Sejak kejadian pagi tadi, Namizha belum kunjung siuman. Doctor Alvaro menjadi cemas dengan kondisi gadis itu, karena kejadian ini bersangkutan langsung pada Auristela.
Saat pria itu hendak membicarakan masalah ini dengan Auristela, tak terasa hari sudah sore. Permainan ketiga pun akan segera di mulai.
"Permainan ke tiga kali ini adalah Who's the mafia. Di mana jumlah kalian sebanyak seratus enam puluh lima saat ini, akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok mafia, warga, polisi, dan pemerintah," ucap Alora menyalakan proyeksi. "Penanggung jawab permainan kali ini adalah Frizlia, Rayden, dan Navadie."
"Baik, saya Frizlia akan memberitahukan bagaimana cara memainkan permainan ini," ucap Frizlia dengan senyum yang memancar dari wajahnya. "Kalian pasti tidak asing dengan permainan Were Wolf. Permainan ini sama sistemnya dengan permainan tersebut. Bedanya, kalian sendiri yang harus melumpuhkan lawannya, seperti permainan sebelumnya. Ada pertanyaan?"
"Jadi, para mafia dibebaskan membunuh siapa pun, tanpa adanya sistem votting terlebih dahulu, seperti permainan ww?" tanya Kinan.
"Setiap anggota mafia dibatasi, maximalnya mengugurkan lima orang, bisa dari tim warga atau tim permerintah. Dan saya tekankan ulang, bahwa kalian harus melumpuhkan lawannya sendiri seperti permainan sebelumnya," jawab Frizilia.
"Maaf sebelumnya, namun mengapa nama timnya pemerintah, mafia, dan polisi?" tanya Bernhard.
"Karena temanya adalah mafia," jawab Frizilia. "Mengingat kelompok mafia sedang mengguncangkan negara bebelakangan ini. Jadi kami mengambil tema tersebut."
"Baiklah terima kasih," jawab Bernhard.
"Auristela, kalau Anda menjadi mafia, mungkin tidak ada yang bisa menangkap Anda," bisik Yvonne tersenyum.
"Auristela sebagai mafia? Jangan berhalusinasi ketinggian Yvonne," sahut Dravin dengan nada meledek. "Lagian perempuan seperti Auristela yang seperti itu, tidak peduli apapun, mana mungkin jadi mafia."
"Saya setuju pendapat Dravin," jawab Auristela menunjukkan senyumnya namun tangannya mengepal erat menahan emosi.
"Baiklah, saya akan lanjutkan dengan pembagian kelompoknya," lanjut Rayden. Nama-nama peserta sesuai pembagian kelompok pun muncul.
"Lihat, saya menjadi kelompok mafia," ujar Dravin melirik Auristela.
"Saya---" ucap Auristela terdiam.
"Wah Auristela, sepertinya kita beda kelompok," balas Yvonne, "saya masuk tim mafia dan Anda masuk warga."
"Hahaha ada yang dapat warga," ledek Vanessa menghampiri Auristela.
"Ada kemungkinan besar Auristela bisa kalah dalam permainan ini," bisik Jesselyn, "saya akan mengincar dia."
"Saya polisi," gumam Leo tersenyum.
"Saya tim pemerintah, lengkap sudah Leo," jawab Rio ikut tersenyum.
"Ini tidak lucu," ucap Auristela menatap mereka yang berdiri di atas panggung.
"Sudah terimalah nasibmu," cibir Vanessa.
"Jesselyn, saya dapat warga juga," bisik Rose.
"Tenang saja, Vanessa dapat tim pemerintah," balas Jesselyn tersenyum.
"Karena kalian semua sudah mengetahui pembagian masing-masing, Nava akan membacakan peraturannya," sela Rayden ditengah kehebohan mereka.
Seketika suasana pun kembali hening. Mereka lebih bersemangat karena melihat Auristela, Leo, dan Rio berada di tim yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus [END!] [On-going]
Gizem / Gerilim⚠️NOTE : BIKIN PENASARAN DAN BERPIKIR⚠️ ⚠️BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN⚠️ Happy Reading, hargai karya orang. "Amor Aeternus" berarti cinta abadi. Namun, kisah ini tidak seperti maknanya. Menceritakan kisah pilu, seorang gadis bernama Auristela Helena Ve...