Doktor Alvaro sudah berada di rumah Auristela sejak dini hari untuk membantunya mengemasi barang. Saat semua sudah siap, mereka pun berangkat ke perkemahan yang sudah ditentukan. Sepanjang perjalanan, karena waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, Auristela melanjutkan tidurnya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah mereka di lokasi. Pemandangannya begitu asri, sejauh mata memandang. Embun pagi di mana-mana, suara burung yang terus berkicauan.
Saat Auristela melangkahkan kakinya turun, terpaan angin sejuk menyapu wajah cantiknya dengan lembut. Dia memejamkan mata sejenak, menikmati sejuknya cuaca di sini. Menyapu pandang, Auristela melihat daun daun yang mulai berjatuhan. Tempat camping ini cukup luas yang terasa nyaman karena pemandangannya yang indah.
Karena terlalu lama, Auristela merasakan hawa dingin menusuk kulit putihnya. Tetapi, tetap tubuhnya merasa kedinginan, sehingga dia pun mulai menggosokkan tangannya untuk meredakan sedikit rasa dingin. Namun, rasa dingin itu masih begitu terasa, hingga Auristela memeluk dirinya sendiri.
Tiba-tiba Doktor Alvaro berada di belakangnya dan memakaikannya mantel dari belakang ke depan. Setelah memakaikan Auristela mantelnya, Doktor Alvaro menatap kagum Auristela diam-diam. Ternyata, Auristela sejak tadi juga sedang memperhatikannya, sehingga kedua tatapannya saling bertemu.
"Kamu sedang sakit, lebih baik pakai ini," ucap Doktor Alvaro menatap Auristela dengan penuh perhatian.
"Terima kasih," jawab Auristela datar.
Walau wajah Auristela datar, di mata Doktor Alvaro, dia selalu tampil begitu cantik dan memesona. Sehingga, wajah Doktor Alvaro mulai memerah bertatapan dengan Auristela.
Namun dari belakang, tiba-tiba ada seseorang yang sengaja menyenggol Auristela. Karena kondisinya yang belum stabil, dia pun jatuh ke pelukkan Doktor Alvaro. Untunglah Doktor Alvaro selalu sigap sehingga dapat menangkap Auristela tepat waktu sebelum jatuh ke tanah.
"Oppsss ... I'm sorry," ucap Yvonne dengan nada meledek dan santai seakan tidak bersalah.
Doktor Alvaro sontak emosi melihat Auristela diperlakukan sekasar itu, padahal saat ini kondisinya secara medis sedang tidak baik. Saat dia menoleh untuk melihat wanita yang menyenggol Auristela, sontak dirinya dibuat terkejut. "Putri Yvonne?"
"Doktor?" ucap Yvonne yang ikut terkejut melihat Doktor Alvaro.
"Mengapa Anda ada di sini?" tanya Doktor Alvaro.
"Dia satu sekolah dengan saya, apa Doktor lupa?" sahut Auristela mencoba berdiri dengan tegak. Sesekali Doktor Alvaro masih membantu memapah tubuhnya agar lebih seimbang.
"Yo! Auristela, bagaimana Anda bisa berada di sini? Sementara Anda tidak lolos seleksi?" tanya Yvonne.
"Putri, Nona---" ucap Doktor Alvaro hendak membela Auristela, namun perkataannya terpotong sebelum selesai.
"Lolos atau tidak, saya akan mendapatkan kembali apa yang sudah menjadi hak saya," jawab Auristela menatap tajam Yvonne. "Doktor, mari." Melangkahkan kaki meninggalkan tempat tersebut.
"Siap Nona!" jawab Doktor Alvaro mengikuti Auristela dari samping sembari membantunya menyeimbangkan tubuh.
"Tidak ada yang berubah dari Anda, Doktor Al," ucap Yvonne tersenyum.
Auristela dan Doktor Alvaro mulai memilih lokasi untuk mendirikan kemah mereka. Saat sudah mendapatkan tempat yang sesuai tepat di antara pepohonan, agar lebih teduh. Tidak jauh dari mereka, Yvonne pun mendirikan tendanya.
Seluruh peserta lolos seleksi langsung berkumpul di lapangan saat hari mulai siang, terkecuali Auristela. Dia bersama Doktor Alvaro berada di tempat yang sudah disediakan, untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan. Hal tersebut, malah menjadi bahan perbincangan peserta lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus [END!] [On-going]
Mistério / Suspense⚠️NOTE : BIKIN PENASARAN DAN BERPIKIR⚠️ ⚠️BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN⚠️ Happy Reading, hargai karya orang. "Amor Aeternus" berarti cinta abadi. Namun, kisah ini tidak seperti maknanya. Menceritakan kisah pilu, seorang gadis bernama Auristela Helena Ve...