Bab 18. Seleksi S 2 : Pertanyaan

568 84 120
                                    

Pagi harinya, seluruh peserta seleksi diminta untuk mengumpulkan tugas tersebut di depan ruang kepala sekolah. Saat Auristela hendak mengumpulkan tugasnya, semua yang berada di sekitarnya tercengang melihat dia membawa setumpuk kertas. Padahal setumpuk kertas itu adalah hasil tugas yang dia kerjakan kemarin malam.

"Lihat itu, Auristela lagi-lagi membuat heboh." Gosip murid-murid yang berada di sekitarnya.

Setelah Auristela meletakkan setumpuk kertas itu di atas meja yang sudah tersedia, kemudian hendak berbalik badan. Tiba-tiba Yvonne mendorongnya dengan begitu kencang hingga membuatnya nyaris terjatuh. Tetapi untungnya Auristela siagap, sehingga dirinya tidak terjatuh melainkan hanya berpindah tempat saja.

"Jangan halangi jalan saya dong," ucap Yvonne.

Auristela yang tidak mau membuat keributan langsung berbalik badan tanpa membalas perkataan Yvonne. Tiba-tiba Yvonne berteriak, saat Auristela hendak melangkahkan kaki berjalan meninggalkan tempat tersebut.

"Ya ampun! Siapa yang membuat tugas mudah seperti skripsi seperti ini? Cepat singkirkan dari hadapan saya. Mau ditaruh di mana tugas saya nanti?" ucap Yvonne berteriak heboh.

"Itukan kertasnya Auristela." Murid-murid lain langsung heboh membicarakan kertas Auristela.

Mendengar perkataan murid-murid lain, sontak Yvonne berteriak, "Auristela!"

Tetapi Auristela tidak begitu mempedulikan panggilan Yvonne. Saat Auristela sudah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba dua orang ajudan Yvonne mencegatnya dari jarak yang cukup jauh. Tidak hanya dicegat, mereka juga mengarahkan senjata api padanya.

"Auristela, jika Anda tidak berhenti, siap-siaplah lembaran tugas Anda saya buang dan menerima tembakkan dari kedua ajudan saya," teriak Yvonne.

Sontak Auristela menghentikan langkah kakinya sembari mengepalkan kedua tangannya. Kemudian Auristela berbalik badan dan menghampiri Yvonne. Saat berada di dekat Yvonne, Auristela hanya bertanya, "Apa sebenarnya yang Anda mau?"

"Setumpuk kertas ini punya, Anda kan? Tahukah bahwa ini sangat menganggu?" tanya Yvonne.

"Auristela-Auristela, apa yang sedang kamu lakukkan? Berani melawan seorang Putri Kerajaan?" tanya Vanessa menghampiri mereka bersama Jesselyn dan Rose mengikuti dari belakang.

"Tentu saja dia berani, mengapa dia tidak berani, Van? Sedangkan dia sudah berani melukai anak dari menteri keuangan dan gangster nomor satu di negara ini," sahut Jesselyn.

"Hah?" kaget Auristela mendengar pernyataan Jesselyn.

Saat berada dekat dengan mereka, Vanessa, Jesselyn, dan Rose mengumpulkan tugasnya terlebih dahulu. Setelah mengumpulkan tugasnya, Vanessa berjalan menghampiri Auristela dengan tangan yang tampak seperti mengambil sesuatu dari balik jas sekolahnya. Tiba-tiba setelah tangan Vanessa keluar dari jasnya, dia langsung menodongkan senjata apinya tepat di pelipis Auristela.

"Di sekolah ini tidak ada larangan untuk membawa senjata api, tetapi larangan untuk membunuh memang ada. Bagaimana jika saya kelupaan dengan aturan yang terakhir saya sebutkan?" tanya Vanessa berbisik tepat di telinga kanan Auristela.

"Lihat-lihat, primadona kita berani menodongkan senjatanya setelah sekian lama." Sontak suasana menjadi heboh, semua murid yang berada di sekitarnya langsung menyaksikan keributan Vanessa dan Auristela.

"Vanessa, letakkan senjata api itu," ucap Fernando tiba-tiba menodongkan senjata apinya tepat di belakang kepala Vanessa.

Mendengar suara Fernando, yang sontak membuat Vanessa menjadi terkejut. Tiba-tiba senjata api yang ada di genggamannya pun terjatuh. Mata Vanessa mulai berkaca-kaca seakan masih belum mempercayai apa yang sedang terjadi.

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang