Part 18

335 29 3
                                    

Enjoy the story!

Author pov.

Pagi mulai menjelang. Matahari mulai naik ke ufuk timur sinarnya yang hangat mulai menyorot masuk ke ruang rawat zoya yang telah kosong dari pemiliknya.
Zio mulai terbangun karena wajahnya terkena sinar matahari yang menyilaukan.
Zio masih mengerjapkan matanya beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia melihat ke arah brankar.
Kosong.
Zio langsung melompat dari sofa yang ia tiduri.

Ia melihat brankar itu kosong dan sesuatu yang mengejutkan kembali ia lihat. Ia melihat alisia sedang tertidur di kursi yang ada di samping brankar dengan kepala yang bersandar di tepi brankar.
Zio tanpa sadar mencekal tangan alisia yang tertidur bertumpu pada lengannya sendiri. Ia panik benar benar khawatir dengan tidak terlihatnya keberadaan zoya yang tengah mengandung darah dgaging yang selama ini ia nantikan.

Merasakan sakit di pergelangan tangannya, alisia terbangun sambil meringis.
Ia terkejut saat tatapan mata zio tengha melompat ke sana kemari mencari keberadaan atau mungkin jejak menghilangnya zoya.

"dimana zoya?
Dan bagaimana bisa kau ada disini?"
Zio akhirnya melabuhkan pandangannya pada alisia.

Ditatap demikian oleh zio membuat alisia bimbang. Haruskah ia mengatakan kalau zoya kabur demi kebahagiaannya dan zio ataukah mengatakan kalau zoya sengaja membawa kabur anak mereka dan ingin berpisah dengan zio?
Bolehkah alisia bersikap egois dan mengkambing hitamkan zoya sebagai tersangka dan dirinya sebagai korban.

"kemana zoya?
Kenapa dia tak ada dimanapun...?"

"dia... Dia..."
Alisia terbata bata berkata. Ia tak tau harus mengatakan apa.
Tapi sungguh ia ingin agar rumah tangganya kembali seperti dulu lagi tanpa ada kehadiran dari zoya sebagai orang ketiga yang rupanya telah masuk ke dalam hati suaminya dengan mudahnya.
Padahal ia berencana hanya ingin membuat zoya hamip segera tanpa membuat suaminya jatuh hati pada istri keduanya.
Ia hanya ingin kehadiran anak dalam rumah tangganya. Itu saja.

"zoy.. Zoya pergi meninggalkanmu...
Ia menginginkan uang kita untuk dirinya sendiri...  Ia meminta sejumlah uang padaku semalam...
Ia mengancamku akan membunuh anak kita jika aku tak menemuinya tadi malam... Entahlah ia tau dari mana nomer ponselku, aku juga tak tau...
Tapi ia mengancam akan menghabisi anak kita jika aku tak datang...
Ia akan memberikan anak itu jika ia telah melahirkannya nanti..."
Zio jatuh terduduk di sofa. Ia menyugar rambutnya kasar lalu menghela nafas panjang. Dalam hatinya ia sungguh tak percaya dengan apa yang dikatakan alisia tapi begitu alisia memberikan ponselnya yang mana didalamnya ada sebuah notif yang berisi bahwa transaksi transferan sejumlah uang telah berhasil dilalukan.
Tapi tak ada nama penerimanya.
Zio hanya bisa meyakinkan diri kalau zoya tak akan melakukan perbuatan seperti itu. Ia mulai memahami cara bersikap zoya terlebih saat saat dimana ia ditinggalkan oleh alisia. Gadis semanis dan seriang zoya tak mungkin melakukan ini semua demi uang apalagi sampai berpura pura bersikap manis padanya.

Tiga hari zio lalui tanpa alisia ia selalu berusaha dihibur dan dialihkan perhatiannya oleh zoya. Mulai dengan bercanda mengatakan lelucon bahkan sampai menyuapi nya sengaja untuk mengerjai memaksanya untuk makan sayur tumis kangkung yang sebenarnya sangat tak disukai zio, tapi zoya mengatakan kalau itu permintaan bayi mereka. Jadilah dengan sangat terpaksa ia memasukkan sayuran itu kedalam mulutnya.
Dan berakhir tak terlalu baik.
Jelas, sebab segala sesuatu yang dipaksakan takkan baik akhirnya.

Flashback on

Gadis muda yang tengah mengandung itu menggembungkan mulutnya. Wajahnya di buat secemberut mungkin.
Ia sengaja hendak mengerjai sekaligus memang ingin menjaga kesehatan suaminya yang bandel banget untuk selalu makan makanan sehat baik diluar ataupun di dalam rumah.

2Z Love Story (Zoya & Zio) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang