Bab 15. Berita Utama?

656 89 112
                                    

Sejak kabar itu beredar, Auristela tidak pernah menampakkan dirinya kembali di sekolah, seakan sudah tertelan bumi. Berita tentang Auristela yang tiba-tiba menghilang pun, mulai terdengar menjadi bahan pembicaraan nomor satu di sekolah. Berlimpah pertanyaan dari mereka yang selisih paham, sehingga adanya pro dan kontra.

Di sisi lain, Zen sontak terkejut sesudah meneliti senjata api milik Auristela, terdapat sebuah lambang yang merupakan musuh pasukan militer. Saat Zen tengah mengingat-ingat ulang terkait lambang itu, tiba-tiba Angel datang dan memanggilnya untuk segera ke ruang rapat.

Demi mengikuti aturan rapat, Zen terpaksa meletakkan senjata api miliknya dan Auristela di atas meja. Padahal, Zen selalu membawa kedua senjata api itu bersamanya setiap waktu. Sesudah meletakkan senjata api itu, Zen mengikuti Angel dari belakang yang menuju ruang rapat.

Zen sekadar terdiam mencermati selama rapat berlangsung. Tapi, tatapan matanya terus tertuju pada Theolivius, begitu juga sebaliknya. Keduanya saling menatap tajam, setajam mata elang, seakan tersirat makna sendiri.

Selesai rapat berlangsung, Zen langsung menghilang dari ruangan tanpa meninggalkan jejak. Dia bergegas menuju ruang kerjanya yang merupakan tempat senjata api Auristela di letakkan, sebelumnya. Sampai di sana, Zen sontak terkejut saat melihat senjata api Auristela sudah tidak ada di atas meja. Saat Zen hendak mencari senjata itu.

Tiba-tiba ...

"Apa yang tengah Anda cari, Tuan ...," tanya Theolivius. Kehadiran Theolivius tersebut, sontak membuat Zen terkejut.

"Pangeran Theo? Ada kepentingan apa, hingga Anda datang secara pribadi ke ruangan saya?" jawab Zen kemudian berbalik badan. Zen tidak menyadari bahwa Theolivius membuntutinya sejak keluar dari ruang rapat.

"Bagaimana kabar Anda? Apa masih seperti dahulu?" jawab Theolivius berjalan mendekati Zen.

"Lantas?" tanya Zen tampak tidak senang.

"Sebenarnya Anda pasti tahu maksud saya. Jadi langsung ke intinya saja, saya ingin Anda menjelaskan tentang ini," ucap Theolivius memutar-mutar senjata api Auristela di tangannya, sembari menatap Zen.

"Apa yang perlu saya jelaskan?" tanya Zen menatap balik Theolivius.

"Jangan berpura-pura tidak tahu. Lebih baik Anda jujur, Tuan," ucap Theolivius menodong Zen menggunakan senjata api itu, tepat di dahinya. Satu tarikan pelatuk senjata api itu, maka tamatlah riwayat Zen.

Tiba-tiba, Sion masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Kehadiran Sion membuat Zen menunda perkataannya.

"Pak, ada panggilan mendesak untuk And ...," ucap Sion terkejut begitu melihat adanya Theolivius di hadapannya.

Theolivius sontak terkejut mendengar adanya suara orang lain di ruangan itu. Untuk menghindari kecurigaan, Theolivius langsung menurunkan senjata api yang awalnya diarahkannya pada Zen.

"Ekhem." Theolivius menirukan suara batuk.

"Maaf Pangeran, maafkan kelancangan saya ini," ucap Sion panik sembari membungkukkan badannya berulang kali. Setelah itu, dia menegakkan kembali badannya.

"Ada apa Sion?" tanya Zen.

"Sion?" tanya Theolivius terkejut.

"Tentang itu, anu ... intinya, ada panggilan mendesak untuk Anda, Pak!" tegas Sion yang ragu mengucapkan permasalahan sebenarnya di hadapan Theolivius.

Zen pun melangkahkan kakinya maju mendekati Theolivius kemudian berkata tepat di telinganya, "Pangeran, pistol saya."

"Oh iya-iya," ucap Theolivius menyodorkan senjata itu pada Zen.

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang