"Waktu berkumpul sudah habis," lontar Alora menekan tombol merah. Akses masuk ke dalam aula pun tetutup rapat-rapat, sehingga perhatian para murid tertuju pada mereka yang masih di luar ruangan.
"Biarkan kami masuk!" seru mereka yang berada di luar ruangan.
"Apa begini sikap anak SMA? Seharusnya kalian bisa lebih disiplin!" tanya Alora menatap seluruh murid, "penjaga!"
Terlihat dari jendela para penjaga itu membawa pergi ketujuh murid yang berada luar aula. Alora memencet tombol kuning yang membuat jendela tersebut tertutup gorden secara otomatis.
"Saat ini jumlah kalian hanya ada tujuh ratus siswa. Kedepannya saya harap kalian bisa lebih disiplin agar hal seperti ini tidak terulang kembali. Karena ada hadiah besar yang akan menanti kalian. Untuk acara lebih lanjutnya akan dikemukakan oleh tim OSIS, saya persihlakan Lucas selaku Ketua OSIS," tutur Alora membuat murid-murid di dalam ruangan terdiam.
"Selamat siang semuanya, bagaimana kabarnya? Saya harap kabar kalian baik-baik saja," ucap Lucas.
"Baik-baik saja bagaimana?" gerutu Vanessa dengan suara kecil.
"Diam Van," bisik Rose.
"Aurist---" panggil Yvonne, "---owh sudah pergi."
"Pada kesempatan yang diberikan oleh Ibu Alora selaku juru bicara kepala sekolah, saya akan menjelaskan tentang kegiatan kita ke depannya selama delapan hari tujuh malam," lanjut Lucas. "Pada hari pertama sampai perjalanan ini selesai, kami mengadakan beberapa macam permainan. Setiap permainan memiliki aspek penilaian tersendiri. Penilaian tidak dilihat dari hasil akhirnya saja. Semakin besar nilai yang kalian dapatkan dari setiap permainan, maka kesempatan menang pun begitu. Seluruh siswa dan siswi memiliki hak yang sama, tidak akan ada yang dibedakan. Sampai sini ada pertanyaan?"
"Apa kalian para anggota osis akan ikut memainkan permainan tersebut?" tanya salah satu siswa.
"Bukankah tidak adil bila kalian ikut bermain juga?" sahut salah seorang siswi, diikuti sorakan murid-murid sehingga terjadilah kegaduhan sesaat.
"Harap tenang!" seru Alora menghentikan kegaduhan. "Bisa dilanjut Lucas."
"Kami para osis sudah sepakat tidak akan mengikuti permainan ini. Karena kami juga adalah tim pelaksana acara," jawab Lucas.
"Berarti kami hanya akan memainkan permainan saja untuk memenangkan hadiah?" tanya Dravin tersenyum.
"Kurang lebih begitu," cakap Lucas. "Mengenai keterlibatan kami dalam acara ini, saya akan menjelaskan lebih rincinya. Memang kami tidak akan ikut memainkan permainannya, tetapi kami tetap ikut dinilai selama permainan berlangsung. Karena setiap murid baik osis maupun peserta akan dinilai, seperti yang saya katakan bahwa semua siswa siswi di sini tidak akan dibedakan. Sekian."
"Sepertinya permainan ini akan menarik," ucap Vanessa tersenyum.
"Saya yakin bahwa kamu akan memenangkan acara ini Van," ujar Jesselyn.
"Saya tidak berpikir demikian," sahut Yvonne.
"Apa hakmu berkata demikian?" sosor Vanessa dengan nada tinggi.
"Jangan terlalu sombong," balas Yvonne smirk berjalan meninggalkan rombongan mereka.
"Saya rasa perkataan Yvonne ada benarnya," ujar Rose menepuk pundak Vanessa.
"Kita lihat nanti!" seru Vanessa menghempaskan tangan Rose dari pundaknya.
"Saya persilahkan Aprohidhete untuk menjelaskan rangkaian acara ini," sambut Alora.
"Terima kasih Bu Alora pada kesempatannya. Pertama tentu akan ada peraturan diluar aturan yang sudah ditentukan sekolah. Peraturan pertama kalian dilarang berbuat curang dalam bentuk apa pun, kedua larangan untuk tidak mengikuti ketentuan selama permainan yang akan selalu dijelaskan sebelum permainan dimulai." jelas Victoria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Aeternus [END!] [On-going]
Mistério / Suspense⚠️NOTE : BIKIN PENASARAN DAN BERPIKIR⚠️ ⚠️BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN⚠️ Happy Reading, hargai karya orang. "Amor Aeternus" berarti cinta abadi. Namun, kisah ini tidak seperti maknanya. Menceritakan kisah pilu, seorang gadis bernama Auristela Helena Ve...