sahabatnya jika dirinya telah halu dengan sesuatu yang tak akan bisa ia gapai.

"Iyain deh."

"ALEENA LU DIMANA?!"

"Fei bentar, 3 manusia itu keknya baru berulah," ucap Aleena menutup teleponnya dan segera turun ke ruang tengah dengan cepat.

Seperti dugaannya, padahal belum ada satu jam ia membersihkan ruang tamu. Udah berantakan saja karena ulah ketiga kakaknya yang tidak bisa akur untuk beberapa jam saja.

"Dik, kak kembar ngrusak tugas punya gue," adu Ali.

"Lu yang mulai duluan, siapa suruh nganggu gue yang baru buat skripsi," ucap Aldesta tak mau kalah.

"Gue enggak ikut anjir, Napa disangkut pautin." Aldenta memprotes ucapan Ali yang tak sesuai dengan fakta yang ada.

Aleena melihat pertengkaran itu hanya bisa menghela nafas jenggah, padahal dirinya adalah anak paling kecil disini.

"Kenapa ngaduin ke gue? Kenapa enggak sama bunda?"

"Bunda pergi, di sini yang cewek cuman lu," jawab Ali.

Alasan yang diucapkan Ali benar-benar aneh. Memang mengapa jika dirinya perempuan sendiri di dalam rumah ini? Apakah perempuan adalah tempat pengaduan.

Kadang kakak ketiganya yang hanya bertaut umur 2 tahun itu memang nalarnya sangat di luar galaksi. Benar-benar tidak bisa diterka.

"Ya terus gue gitu yang harus ngladenin lu bertiga?" tanya Aleena tak habis pikir.

"Gue enggak ikutan, selalu disangkut-pautin terus. Heran gue," kesal Aldenta dengan pemikiran ketiga adiknya.

"Iya kak Aldenta nggak ikutan, yang buat masalah cuman kak Aldesta sama Ali," final Aleena.

"Kalian berdua dewasa dikitlah, Aleena capek habis bersih-bersih ini. Nggak mau gitu menyelesaikan masalah kalian berdua sendiri tanpa bantuan adik kecil ini?"

"Tap-" ucap Aldesta dan Ali yang serentak itu langsung dipotong oleh Aleena.

"Bodo kak bodo, pertanyaan tadi enggak ada jawabannya," potong Aleena malas dan segera memasuki dapur untuk mencari cemilan.



|

|

|

Spam next🚀

Alina🦁
TBC
02/4/2023

ALPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang