Enjoy the story...
Zoya pov.
Aku mencium aroma obat obatan yang sangat khas dan menyengat di indra penciumanku. Perlahan aku mulai mengerjapkan mataku beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mataku.
Aku melihat ke arah sekeliling.
Ruangan ini serba putih dengan aroma obat obatan yang menyengat.
Kurasa aku bisa menebak tempat dimana aku berada saat ini.
Ini pasti rumah sakit.
Aku meraba perutku masih membuncit dan terasa sedikit denyutan dari dalam perutku.
Berarti bayiku masih selamat.
Syukurlah.
Aku sangat bersyukur bayiku masih bersamaku. Jika tidak entah betapa hancurnya hati kak zio karena kecerobohanku kali ini.Saat aku menoleh, aku baru sadar sebuah kepala menunduk di dekat kepalaku. Kepala itu bersandar di atas brankar yang kutiduri.
Aroma shampo dan parfum ini.
Aku sudah tau siapa sosok yang ada disisiku."Kak zio...?"
Aku berusaha meraih kepalanya dengan salah satu tanganku yang bebas dari jarum infus.Greb,
Tepat saat aku menyentuh kepalanya, sebuah tangan mencekal tanganku lalu menjauhkan tanganku dari kepalanya.
Perlahan wajah itu terangkat.
Dan betapa terkejutnya aku wajah datar kak zio lah yang kudapati disaat aku siuman."Kak zio..."
Kak zio langsung bangun dari kursinya, tak menghiraukan aku yang memanggil namanya.
Ia langsung berjalan ke arah kemar mandi dan menutup pintu itu rapat rapat.Jadi rupanya ia masih marah padaku. Padahal sungguh tak ada maksud lain dalam diriku selain hanya mempersatukan ayah dan anak yang terpisah karena kesalah fahaman yang terjadi di antara keduanya.
Hanya itu.Tapi kak zio terlanjur salah faham pada ku dan ayah kandungnya. Ia salah faham padaku, mana mungkin aku menyukai ayahnya saat putranya yang kucintai dengan sepenuh hatiku.
Aku tak ingin calon anakku nanti tak mengenal orang tua dari ayahnya. Setidaknya ia masih memiliki kakek dari kak zio sedangkan dari sisi keluargaku. Aku sudah tak memiliki siapapun.
Kedua orang tuaku sudah tiada. Sanak saudara juga jauh dari sini.
Hanya kak zio yang kumiliki didunia ini.Cukup lama aku menunggu untuk bisa bicara dengannya secara empat mata menjelaskan segala yang terjadi.
Tapi ia tak kunjung keluar.
Apa ia masih marah padaku dan ingin menghindariku?"Jika kak zio memang tak percaya denganku untuk apa aku disini untuknya...?
Lebih baik aku pergi..."
Aku berbicara dengan suara yang agak keras. Aku sengaja mengeraskan suaraku agar kak zio keluar dari kamar mandi dan menemuiku.
Tak ada sahutan ataupun suara derit pintu kamar mandi terbuka. Hanya kesunyian yang kudapati.Aku sangat menyesal telah membuatnya salah faham dan marah kepadaku.
Tak ada secuil pun niat buruk ku dalam hal ini.
Tak bisakah ia mengalah dan mendengarkan penjelasanku lebih dulu?Aku memang masih agak lemas tapi aku memaksakan diri turun dari brankar sambil membawa tiang besi penyangga cairan infus yang masih tersambung dengan tanganku.
Aku berjalan perlahan ke arah pintu. Aku keluar dari ruang rawatku yang baru kuketahui bernama ruang anggrek nomer 2.
Aku berjalan keluar dari rumah sakit itu menuju ke taman luar rumah sakit itu.
Aku ingin menghirup udara luar bebas dari bau obat obatan yang menyengat di dalam sana membuatku mual saja.Aku mendudukkan diriku disebuah kursi taman rumah sakit. Menghirup dalam dalam udara luar yang segar.
Hari itu bisa dibilang masih pagi sekitar pukul 7 atau 8 kalau tidak salah.
Aku mengelus perutku yang mulai membucit.
Maklum sudah mulai jalan bulan ke 4.
KAMU SEDANG MEMBACA
2Z Love Story (Zoya & Zio) END
FantasyHari ini adalah hari senin. Aku memulai hari dengan senandung sambil berjalan ke Sekolah. Sekolahku yang berada cukup dekat dengan rumah memudahkanku untuk menjangkaunya. Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju disampingku tepat saat itu terdap...