Jungwon dan Ni-ki kini sedang menonton dan sesekali bergurau bersama diruang keluarga. Ya hanya mereka berdua, yang lain Hikun juga nggk tau pada kemana.
Selang beberapa menit kemudian terlihatlah Jay dengan wajah lesu menenteng tasnya yang tampak begitu berat seolah ada batu besar didalamnya, berjalan melewati mereka begitu saja. Entah kenapa diabaikan seperti itu membuat Ni-ki kesal.
"Kayak hantu ya kita bang, ada tapi ngga dianggep" ceplos anak itu begitu saja. Tidak perduli lagi Ni-ki mah, bodoamat dengan persetan dia lebih muda. Mensetnya sih memperlakukan seseorang seperti yang orang itu lakukan kepadanya.
"Husss jangan kayak gitu dek, mungkin Bang Jay lagi capek kan" lerai Jungwon menenangkan.
"Capek atau nggk capek ya tetep kayak gitu nggk ada bedanya kok" balas Ni-Ki sinis sambil melirik ke arah Jay.
Jay yang merasa tersindirpun akhirnya membalikkan badannya dengan malas. "Eh bocah bisa diem nggk? gue capek njing" sungut Jay sambil menatap tajam ke arah kedua adik bungsunya.
"Emang gini ya seorang abang. Kata katanya kasar banget hiks. untung aja Ni-ki anak baik, anak pinter jadi tau mana yang boleh dan yang nggak boleh dicontoh" jawab Ni-ki mendramatisir keadaan dengan tangan yang tidak berhenti mencomot kukis di toples.
"Ni bocah ya, kecil-kecil udah pedes ajha mulutnya, gue kuncir baru tau rasa tu mulut" batin Jay mencoba sabar.
"Ni-Ki nggk boleh gitu nanti jadi masalah" lerai Jungwon lagi beharap adiknya itu berhenti menyindir abangnya yang sekarang terlihat emosi tampak sekali dari wajah Jay yang sudah memerah. Takut-takut jika kejadian tiga hari lalu terulang lagi, rumah akan terlihat seperti kapal pecah jika jay sedang marah.
"Kenapa emang? Keluarga kita udah penuh masalah gapapa kali kalo ditambahin satu lagi. Lagipula gue udah kebal juga sama masalah, buktinya selama ini gue bisa selesaiin masalah gue sendiri tanpa bantuan kalian kan? Karna emang rasanya gue cuma hidup sendiri dan ga ada lagi yang perduli" Ni-ki beranjak dari duduknya.
"Gue kekamar dulu ya, ngantuk mau tidur, bye" kakinya melangkah masuk kedalam kamar, kemudian terdengar suara nyaring pintu yang dibanting dengan kasar.
Jungwon dan Jay seperti tertohok mendengar kalimat yang Ni-Ki lontarkan barusan, dan sampai sekarang mereka masih mematung mencerna apa yang bungsu mereka katakan tadi. "Maaf..." lirih Jungwon dengan kepala menunduk, dia sungguh merasa bersalah.
Jay yang sedari tadi diam akhirnya tersadar dan menghembuskan nafasnya kasar, kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamar tanpa melontarkan sepatah katapun kepada Jungwon, memang seperti itulah hari hari mereka.
Jungwon yang sedari tadi diam, tanpa menghiraukan kepergian Jay. Membiarkan pikirannya berkelana mencari ketenangan yang entah sejak kapan menghilang berganti menjadi rasa bersalah.
Sesak, itulah yang ia rasakan, entah mengapa perkataan Ni-Ki tadi membuat hatinya sakit, ingin rasanya dia menenggelamkan dirinya sendiri kelaut dan menyembunyikan tubuhnya disana saja. Perkataan Ni-Ki tadi membuatnya merasa bodoh dan tidak berguna.
Remot tv yang dia gigit tadi tiba-tiba terjatuh membuat Jungwon tersadar dari lamunannya. Meraup wajahnya kasar, berusaha mengusir pikiran-pikiran negatif di kepalanya. Jungwon menoleh kala menyadari adanya pergerakan lain didepan kamar Ni-ki. Sepersekian detik raut wajahnya tampak terkejut dan tidak percaya kala netranya menangkap seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam kamar sang adik.
"Bang Heeseung?" gumamnya pelan. "Ngapain dia masuk kesana?"
Tak lama Jungwon mengedikkan bahu, Biarlah. Jungwon kembali dengan kesibukannya semula yaitu menonton film. Meskipun penasaran namun ini bukan saat yang tepat untuknya ikut campur. Lagi pula mereka saudara kan, meskipun Heeseung tidak pernah berinteraksi dengan Ni-Ki tidak mungkin abangnya itu akan melakukan hal-hal yang buruk bukan? Mengingat abang tertuanya itu jarang sekali pulang ke rumah, Jungwon tidak mau mengacaukan mood Heeseung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Atau Melepas✔ [Enhypen]
FanficDulu kita adalah keluarga kecil yang bahagia sebelum kebahagiaan kita direnggut paksa oleh sang pencipta, semua berubah setelah kepergian orang tua kami untuk selamanya. Aku tidak menyalahkan semesta, tapi aku hanya kecewa. _________ _______________...