Bab 3. Siapa?

1.1K 162 320
                                    

Setelah perkenalan selesai, Nicho memandu murid-murid MIPA X1, berkeliling dan melakukan kegiatan outdoor. Sampai jam istirahat untuk makan siang, mereka di beri kebebasan selama sejam. Namun tiba-tiba, terdengar pengumuman dari speaker. Murid-murid yang awalnya sedang berjalan ke kantin, menghentikan langkahnya.

"Himbauan untuk murid-murid! Selama sebulan ini kalian tidak diizinkan masuk ke lapangan indoor, karena adanya beberapa keperluan yang penting. Barang siapa yang melanggar akan kena sanksi yang berat."

Mendengar hal tersebut, Auristela sontak terkejut dan tidak menerimanya. Karena lapangan indoor adalah tempat Auristela menghabiskan waktu sepanjang istirahat. Selesai pengumuman, Auristela langsung bergegas menuju lapangan indoor. Sampai di sana, suasana begitu sepi dan sunyi, membuat Auristela tambah penasaran. Awalnya, Auristela ingin langsung ke pusat informasi. Tapi Auristela berpikir bahwa di pusat informasi pasti tidak ada orang.

Saat Auristela baru masuk, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang berlari. Auristela yang panik langsung bersembunyi di balik kursi penonton. Suara larinya itu, semakin terdengar jelas, disertai suara seorang pria, seperti sedang memerintah.

"Lari dengan serius!" tegas seorang pria yang membawa cambuk.

"Siap, Pak!" jawab beberapa pria berbadan kekar dengan tegas.

Diam-diam Auristela memperhatikan pergerakan mereka, untuk memastikan waktu yang tepat untuknya keluar dari ruangan tersebut. Tiba-tiba, ada anjing jenis German Sheperd masuk dan berlari sambil menggonggong. Auristela yang terkejut karena gonggongan anjing itu, sontak keluar dari persembunyian dan berdiri di atas kursi.

"Mengapa bisa seorang murid masuk ke sini?" tanya Sion melirik Auristela.

Anjing itu terus menggonggong, di tengah Auristela yang berdiri di atas kursi. "Siapa pun, jauhkan anjing itu dari saya! Kenapa membiarkan anjing dilepas begitu saja?!" jerit Auristela.

"Nona, apa yang sedang kau lakukan, di sini?" tanya Sion yang melirik Auristela.

"Singkirkan dulu anjing itu dari hadapan saya!" seru Auristela menjerit ketakutan.

Tiba-tiba seorang pria lain masuk ke dalam ruang dan berkata, "Dark! Duduk!" Bersamaan dengan perintahnya, anjing itu langsung duduk dan berhenti menggonggong.

Auristela turun dari kursi lalu berkata,"Akhirnya, bisa terbebas juga."

"Ada apa ini, Sion? Mengapa ada seorang pelajar perempuan di sini?" tanya Zen yang baru masuk, dan tidak sengaja melihat Auristela.

"Apakah saya salah datang ke sini? Lagian sekolah ini juga adalah sekolah saya," jawab Auristela, menahan rasa malunya.

"Tentu saja salah, bukankah sudah ada peringatan untuk tidak memasuki area lapangan indoor?" tanya Zen menatap Auristela dengan tajam.

"Memangnya kenapa? Lapangan ini adalah tempat saya menghabiskan waktu, apakah salah saya datang ke sini? Lagian kalian semua yang di sini mencurigakan! Kenapa bisa banyak senjata api di sini?" tanya balik Auristela menunjuk semua senjata yang tergeletak, "Bahkan anjing itu, bukankah itu anjing khusus, ya?"

"Tapi, Nona, bukankah sudah ada larangannya untuk tidak masuk ke sini?" sahut Sion.

"Iya tapikan ...," bantah Auristela.

Tiba-tiba sekelompok orang bersenjata masuk lewat jendela, lalu menodong Auristela.

"Eh, santai dong, jangan main masuk ke sekolah orang," jawab Auristela tersenyum.

"Urusan Anda dengan kami belum selesai," ucap Tonny menatap Auristela.

"Lalu?" jawab Auristela berjalan mendekati Tonny. Saat di hampiri, Tonny malah melangkah mundur. lanjutnya, "Kenapa takut?"

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang