Bab 23. Seleksi S 5 : Ancaman?

413 66 109
                                    

Auristela berjalan menelusuri hutan yang terlihat begitu gelap dan mencekam. Tidak lupa, dia membawa senter sebagai penerangannya dan GSP untuk penunjuk jalan.

Namun, di tengah jalan, tampak warna merah bersinar dari dalam tasnya. Rasa penasaran pun menyelimuti hati Auristela saat ini. Sehingga, dia pun memutuskan untuk menepi dan membuka isi tas tersebut.

Saat tas tersebut terbuka, sontak dia terkejut dengan isinya.

"Bagaimana mungkin ada alat pelacak di dalam tas ini? Apa maksudnya!" ucap Auristela curiga pada Yvonne. Dengan cepat Auristela berlari mecari jurang untuk membuang tas tersebut.

Tetapi, sebelum dia membuang tas tersebut, beberapa barang penting seperti makanan tetap di bawanya. Setelah itu, dia pun lanjut berjalan menelusuri hutan.

Di tengah perjalanannya menelusuri hutan, tiba-tiba dia terperosok ke dalam sebuah lubang. Tepat di dalam jurang tersebut terdapat sekelompok serigala kelaparan. Untunglah sebelum sempat jatuh ke dasar lubang, Auristela sempat berpegangan pada dahan pohon yang ada.

"Bagaimana? Kejutan dari saya?" tanya seorang wanita memakai topeng berjalan mendekati lubang.

"Suara ini ...," ucap Auristela yang sontak terkejut.

"Ini belumlah seberapa, dari daftar dendam yang saya sudah siapkan untuk Anda, Auristela," ucap wanita itu dengan tatapan sinis sembari menertawai Auristela.

"Lihat saja nanti!" seru Auristela dengan tegas.

"Yakin Anda bisa selamat dari lubang ini?" tanya wanita itu dengan nada sinis. "Kalian aja sekitar lubang ini, jangan sampai dia bisa lolos."

"Baik, Bos," ucap para anak buah dari wanita itu.

Setelah memberikan perintah pada seluruh anak buahnya, wanita itu pergi meninggalkan tempat tersebut. Kondisi Auristela saat ini berada di ujung tanduk, antara hidup dan mati. Dahan pohon yang saat ini menjadi pegangannya pun, mulai terbelah karena tidak dapat menahan tubuhnya terlalu lama.

"Hei kalian yang ada di atas, bantu saya untuk keluar dari lubang ini. Nanti saya akan memberikan apa pun yang kalian inginkan," ucap Auristela mencoba meraih permukaan tangan yang ada di atas.

"Untuk apa kami membantu orang rendahan seperti Anda," ucap salah satu anak buah wanita itu.

"Betul, lebih baik kami menjalankan tugas ini. Tugas langsung dari pimpinan LTH Squad. Siapa tahu juga kami akan diterima masuk ke anggota mafia yang terkenal itu," sahut anak buah wanita itu yang lain.

"Bagaimana kalian bisa tahu dia pimpinan LTH Squad?" tanya Auristela.

"Tentu saja kami tahu, bagaimana mungkin kami tidak tahu," jawab anak buah wanita itu. "Sudah nikmati saja saat-saat terakhir Anda di dunia ini."

"Baik," jawab Auristela tersenyum. "Primex-x07, aktif. Mode darurat."

"Seperti terdengar suara?" tanya anak buah wanita itu pada temannya.

"Halusinasi saja kali," jawab temannya.

Jleb ...

"Banyak bicara ...." Auristela yang telah keluar dari dalam lubang tersebut langsung menusuk salah satu anak buah wanita tersebut dengan pisaunya.

"Sial! Kami lengah!" seru anak buah wanita itu menembakkan peluru pistolnya pada Auristela. Tetapi, karena cerdik, dia menggunakan tubuh manusia yang habis ditusuknya sebagai tameng.

Setelah itu Auristela mengeluarkan senjata api cadangannya dari sakunya. Kemudian dia mulai menembakkan peluru itu pada mereka yang sudah melawannya.

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang