Ini lanjuhitan dari chapter sebelumnya
"eh eh mau kemana?" Junghwan dengan cepat mencekal tangan Ni-Ki kala melihat anak itu sudah beranjak dari duduknya.
"Gue mau temuin bang Sunoo" ucap Ni-Ki antusias dengan mata berbinar, Ni-Ki memang sudah sangat merindukan Sunoo, sudah tiga bulan ini dia tidak melihat Sunoo, karna Sunoo memang jarang pulang kerumah, meskipun pulang pun bertepatan Ni-Ki yang tidak ada di rumah. Tentu saja itu membuat kerinduannya membuncah kepada abangnya yang satu ini.
"Jangan, balik duduk sekarang" larang Junghwan tegas. Namun Ni-Ki masih kekeh dengan pendiriannya. Ayolahh Ni-Ki hanya ingin bertemu abangnya sebentar saja.
"Ni-Ki duduk" sentak Junghwan lebih keras dan sukses membuat Ni-Ki langsung diam kemudian lebih memilih menuruti perintah Junghwan untuk duduk. Sungguh Junghwan yang seperti ini sangat menyeramkan.
"Wan gue—"
"Kangen sama bang Sunoo kan?" sela Junghwan memotong kalimat Ni-Ki dengan raut wajah yang serius. Sorot matanya menajam, wajahnya sudah memerah tanda kalau Junghwan sudah marah.
"Gue tau lo kangen sama dia, lo pengen peluk dia, tapi ngga sekarang Ki, bukan sekarang, sekarang bukan waktu yang tepat" mata Junghwan yang sempat menajam tadipun kembali melembut diakhir kalimat.
"dengerin gue, bang Sunoo adalah orang yang punya ego paling tinggi diantara abang-abang lo yang lain, lo butuh strategi buat deketin dia, lo harus pikirin mateng-mateng, inget orang yang punya ego tinggi susah buat ditakhlukin, sekalipun itu abang lo sendiri" Junghwan mencengkram bahu sempit Ni-Ki kuat.
"Lo pernah bilang sama gue, kalo abang yang paling lo kangenin adalah bang Sunoo, Lo pengen banget liat dia meskipun dari kejauhan kan? Karna bang Sunoo adalah satu-satunya abang yang jarang banget lo lihat
ini kesempatan lo Ki, kesempatan buat liat bang sunoo sepuasnya disini, dirumah gue, kesempatan ngga bisa dateng dua kali, ada kalanya lo harus ngalah sama keadaan"
"kalo lo samperin bang Sunoo sekarang, yang ada dia malah menghindar dan lebih parahnya lagi mungkin dia bakal langsung pergi dari rumah gue, dan lo ngga bakal bisa liat dia lagi. Meskipun lo cuma bisa liat dari kejauhan Ki, setidaknya lo bisa pertahanin tawa dia, lo liat kan bang Sunoo kelihatan bahagia banget bareng bang Doyoung sekarang, kelihatan banget kalo dia sama sekali ngga kepikiran sama masalahnya"
"bener kata Junghwan, bang Sunoo kelihatan bahagia banget sekarang, dan gue ngga mau liat tawa itu luntur, apalagi karna gue" ucap Niki dalam hati
"ngga semua bisa terjadi sesuai dengan apa yang lo pikirin, iya kalo reaksinya bang Sunoo baik, kalo ngga? Bisa-bisa makin parah masalah keluarga lo nanti Ki, lo harus pikirin mateng-mateng, jangan grusa-grusu, jangan gegabah, paham kan?" Ni-Ki dapat melihat ketulusan dari setiap kata yang terlontar dari mulut sahabatnya itu, sorot mata yang tajam dan wajah yang serius. Sama sekali tidak menggambarkan sosok seorang Junghwan.
"Meskipun gue ngga pernah ngerasaain jadi lo, tapi gue tau perasaan lo gimana, karna kita tumbuh sama-sama dari kecil Ki, secara tidak langsung gue juga bisa ngerasain gimana sakitnya jadi elo"
Ni-Ki hanya mengangguk-ngangguk dengan mata yang sudah berkaca-kaca, semua yang dikatakan Junghwan memang benar, disaat-saat seperti ini sosok seperti Junghwan memang sangat Ni-ki butuhkan. Junghwan teman kecilnya, sosok yang selalu ada untuknya, sosok yang selalu merangkulnya, sosok yang mengerti dirinya lebih dari apapun, susah senang bersamanya itulah Junghwan. Orang yang dengan sabar menghadapi segala tingkah Ni-Ki, orang yang dengan sabar menasehatinya layaknya seorang kakak laki-laki, orang yang selalu ada untuk Ni-Ki saat butuh, tanpa sadar rasa sayang Ni-Ki kepada seorang Junghwan—tumbuh semakin besar seiring berjalannya waktu yang mereka lalui bersama, begitupun juga sebaliknya. Mereka adalah sahabat terbaik, Mereka adalah saudara selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Atau Melepas✔ [Enhypen]
FanficDulu kita adalah keluarga kecil yang bahagia sebelum kebahagiaan kita direnggut paksa oleh sang pencipta, semua berubah setelah kepergian orang tua kami untuk selamanya. Aku tidak menyalahkan semesta, tapi aku hanya kecewa. _________ _______________...