Seorang pria tua berjalan mendekati mereka, setelah mencegat Angel menarik pelatuk senjata apinya. Walau tampak tua, pria itu memiliki badan yang kekar. Jalannya begitu gagah, seperti tidak mencerminkan usianya.
"Hentikan Angel," ucap pria itu, yang bernama Zergan.
"Pak Jenderal Besar ...," ucap Angel terkejut, menurunkan senjatanya. "Mengapa Pak Jenderal Besar ke sini?"
"Siapa? Jendera Besar?" tanya Natalie yang sontak menurunkan senjatanya dan menyimpannya kembali ke dalam saku.
"Saya ke sini tentu saja untuk mengunjungi Jenderal, dia sedang dirawat bukan?" tanya Zergan. "Di mana dia dirawat?"
"Sebentar, Pak," jawab Angel kepada Zergan, kemudian dia berkata pada Natalie. "Kembalikan barang itu segera!"
"Untuk apa?" tanya Natalie berbalik badan menghadap Angel.
"Seharusnya kalian lebih bijaksana. Ini rumah sakit," ucap Doktor Alvaro yang baru saja keluar dari ruangan, diikuti Eric di belakangnya.
"Cepat kembalikan barang itu! Barang itu adalah milik saya," ucap Angel menggerutu.
"Barang apa memangnya?" tanya Zergan.
"Ini," jawab Natalie menunjukkan barang yang sedang di pegangnya.
"Barang itu!" seru Zergan sontak terpukau.
"Cepat kembalikan!" seru Angel.
Tiba-tiba Doktor Alvaro merenggut barang yang sedang di pegang Natalie, dan sontak berkata, "Barang ini adalah milik tunangan saya. Anda tidak ada hak untuk megakui barang ini, sebagai milik Anda, Angel."
"Menurut undang-undang yang berlaku, mengakui milik orang lain sebagai miliknya bisa dikenakan kasus hukum," sahut Eric dengan tegas.
"Mungkin hanya mirip saja Sekretaris Jenderal, lebih baik segera antarkan saya bertemu dengan Jenderal," sela Zergan mencoba mengambil alih situasi.
"Bagaimana mungkin!---" sangkal Angel.
"Sudah ayok!" jawab Zergan menarik Angel secara paksa.
Mereka pun pergi meninggalkan tempat tersebut, bersama dengan beberapa pasukan militer yang mengikuti dari belakang Angel. Natalie pun menghelakan napasnya, karena merasa lega atas kepergian mereka.
"Nona, sepertinya ada yang perlu kita bicarakan mengenai kedatangan Anda dan benda ini," ucap Doktor Alvaro memegang bahu Natalie.
"Tentu saja, Alvaro. Masalah yang cukup penting, di mana akan kita bahas?" tanya Natalie menyisihkan tangan Doktor Alvaro.
"Saya ikut?" tanya Eric dengan nada menggoda.
"Tentu saja, Eric. Kelengkapan informasi yang saya minta waktu itu sudah Anda bawa kan?" tanya Natalie melirik Eric.
"Jadi Eric, Anda ke sini bukan karena mengantarkan teman Anda?" tanya Doktor Alvaro berbalik melirik Eric.
"Itu kebenaran, tetapi hanya setengahnya. Sebenarnya tujuannya lain," jawab Eric.
"Sudahlah, kita bicarakan detailnya nanti. Dinding di sini bisa mendengar, jangan lupakan itu," sela Natalie mulai mencurigakan keadaan sekitar.
"Kita bicarakan di kamar rawat nona, agar lebih aman sekaligus bisa memantau keadaan nona," ujar Doktor Alvaro.
"Ide bagus!" seru Eric.
Mereka bertiga pun segera masuk ke dalam ruangan, tempat dirawatnya Auristela. Setelah itu, satu per satu topik mulai mereka bicarakan, dengan suara kecil tentunya. Demi menghindari adanya yang menguping dan kenyamanan Auristela beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus [END!] [On-going]
Mystery / Thriller⚠️NOTE : BIKIN PENASARAN DAN BERPIKIR⚠️ ⚠️BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN⚠️ Happy Reading, hargai karya orang. "Amor Aeternus" berarti cinta abadi. Namun, kisah ini tidak seperti maknanya. Menceritakan kisah pilu, seorang gadis bernama Auristela Helena Ve...