Dia Berharga

3.7K 417 95
                                    

Kangen Hikun ga?

Komen yang banyak, biar Hikun semangat.🌚

___________________
____________________________

"Sunoo?"

Sunoo terlonjak kaget saat seseorang yang suaranya sangat ia kenali penepuk pundaknya dari belakang. Cepat-cepat Sunoo mengusap air matanya dengan kasar kemudian berbalik dan tersenyum tipis setelahnya. "Bang Nicholas?"

"kamu ngapain disini?"

Tidak ada yang bisa dia sembunyikan lagi, Nicholas pasti sudah tau. Sunoo hanya bisa menunduk, matanya kembali memanas, sebuah sebuah lelehan bening sudah kembali mengumpul diarea bawah kelopaknya, Sunoo benar-benar tidak mampu untuk menampungnya lagi.

"Kenapa ngga kamu coba dulu?"

"Gue ga berani bang..." lirihnya getir, menggigit bibir bawahnya sambil terisak. Sungguh Nicholas tidak tega melihatnya seperti ini. Ternyata Sunoo, seseorang yang setiap hari membuat orang-orang bahagia lewat senyumannya yang ceria sebenarnya adalah pribadi yang sok kuat padahal tidak jauh dari kata pengecut.

"Kalo lo kayak gini terus, ga bakalan ada yang berubah"

"Tapi mereka udah bahagia tanpa gue bang, gue ngerasa asing sekarang"

"Ni-ki butuh lo Noo!" sentak Nicholas tegas, matanya kembali memanas ketika mengingat nama anak yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri kini sedang terbaring tak berdaya dalam pertaruhan hidup dan mati.

Nicholas hanya kecewa kepada Sunoo yang tidak ada niat menyelesaikan masalah sama sekali, kecewa karena Sunoo tidak memiliki keberanian sama sekali, kecewa kerena Sunoo lebih memanjakan ego daripada memilih hatinya sendiri, kecewa isi otak Nicholas hanya dipenuhi kekecewaan kepada karyawan barunya itu.

Tetapi Nicholas sadar, dia tidak seharusnya ikut campur terlalu jauh ke dalam masalah keluarga mereka, Nicholas tidak pantas. Jadi dia hanya bisa menasehati, memberi saran, memberi dukungan dan membantu sewajarnya saja. Nicholas hanyalah orang luar, dia tidak boleh melewati batasannya.

"Jangan sampe nyesel di kemudian hari Sunoo, gue kesana dulu" bisiknya pelan sembari menepuk pundak yang lebih muda dua kali sebelum berlalu pergi menghampiri keluarga yang sedang kacau itu.

***

Nuansa kamar itu di dominasi oleh warna putih, warna kesukaan bocah tengil yang kini sedang memperjuangkan hidup nya, antara hidup dan mati.

Jungwon menatap ke arah sang adik yang terbaring tak berdaya di tempat tidur itu. Ingin sekali dirinya menggantikan posisi itu jika bisa. Air matanya sedari tadi tak mau berhenti mengalir, seakan ada sesuatu yang mendesaknya untuk terus keluar dan keluar.

Jungwon memang pernah bilang, jika Ni-ki lebih baik tidur dari pada berbuat ulah. Tapi bukan tidur seperti ini yang jungwon ingin. Akan lebih baik jika anak itu berbuat jail dan menampakkan wajah tengilnya, daripada wajah pucat, tanpa pergerakan, dan tanpa kepastian kapan dia akan bangun.

Seharusnya hari ini anak itu sudah melakukan beberapa ulah dan membuat para abangnya kesal. Membuat Jay mengomel, membuat Sunghoon frustasi, membuat Heeseung dan Jake ceramah atau mungkin menguncinya dalam kamar mandi lagi. Tetapi kali ini berbeda. Yang dilakukan anak itu hanya tidur, sungguh Jungwon tidak terbiasa, bukankah sangat menyakitkan melihat orang yang kita sayang dengan keadaan seperti itu. Ini begitu menghancurkan.

Rasanya hati Jungwon benar-benar hancur. Seolah istana pasir yang tiba-tiba terserang kejamnya ombak, dunianya runtuh menjadi berkeping-keping, dan munkin hanya sadarnya Ni-ki lah yang mampu memperbaiki seutuhnya.

Memeluk Atau Melepas✔ [Enhypen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang