Bab 35. Penyerangan di Cafe

238 60 102
                                    

Detak jantung Vanessa mulai berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Wajahnya semakin memerah seperti semerah buah tomat.

Sebenarnya, perasaan gadis itu terhadap pria yang ada di hadapannya begitu besar. Sehingga begitu sulitnya baginya untuk melupakan segala kenangan yang ada. 

Namun, dia juga takut pada Fernando yang sekarang. Gadis itu tidak mau jatuh ke lubang yang sama sebanyak tiga kali. Bahkan keledai pun tidak akan pernah jatuh di lubang yang sama.

"Maksud Anda apa?" tanya Vanessa mencoba mengontrol dirinya.

"Entah mengapa, semenjak Anda mulai menjauhi saya, saya mulai ada sesuatu yang menghilang dari bagian hidup saya. Sejujurnya saya tidak mengerti apa arti perasaan ini," jawab Fernando.

Dep ...

Detak jantung sempat Vanessa berhenti sejenak saking tidak percayanya. "Bisa Anda ulangi maksud perkataan Anda? Saya masih tidak paham," ucap Vanessa mencoba meyakinkan bahwa yang terlintas dalam benaknya, tidaklah salah.

Tiba-tiba pelayan datang dan memberikan makanan yang mereka pesan. Fernando pun menunda perkataannya, di hadapan pelayan tersebut. 

Begitu pelayan itu pergi, gadis itu kembali bertanya, "Jadi?"

"Sebaiknya hidangannya dimakan terlebih dahulu, sebelum menjadi dingin," jawab Fernando yang mulai canggung.

"Umm ... baik," jawab Vanessa yang mencoba tampil elegan. Padahal, dalam hatinya yang terdalam sudah menjerit kesenangan. Bukanlah dia tidak mengerti maksud perkataan pria itu, namun, dirinya ingin membuktikannya secara langsung.

Suasana menjadi canggung antarkeduanya, selama makan siang itu berlangsung. Keduanya seperti seseorang yang saling menyukai, namun malu untuk mengungkapkannya. Bisa dikatakan bahwa mereka seperti sedang pendekatan diri, dengan istilah lain pdkt.

Di tengah kecanggungan keduanya, tiba-tiba muncul sekelompok mafia yang menyerang cafe tersebut. Sontak, keadaan sekitar menjadi rusuh akibat kedatangan para  mafia-mafia itu.

Vanessa langsung ketakutan dan memutuskan berlindung di bawah meja, begitu meliat aksi mereka. Tentu gadis itu ketakutan, walau bukan kali pertamanya dia melihat pembunuhan. Namun, kali ini adalah moment yang paling ditunggu-tunggunya, tetapi semuanya malah berbalik hancur berantakan. Apa lagi, kedatangan mafia-mafia itu tidak jelas adanya.

Di saat gadis itu ketakutan, Fernando terus berusaha untuk melindunginya dari serangan para mafia-mafia itu. Pria itu mengeluarkan senjata api dari balik kemeja yang dipakainya, kemudian mulai menembak-nemabaki orang-orang yang terlihat mengancam.

Gadis itu begitu ketakutan,  bagai ikan yang tertinggalan gerombolannya. Dia pun akhirnya memutuskan untuk menutup kedua matanya dan berpasrah pada keadaan.

Beberapa menit kemudian ...

"Vanessa-Vanessa," ucap Fernando yang terdengar samar ditelinga Vanessa.

Berkali-kali pria itu mencoba untuk memanggil gadis yang ada di hadapannya. Karena tidak kunjung sadar, dia pun memutuskan untuk menggoyang-goyangkan tubuh Vanessa. 

Hingga suara pria itu mulai terdengar. Membuat Vanessa kembali dari alamnya, dan membuka kembali kedua matanya.

"Fernando? Me---" jawab Vanessa sontak terkejut dan menghentikan ucapannya begitu melihat kondisi Fernando. Tangan dan badannya pun menjadi lemas, melihat banyaknya luka pada tubuh pria yang ada di hadapannya itu. "Kamu kenapa!"

"Saya tidak apa-apa," jawab Fernando mencoba kuat dengan kondisinnya saat ini. Dia tahu Vanessa pasti akan cemas memikirkannya.

"Kita ke Rumah sakit sekarang ya?" tanya Vanessa gemetaran melihat darah yang begitu banyak di tubuh pria itu. 

Amor Aeternus [END!] [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang