Jantung Polen berdetak semakin kencang dari sebelumnya, keringatnya bercucuran keluar membasahi bajunya. Tangan, kaki, dan seluruh tubuh Polen bergetar hebat seperti orang habis melihat hantu. Ingin rasanya Polen melanjutkan ucapannya, namun mulutnya seakan kelu untuk bicara.
Saat mulutnya sudah terbuka dan hendak berbicara, entah menapa Polen tidak dapat mengeluarkan suaranya. Auristela hanya menatap tajam Polen sambil menahan emosinya. Akhirnya, Polen pun mencoba menenangkan diri untuk melanjutkan perkataannya.
"Mengapa Nona terlihat seperti emosi?" tanya Polen ketakutan serta gemetaran.
"Perlu diulang?" jawab Auristela balik bertanya dengan singkat padat dan jelas.
"Tidak-tidak Nona, saya paham letak kesalahan saya," jawab Polen panik.
"Lalu apa yang saya katakan?" tanya Auristela ragu akan pernyataan Polen.
Mendengar pertanyaan Auristela, Polen pun semakin panik karena sebenarnya dia tidak mengetahui letak kesalahannya. Namun, sepanik apa pun dirinya, Polen berusaha tampak tetap tenang, sehingga tidak membuat Auristela curiga. Polen terus berusaha mengingat-ingat kembali apa yang dikatakan Auristela beberapa menit yang lalu.
"Ekhem ...." Auristela menirukan suara batuk seakan meminta Polen segera menjawab pertanyaannya.
"Nona besar, maafkan atas kelancangan saya ini. Namun ada baiknya, saat ini kita membahas terlebih dahulu tentang inti permasalahan perusahaan. Untuk masalah dekorasi ini, mungkin kita bisa bicarakan setelahnya?" tanya Kimberlly menyela pembicaraan mereka, sekaligus pemecah suasana tegang yang dirasakan Polen.
"Baiklah kita bahas itu di lain waktu. Sekarang, saya minta kalian untuk menunjukan grafik data keuangan perusahaan bulan ini," ucap Auristela seakan sudah benar-benar melupakan masalah dekorasi itu.
Polen pun berdiri dari tempatnya duduk saat itu. Setelah Polen berdiri, Auristela pun duduk di tempatnya.
Kimberlly mulai mempresentasikan grafik data keuangan perusahaan dengan hologram 3D. Auristela terus menyimak setiap perkataan yang keluar dari mulut Kimberlly dengan saksama. Selesai mempresentasikan, Kimberlly memberikan dokumen cetaknya pada Auristela.
Setelah menerima dokumen yang diberikan Kimberlly, Auristela mengambil kacamata bacanya dari balik jas sekolah, kemudian memakainya. Auristela mulai membaca ulang isi dokumen itu dengan sangat teliti. Auristela memerhatikan setiap kata demi kata dengan amat detail, layaknya seorang polisi yang sedang melakukan introgasi.
Disamping itu, keadaan Polen lebih tenang dari sebelumnya, setelah ketegangan yang mencekam dirinya beberapa menit lalu. Namun tetap saja, Polen masih gemetaran sepanjang waktu kala Austria membaca dokumen, mengingat keselamatan nyawanya juga sudah berada di ujung tanduk.
Setelah Auristela selesai membaca dokumen tersebut, tiba-tiba dia membantingnya ke atas meja. Suara bantingan itu sontak membuat Kimberlly dan Polen terkejut. Auristela benar-benar tampak seperti orang emosi ditambah dengan jari-jari tangannya yang terus mengetuk-ketuk permukaan meja.
"Sergera panggil semua direktur dan divisi regional perusahaan sekarang! Kita akan segera mengadakan rapat dadakan! " seru Auristela melirik Kimberlly.
"Sesuai perintah Anda, Nona besar," jawab Kimberlly yang segera bergegas memanggil para direktur dan divisi regional perusahaan.
Suasana hati Polen jadi semakin tidak karuan, rasa panik, takut, cemas, stres semua bercampur menjadi satu. Kini, Polen tidak dapat menutupi ekspresinya lagi. Auristela yang mulai menyadari tingkah laku Polen yang berubah pun mulai mencurigainya.
Auristela berdiri dari tempatnya duduk sekarang kemudian berjalan ke ruang rapat, diikuti Polen dari belakang. Sampai di ruang rapat, Auristela langsung duduk di kursi utama untuk memimpin rapat dengan Polen berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus [END!] [On-going]
Misteri / Thriller⚠️NOTE : BIKIN PENASARAN DAN BERPIKIR⚠️ ⚠️BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN⚠️ Happy Reading, hargai karya orang. "Amor Aeternus" berarti cinta abadi. Namun, kisah ini tidak seperti maknanya. Menceritakan kisah pilu, seorang gadis bernama Auristela Helena Ve...