Saat Zen melangkahkan kakinya masuk, ternyata tidak ada apa pun di dalamnya selain ruangan yang kosong. Zen mulai curiga bahwa dirinya sedang dijebak. Tiba-tiba pria itu menyodorkan senjatanya tepat di belakang kepala Zen.
Zen langsung tersadar bahwa dirinya tengah terancam. Tapi, diam-diam Zen langsung menembak pria itu sebelum sempat membunuhnya.
Jedor ...
Setelah itu, Zen keluar dari ruangan menggunakan identitas dari pria yang baru saja dibunuhnya. Zen mulai berjalan menelusuri setiap ruangan yang tampak mencurigakan. Semua ruangan telah ditelusurinya, namun tidak satu pun ada Auristela di dalamnya. Di hadapannya, ada satu ruangan yang tampak sangat mencurigakan.
Dari luar ruangan, terdengar suara jeritan seorang wanita yang begitu kencang. Zen yang penasaran langsung membuka ruangan itu, dengan senjata api ditangannya untuk berjaga-jaga.
Saat Zen melangkahkan kakinya masuk, dirinya dikejutkan dengan Auristela yang tergeletak tidak berdaya di atas kasur itu. Auristela bahkan terlihat menggunakan pakaian wanita malam. Ditambah lagi, dengan kaki dan tangannya terikat. Setelah Zen masuk, pintu tersebut tertutup kembali.
Menyadari adanya suara pintu tertutup, Auristela langsung melirik ke arah pintu. Saat melihat ke arah pintu, ternyata yang dilihatnya adalah Zen. Auristela langsung merasa lega kemudian berteriak, "Bantu saya melepaskan semua ikatan ini!"
"Berisik, bisa lebih tenang?" tanya Zen berjalan mendekati Auristela.
Saat berada di dekat Auristela, Zen langsung membukakan semua ikatan yang terdapat pada kaki dan tangannya. Auristela yang terbebas langsung menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Ngapain?" tanya Zen.
"Heh, emangnya saya mau kasih liat tubuh saya ke orang secara gratis?" tanya Auristela balik sembari menatap Zen.
"Saya tidak tertarik dengan anak kecil, cepat kita pergi dari tempat ini," jawab Zen menatap balik Auristela.
"Tapi tetap saja!" seru Auristela.
"Ini, pakailah coat saya," ujar Zen menyerahkan long coat-nya pada Auristela.
Auristela melepaskan selimut dari tubuhnya kemudian mengenakan long coat milik Zen. Setelah memakai coat itu, Auristela pun turun dari kasurnya. Saat mereka hendak melangkahkan kakinya berjalan keluar ruangan, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu tersebut. Sontak hal tersebut membuat Auristela dan Zen terkejut.
"Lah kok wanitanya le---?" kaget orang itu saat pintu sudah terbuka.
Jedor ...
"Ayok bergerak!" seru Auristela setelah menembak pria itu tepat di kepalanya.
Tembakannya itu ..., bagaimana mungkin? tanya Zen dalam batinnya.
"Ayok! tunggu apa lagi sih?" tanya Auristela.
Zen yang tersadar langsung mengikuti Auristela dari belakang. Mereka mulai berlari, melarikan diri dari ruangan itu. Saat berada jauh dari ruangan tadi, tiba-tiba ada seorang penjaga yang melihat Auristela.
Sebelum penjaga itu membuka mulutnya, Zen langsung menembaknya. Auristela terkejut dan tercengang melihat Zen sangat mahir menggunakan senjata api. Tapi fokus Auristela untuk tetap keluar dari tempat itu tidak teralihkan dan terus melangkahkan kakinya berlari.
Tiba-tiba alarm darurat berbunyi kencang. Semua pasukan CDS langsung diperintahkan untuk menangkap Auristela dan Zen.
"Bagaimana mungkin mereka bisa lolos!" seru pria itu emosi, melihat dari layar CCTV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus [END!] [On-going]
Misterio / Suspenso⚠️NOTE : BIKIN PENASARAN DAN BERPIKIR⚠️ ⚠️BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN⚠️ Happy Reading, hargai karya orang. "Amor Aeternus" berarti cinta abadi. Namun, kisah ini tidak seperti maknanya. Menceritakan kisah pilu, seorang gadis bernama Auristela Helena Ve...