Dokter terus bersih keras meminta Auristela untuk menjalankan tes lebih lanjut. Tapi Auristela menolak terus, sampai dering ponselnya berbunyi bahwa ada panggilan masuk. Auristela pun menjawab panggilan tersebut dengan keadaan masih sedikit lemas. Sementara Zen mengkode Dokter untuk keluar dari ruangan.
"Halo, sekarang Nona besar berada di mana? Kenapa sudah pukul 4 sore belum sampai rumah?" tanya Doktor Alvaro.
"Ke---napa ya? Apa ada mas---alah?" jawab Auristela melemparkan pertanyaan balik, dengan nada terputus-putus.
"Nona besar? Kenapa dengan suara anda? Mengapa terdengar terputus-putus?" tanya Doktor Alvaro panik.
Zen langsung mengambil alih ponsel Auristela dari tangannya, dan ia pun langsung menjawab panggilan Doktor Alvaro. Auristela yang tidak berdaya pun terdiam, karena staminanya belum kembali total.
"Ingin tahu di mana Nona besar Anda?" tanya Zen menjawab pertanyaan Doktor Alvaro.
"Siapa ini?" tanya Doktor Alvaro.
"Datang ke Rumah Sakit Alosgels, segera atau ...," jawab Zen menutup telpon tersebut.
***
"Baiklah, tunggu saya Nona," gumam Doktor Alvaro berkemas obat-obatan dan bergegas berangkat menuju Rumah Sakit.
***
"Ini ponsel Anda, saya kembalikan," ucap Zen menyodorkan ponsel Auristela ke tangannya.
"Dasar! Gak ada ...," maki Auristela terputus, karena mulutnya tertutupi tangan Sion yang mendadak muncul.
"Sudah, kamu istirahat saja. Memang Pak Zen itu galak, tapi dia baik kok," sela Sion menidurkan tubuh Auristela perlahan ke ranjang.
Belum sempat Zen memberikan ponselnya, Auristela sudah tertidur lelap. Zen pun meletakkan ponsel Auristela ditangan kanannya, lalu pergi keluar ruangan. Sementara Sion masih menunggu di dalam ruangan, memantau Auristela.
Zen menunggu di luar ruangan kamar inap Auristela, tiba-tiba terlihat seorang pria dari kejauhan mengenakan pakaian seperti seorang Doktor. Pria tersebut tampak sangat terburu-buru berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit. Sampailah pria itu di hadapan Zen, lalu mencoba meninju wajahnya.
"Brengsek Anda! Apa yang Anda lakukan pada Nona?" tanya Doktor Alvaro.
Zen langsung menangkap tangan Doktor Alvaro yang ingin meninjunya, lalu menjawab dengan menatap dingin matanya, "Alvaro, berhentilah bersikap kekanak-kanakan. Anda bisa lihat sendiri kondisinya di dalam kamar."
"Awas saja jika Anda berani berbuat macam-macam pada Nona!" tegas Doktor Alvaro menatap balik Zen.
Tak lama kemudian, Zen melepaskan tangan Alvaro dari genggaman tangannya. Alvaro pun masuk ke dalam ruangan, sementara Zen tetap berada di luar ruangan.
Alvaro yang sudah berada di ruangan, langsung membuka peralatan obat-obatannya untuk mengobati Auristela. Kemudian memasukannya ke dalam jarum suntik. Saat Alvaro akan menyuntik Auristela, tangannya dicegah oleh tangan Sion. Di waktu yang bersamaan, keduanya saling bertatapan sinis satu sama lain.
"Apa yang Anda lakukan pada adik ini?" tanya Sion.
"Bisa tidak Anda tidak menghalangi saya melakukan tugas ini?" jawab Doktor Alvaro.
Tiba-tiba Auristela terbangun lalu berkata, "Doktor Alvaro? Apakah itu Anda?"
"Iya Nona, ini saya," jawab Doktor Alvaro, kemudian melirik Sion, "Bisa lepaskan tangan saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus [END!] [On-going]
Misteri / Thriller⚠️NOTE : BIKIN PENASARAN DAN BERPIKIR⚠️ ⚠️BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN⚠️ Happy Reading, hargai karya orang. "Amor Aeternus" berarti cinta abadi. Namun, kisah ini tidak seperti maknanya. Menceritakan kisah pilu, seorang gadis bernama Auristela Helena Ve...