"BANG JUNGWOOONNNN" teriakan Ni-ki menggema mengisi setiap jenggal ruang keluarga itu, bagaimana tidak kesal. Ni-Ki capek dari tadi nungguin Jungwon, nyari Jungwon diarea sekolah sampai ke hutan sekolah juga, eh abangnya ini malah enak-enakan tidur tanpa memikirkannya sedikitpun.
Mendengar teriakan Ni-Ki yang melengking memekakkan telinga membuat Jungwon gelagapan sendiri "Aduh iya, ini ada apa, Ni-Ki kenapa hmm, kalo ada masalah cerita sama abang" Jungwon mengusap wajahnya kasar agar nyawanya cepat terkumpul.
Ni-Ki memutar bola matanya malas "Hilih beton, ngga usah sok manis"
"Kenapa sih Ki?, gue ada salah apa sama lo?"
"Lo tadi bolos kan bang?, trus lo ninggalin gue tanpa ngasih kabar?, gue capek nungguin lo panas-panasan dihalaman sekolah, gue juga udah nyari lo muter-muter area sekolah, tapi dengan enaknya lo malah rebahan santai disini kayak orang mati, mana posisinya gue lagi ngga bawa uang, hp gue lowbat, untung aja ada bang ruto yang nawarin buat bareng, kalo ngga gimana coba nasib gue, masak iya seorang Ni-Ki pulang jalan kaki , mana jarak sekolah rumah jauh banget lagi, bisa pingsan ditengah jalan gue bang hah hah." ucap Ni-Ki cepat tanpa jeda dalam sekali tarikan nafas membuatnya terengah-engah diakhir kalimat, bisa ngebayangin kan gimana cepetnya dia ngomong tadi?
"Tenang dulu Ki tenang, atur nafas dulu"
"Tenang-tenang enak banget ngomong tenang, setelah ini jangan ngomong sama gue, ga bakal gue gubris, bye" Ni-Ki pun melenggang pergi dari hadapan Jungwon dengan raut wajah yang masih kesal.
"Ngambek nih ceritanya" ucap Jungwon setengah berteriak. Jungwon terkekeh pelan, bagaimana mungkin dia melupakan Ni-Ki, pasti adiknya itu tengah menahan kesal sedari tadi. Jungwon jadi merasa bersalah.
Tanpa pikir panjang Jungwon kembali merebahkan tubuhnya tiduran di sofa seperti posisi semula, tanpa mengindahkan kata-kata adiknya tadi "sitilih ini jingin ngiming simi gui, nyenyenye, liat aja ntar dia sendiri yang bakal duluan ngajak gue ngomong" ucap Jungwon sambil menirukan gaya bicara Ni-Ki tadi.
Saat mendengar derap kaki menuruni tangga Jungwon langsung bangun dari posisi rebahannya penasaran dengan siapa sebenarnya pemilik derap kaki tersebut.
"Sore bang Sunghoon" ucapnya setengah berteriak kala netranya mendapati Sunghoon kakak ke-4nya yang sudah rapi mungkin akan berangkat kuliah.
Sunghoon hanya memandang Jungwon datar, terus berjalan tanpa membalas sapaan Jungwon.
Ya kurang lebih kayak gitu
ekspresinya"Bang Sunghoon mau berangkat ya?" tanya Jungwon lagi
Sunghoon berhenti sejenak kembali memandang Jungwon datar "hmmm" jawabnya kemudian lanjut jalan lagi.
"Dasar kulkas berjalan" sindir Jungwon pelan.
Sunghoon kembali berhenti dan kembali melirik Jungwon datar "gue denger" lalu kembali melanjutkan jalannya lagi.
Jungwon menahan nafas sampai tubuh Sunghoon menghilang ditelan tembok, setelah itu iya tertawa keras "ptff bwahahah, datar banget tu muka njirrr, berasa ngomong sama robot gue, sabar won sabar, orang sabar badannya tinggi" ucapnya sambil mengusap dadanya seolah menguatkan dirinya sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri, Jungwon merasakan bahwa hatinya menghangat sekarang, perasaan rindu yang selama ini tertahan akhirnya tersampaikan, meskipun hanya seperti itu reaksi Sunghoon yang diberikan kepadanya, setidaknya Sunghoon tidak mengacanginya seperti hari-hari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Atau Melepas✔ [Enhypen]
FanfictionDulu kita adalah keluarga kecil yang bahagia sebelum kebahagiaan kita direnggut paksa oleh sang pencipta, semua berubah setelah kepergian orang tua kami untuk selamanya. Aku tidak menyalahkan semesta, tapi aku hanya kecewa. _________ _______________...