Hai namaku Jungwon!!
Aku ingin ceritakan saat dimana keluargaku berubah dalam sekejap mata.
Kami bukan lagi keluarga yang sering menghabiskan waktu bersama. Kami bukan lagi keluarga yang suka piknik dihalaman rumah sembari memanggang daging, Kami bukan lagi keluarga yang saling merangkul disaat salah satunya membutuhkan, bukan lagi keluarga yang selalu memberikan kehangatan dan kenyamanan layaknya sebuah keluarga pada umumnya.
Sungguh semuanya berubah.
Semua dimulai dari abang tertua kami yang tiba-tiba tidak mau memasakkan sarapan untuk kami lagi. Alasannya karena kami adalah adik-adik yang tidak tahu diri.
"Gue mau kerja, bisa nggak sih? sehari aja kalian urus hidup sendiri, kenapa apa apa harus gue yang ngurusin? Kalian bukan anak-anak lagi bukan bayi lagi yang harus semuanya gue yang ngurusin. Kalian udah pada gede, seharusnya sekarang udah bisa mandiri, orang tua udah ga ada, kalian ga bisa gantungin mereka lagi. Terus apa sekarang? Hmmm"
Ucapan Heeseung terjeda sebentar. Dadanya naik turun dengan wajah yang memerah, kantung matanya tampak jelas sepertinya Heeseung sudah tak mampu menyembunyikan rasa lelahnya lagi.
"Kalian mau jadiin gue babu, Iya? Jay lo kan bisa masak kenapa ngga masakin mereka?"
"Capek gue habis daki gunung" jawab Jay dengan watadosnya. Jujur, dari dulu semuanya memang serba Heeseung yang melakukan, Jay kira jika Heeseung diam maka Heeseung tidak punya masalah tentang itu, padahal kalau Heeseung bilang pun dia juga tidak akan keberatan untuk membantu memasak. Jay tidak pernah suka jika ada orang yang memendam masalah sendiri lalu meledak begitu saja dan menyalahkan banyak orang. Seharusnya sedari awal Heeseung bilang jika dia tidak mampu, bukan malah menyuruh adik-adiknya untuk fokus belajar saja ketika berniat membantu. Setelah semua sudah terbiasa seperti itu lalu dia marah-marah, bukannya membicarakan dengan baik-baik.
"Capek? terus apa kabar gue yang tiap hari serasa ngurus 6 anak. Gue yang ngerjain pekerjaan rumah, padahal gue juga yang harus kerja buat hidup kita. Kalian mau bikin gue mati muda?"
"Jadi lo ga ikhlas selama ini ngurusin kita bang? Selama ini kalo kita niat bantu juga lo ga pernah ngijinin kan? Dan malah nyuruh kita fokus buat belajar aja? Tapi sekarang lo nyalahin kita?" Jawab Jay tidak terima.
"Gue juga pernah bilang kan, kalo ga mampu mending cari ART aja buat ngurus rumah" Jake ikut menimpali.
"Kalo lo minta bantuan juga udah pasti kita akan bantu, ga usah sok-sokan bisa lakuin semua sendirian kalo ujung-ujungnya ngedumel di hati bang"
"Bang udah, ga usah diterusin" lerai Jungwon dengan suara bergetar. Belum pernah dia melihat para saudaranya bertengkar hingga seperti ini. Ego mereka sama-sama besar jika tidak dihentikan urusannya akan panjang.
"Gue emang ngelarang pas kalian masih kecil, gue kira pas kalian udah pada gede ada inisiatif buat bantu gue, ternyata memang gue yang salah didik" suara Heeseung memelan dengan helaan nafas panjang sebagai akhiran.
"Maksud lo apa?" Sulut Jay ngegas.
"Bang! udah malem, berisik tau ga!" Sentak Ni-ki yang baru saja pulang dari luar. Dengan wajah malas Ni-ki masuk kamar dengan langkah besar bersamaan dengan suara pintu dibanting keras. Menyebabkan keheningan beberapa detik diruang keluarga itu.
"Maaf gue lagi capek ga bisa kontrol emosi, tapi dengan ini gue mohon ayo kerja sama, setelah ini urus hidup kalian sendiri, kalian udah pada gede. Gue capek, gue juga bakal punya hidup sendiri nanti ga selamanya seumur hidup gue buat ngurus kalian"
"Bang kita ga akan setidak tau diri ini kalo lo ga ngelarang kita buat bantu sedari awal, kenapa seolah-olah hanya kita yang salah?"
Dan saat itu juga, pertengkaran hebat antara Bang Jay dan Bang Heeseung terjadi. Ditambah lagi abang-abang yang lain ikut nimbrung karna nggk terima, aku aja yang dari tadi diam udah paham kalo kita emang nggk tau diri selama ini. Terus kenapa abang abang yang lain ikutan mojokin Bang Heeseung.
Setelah pertengkaran itu semuanya berubah. Bang Heeseung jadi jarang pulang ke rumah, dia lebih sering pulang ke apartementnya. Bang Jay jadi pemarah dan emosian. Bang Jake jadi lebih suka ngehabisin waktu diluar rumah, dan selalu pulang jika waktu sudah larut. Bang Sunghoon jadi dingin dan irit bicara. Bang Sunoo juga jarang pulang kerumah dan lebih suka nginep di rumah temennya atau mungkin udah tinggal di kost-an. Ni-ki? Aku ngga tau lagi, anak itu menjadi sangat tertutup.
Dan aku? Ah entahlah semuanya menjadi rumit. Bunda pernah bilang, musuh terbesar orang yang beranjak dewasa itu adalah keegoisan. Mungkin ini yang terjadi kepada para abangku yang lain. Aku berusaha mati-matian agar tidak ikutan berubah seperti mereka. Meskipun rasanya sulit, karna kalo bukan aku siapa lagi yang mengubah?
Kelima abangku yang dulunya adalah orang-orang yang penyayang, perhatian dan selalu menjaga adik-adiknya dengan baik. Sekarang berubah menjadi orang-orang yang acuh, dingin, dan kasar.
Seolah abai, mereka hanya memikirkan hidup mereka sendiri, tanpa ingat jika di rumah itu masih ada adik-adik yang masih sangat membutuhkan bimbingan orang dewasa. Begitu juga dengan adikku satu satunya yang dulunya adalah seorang adik kecil yang manja dan ceria. Namun sekarang? Senyuman dalam dirinya pun sudah benar-benar tidak pernah aku lihat.
Bagaimana mungkin aku selalu merasa kesepian, disaat aku tinggal seatap dengan enam orang. Oh ralat! Lebih tepatnya 4 orang. Kita adalah saudara, tapi mengapa lebih seperti orang asing?
Definisi tinggal bersama namun tidak hidup bersama. Mau bagaimana lagi ya itulah keluargaku sekarang.
"Ayah..bunda..andai aku tau waktu bersama kalian tidak sesingkat ini, kami belum cukup dewasa untuk menjalani hidup tanpa bimbingan kalian. Keluarga Kita berantakan bunda, Jungwon sendirian"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Atau Melepas✔ [Enhypen]
Fiksi PenggemarDulu kita adalah keluarga kecil yang bahagia sebelum kebahagiaan kita direnggut paksa oleh sang pencipta, semua berubah setelah kepergian orang tua kami untuk selamanya. Aku tidak menyalahkan semesta, tapi aku hanya kecewa. _________ _______________...